Seorang lelaki dengan setia terus memijit kening pertanda frustasi. Kenyataan bahwa perjodohannya semakin dekat pada kenyataan membuatnya harus membolak-balikan otak untuk menyusun strategi apa lagi untuk membatalkan semua ini. Semua ini terasa seperti jatuh dalam sebuah ruangan gelap dengan Jin yang mendorongnya lebih dalam. Lihatlah, kini bahkan lebih parahnya lagi, di dalam ruangan itu terdapat wartawan yang menyerbunya dengan ribuan pertanyaan, dua wanita paruh baya.
Ruangan tengah rumah megah seolah menjadi saksi mata seorang lelaki ditodong pertanyaan seputar kesannya bertemu dengan wanita pilihan sang ibu. Hanya satu doa Nam Joon detik ini, yaitu berharap agar ada seorang malaikat yang membawanya jauh dari ribuan pertanyaan penekanan itu.
"Hellooo ladies and gentleman, I'm Jin, the worldwide handsome is baackkk.." Seorang lelaki yang kemarin sempat membuat Nam Joon naik darah kini menjadi penolongnya. Lambaian tangan bak Prince William yang Jin lakukan menghasilkan kekehan dua wanita di hadapan. Pelukan hangat ia berikan pada sang nenek juga bibi yang sudah lama tak ia temui.
"Haduhh cucu nenek yang ini kayaknya udah lupa sama keluarga deh. Jarang banget kamu nemuin nenek!" Seorang 'gadis kecil' dengan kulit yang sudah mengendur tak lupa juga dengan rambut yang memutih kini tengah mengerucutkan bibir pada sang cucu yang justru membalasnya dengan tingkah sama. "Owuwuwu nenek cemburu sama kerjaan Jin ya? Tuh salahin aja Nam Joon yang ngasih Jin kerjaan kayak setan."
Nam Joon selalu bergedik geli saat Jin melakukan aegyo di hadapannya. Sepertinya lelaki itu memang tak pernah sadar umur! Bahkan sepertinya Nam Joon perlu mengeratkan lingkaran dasi pada leher Jin agar pria itu sadar diri.
"Eh Jin kamu tau ga? Tante bentar lagi punya menantuu" Satu ucapan yang dilontarkan sang bibi dengan antusias membuat Jin tersedak ludahnya sendiri. Reaksi yang lelaki itu berikan hanyalah sebuah kekehan palsu seolah kabar ini adalah kabar baru untuknya. Netranya kemudian mencuri lirikan pada Nam Joon yang kini membulatkan mata memberi kode padanya.
"Wahh iya tan ceweknya juga cantikkk banget." Tolong ingatkan Nam Joon untuk melemparkan Jin sebuah roti coklat yang ada di tangannya sekarang juga! Kalimat yang dengan lancar lolos dari bibir Jin membuat sebuah spoiler kegagalan rencana dirilis sudah saat kedua wanita di hadapan mulai mengendus bau-bau hal yang mencurigakan. Bagaimana Jin bisa tahu perempuannya? Itulah kalimat yang terus terngiang di pikiran dua wanita paruh baya yang membuat kedua alis refleks mengerut.
Sebelum dirinya terkurung kembali di ruangan dengan wartawan yang menyerbu ribuan pertanyaan, Nam Joon sudah lebih dulu menarik Jin menjauh dari dua wanita yang memincingkan matanya.
"Hyung! Keceplosan kan jadinya! Ancur dah semua rencana gue!" Nam Joon mengusap wajahnya kasar pertanda frustasi. Ya benar, lelaki itu memang frustasi.
"Ya maap gue kan ga sengaja." Reaksi manusia bernama Seok Jin yang sama sekali tak memberinya jalan keluar membuat Nam Joon langsung beralih meraih jaketnya dan mulai berjalan menuju penenang terbaiknya.
"Ehh ehh lo mau ke mana? Gak mau tau nama calon tunangan sendiri gitu Joon?" Seruan Jin sama sekali tak dihiraukan Nam Joon yang terus melangkahkan kaki menuju seseorang yang terus berkeliaran di pikirannya.
Sebuah kursi auditorium menjadi tempat lelaki itu mendaratkan bokong. Netranya hanya terpaku pada seorang perempuan yang berjalan anggun menjalankan seminar. Tempat ini, memori ini, semuanya menjadi saksi benang merah mereka dimulai. Ingatan tentang bagaimana Tuhan mempertemukan mereka di tempat ini mulai terputar di kepala seolah menjadi film terbaik bagi Nam Joon yang kini tersenyum melihat perempuan yang dicintainya. Seluruh memori itu terasa kembali terulang di tempat yang sama namun waktu yang berbeda. Untuk kesekian kalinya, Nam Joon semakin tenggelam di sebuah danau dengan hanya ada seorang perempuan bernama Park Soo Young di dalamnya.
Soo Young melangkahkan kaki sesaat setelah seminarnya selesai. Sebuah tangan meraih miliknya. Tangan itu, tangan yang sudah lama tak ia genggam kini kembali menebar kehangatan. Tatapan penuh rasa terjalin tanpa hambatan di antara keduanya. Soo Young memutus eratan tangan mereka saat sebuah kebenaran akan benteng yang membatasi kembali terlintas di pikirannya.
"Nam Joon-ssi? Ada yang bisa saya bantu?"
Gurat kecewa terlihat jelas di wajah lelaki yang menjadi lawan bicara saat menyadari kini ia terasa seperti orang asing bagi perempuannya.
"Ada, saya butuh bantuan kamu untuk menjadi istri saya." Sebuah jawaban Nam Joon berikan pada Soo Young yang kini tersenyum pahit mendengarnya.
"Maaf, saya gak bisa."
Langkah kaki Soo Young menjadi pemisah keduanya yang berjarak semakin jauh. Bahkan kini yang Nam Joon bisa lihat hanyalah punggung kekasihnya yang semakin terlihat kecil dimakan jarak. Soo Young telah pergi, setelah rencana perjodohan itu bersemi kembali. Semua kenyataan ini seolah menampar Nam Joon yang tak bisa menjadi lelaki yang memperjuangkan cintanya. Goresan penyalahan diri sendiri sudah menyayat hati dalam-dalam. Perempuannya pergi sesaat sebelum Nam Joon meminta kesempatan untuk berjuang.
Jalanan kota Seoul menjadi pemandangan mata Soo Young di dalam sebuah mobil yang dikuasainya. Kumpulan memori itu seakan memukul dirinya yang terikat dalam sebuah ruangan sendirian. Sebuah ruangan yang mengurungnya untuk menjauhi lelaki yang ia cintai.
Wiuwiuwiuuu...
Dering telepon terdengar jelas di monitor dashboard. Dengan cepat, Soo Young menetralkan suara berubah menjadi mode ceria Soo Young seperti biasanya.
"Hallo Eonnie?"
Sebuah seruan yang lawan bicaranya itu sampaikan membuat Soo Young memutar kemudi menuju tempat yang harus ia tuju sekarang.
Seorang perempuan merengek pada Soo Young sesaat setelah Soo Young mendaratkan bokong. Namun sayang, yang perempuan itu dapatkan hanyalah sebuah gelengan kepala diiringi dengan jari telunjuk yang bergerak ke kanan-kiri.
"Joyy udahan ahh! Aku gak mau lagi!"
"Ishh jangan gitu dong, Eonnie harus bantuin Joy! Cuma Eonnie harapan Joy satu-satunya." Nada bicara dramatis yang Soo Young lakukan membuat seorang perempuan bernama Ji Soo memutar bola matanya malas.
Mari mengenal lebih dekat dengan perempuan yang kini mengerucutkan bibir. Namanya Kim Ji Soo, seorang anak dari sahabat ibu Park sekaligus teman masa kecil Joy. Ji Soo adalah seorang wanita karir yang hanya bergelut dengan potongan kain setiap hari. Tak pernah terlintas di pikirannya untuk memiliki seorang kekasih. Dan kini, Joy datang meminta pertolongan padanya dengan sebuah ancaman jika ia tak membantu, maka sebuah laporan bahwa Jisoo hanyalah seorang wanita tak berpenghuni akan terlampir rapi pada ibunya. Ancaman itu sungguh berbahaya bagi Jisoo. Jika benar laporan itu tersampaikan pada ibunya, mungkin jadwal perempuan itu akan dipenuhi oleh kencan buta yang telah disiapkan sang ibu.
Sebuah butik dengan jajaran patung berpakaian mewah menjadi saksi bisu bagaimana Jisoo memohon pada Joy agar tak membocorkan rahasianya pada sang ibu. Akan tamat riwayat Jisoo jika ia ketahuan berbohong bahwa ia telah memiliki kekasih. Joy yang tengah duduk santai di sebuah sofa panjang memainkan jari lentiknya dengan ekspresi penuh kemenangan.
"Nah takut kan? Makanya Eonnie harus bantu Joy."
"Tapi nanti kamu temenin ya."
"Ummm kayaknya gak bisa. Besok sama lusa Joy ada seminar di Gwangju, jadi Eonnie sendiri aja yah." Jisoo menghela napas kasar saat ancaman Joy benar-benar mengurungnya. Hanya satu jalan yang ia punya, membantu Joy melancarkan misinya.
Haiii ada yg kgn sm namjoy gak nih?
Ada kbr baik, aku rencananya mau post dua kali seminggu lagi yeyy doain ya^^
Love u, xoxo!
KAMU SEDANG MEMBACA
WAYS OF LOVE - NAMJOY
FanfictionLove has its own way to find you - xoxo Tentang cinta yang mempertemukan Park Soo Young, seorang professor muda dengan Kim Nam Joon, seorang CEO berkharisma. Bagaimana jika gadis itu telah memiliki kekasih? Akankah lelaki itu menyerah?