Win-win

225 39 2
                                    

Ketukan alas kaki terdengar di sepanjang lorong sebuah perusahaan bertuliskan Kim Corp. Langkah demi langkah kaki jenjang seorang perempuan menyedot atensi pasang mata sekitarnya. Setelan kemeja hitam juga jas abu-abu membalut sempurna tubuh Soo Young. Angin yang berhembus melawan arus mengibaskan rambut hitamnya yang terurai sempurna. Bisikan pujian terdengar menyerukan namanya. Femme fatale style!

Seorang lelaki berperawakan minimalis melirik ke arah perempuan yang pipinya mulai matang dimasak seluruh pujian. Alisnya terangkat saat baru menyadari tampilan berbeda perempuan yang berjalan bersamanya. Oh wow! Bahkan kini riasan tipis memoles wajah adiknya. Apa yang terjadi pada manusia ini? Mungkin itulah kalimat yang dapat menerjemahkan ekspresi Jimin.

Sebuah elevator menjadi tempat mereka berpijak saat ini. Pemandangan kota Seoul yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit mulai tampak bagai lukisan indah sesaat setelah elevator mulai bergerak naik. Senandung lembut keluar dari bibir manis Soo Young. Hatinya berbunga-bunga, tak tahu mengapa.

"Berisik, suara lo jelek."

Mood seorang wanita bisa digambarkan seperti grafik fluktuatif. Naik turun. Soo Young berdecak kesal dalam sunyi mendengar sindiran lelaki bantet yang sekarang justru berbincang dengan sekertarisnya seolah tak terjadi apa-apa. Oh tuhan, ingin sekali Soo Young melempar Jimin dari elevator ini. Menyebalkan!

Angka di layar elevator terus bertambah seiring menjauh dari daratan. Hanya tinggal 10 lantai lagi mencapai tujuan. Entah ada gerangan apa, elevator itu justru bergerak turun kembali ke lantai dasar. Wah sungguh menyebalkan!

Ting!

Pintu elevator terbuka menampilkan dua orang lelaki berjas hitam dengan senyuman tampan. Pupil Soo Young melebar saat menyadari satu diantaranya adalah lelaki itu, Kim Nam Joon. Jimin tersenyum hangat menyambut kliennya. Namun tidak bagi Soo Young yang justru tak berani membalas netra indah lelaki yang menatapnya.

Langkah kaki jenjang Nam Joon mendekat membuat jantung Soo Young kembali berpesta di dalam. Senyuman kecil tersimpul di bibir Nam Joon saat melihat kekasihnya di sini, berdiri tepat di sampingnya. Sorotan kedua mata memuji perempuannya yang terlihat indah dengan tampilan sederhana namun kecantikan yang membuatnya terpana.

Elevator mulai bergerak naik meninggalkan daratan di bawah. Satu per satu angka mulai kembali bertambah di layarnya. Suasana terasa sunyi bagi Soo Young walaupun ternyata suara Jimin berbincang dengan kedua sekertaris memenuhi ruangan elevator. Entahlah, mungkin perempuan itu terlalu fokus mengatur detak jantungnya.

Suhu mendadak terasa dingin. Hanya dengan berdiri tepat di samping lelaki itu bahkan bisa membuat Soo Young menegang dibuatnya. Titik-titik keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya. Jantungnya semakin bekerja ekstra tat kala Nam Joon mendekat. Apa lagi yang akan dilakukan lelaki itu?!

"Kamu cantik"

Blushhh....

Semburan merah bersemu di pipi Soo Young sesaat setelah bisikan maut itu terdengar tepat di telinganya. Hembusan napas lelaki itu bahkan hanya berjarak beberapa inci dari lehernya. Dunia seakan berhenti saat itu juga, tat kala lelaki itu tak henti menghujam jantungnya. Sebuah genggaman menghangatkan tangan yang terlanjur dingin. Lelaki itu tersenyum semanis gula sambil mengeratkan tautan tangan mereka. Matilah Soo Young! Pembuluh darah terus mengalirkan oksigen ke otaknya yang beku tiba-tiba. Fokusnya buyar. Soo Young mencoba melepas tautan mereka namun genggaman Nam Joon sama sekali tak dapat merelakannya.

Soo Young kembali dengan tatapan maut pada Nam Joon. Komunikasi sunyi yang hanya mereka ketahui. Nam Joon terkekeh melihat kekasihnya panik tak karuan. Ia mengerti, sangat. Arti dari tatapan Soo Young yang menyuruhnya melepas tautan tangan mereka. Namun tentu saja, tak mungkin ia membiarkan hal itu terjadi. Sel saraf sensoriknya sudah terlanjur nyaman menerima seluruh rangsangan tangan lembut kekasihnya.

WAYS OF LOVE - NAMJOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang