Hari sudah berganti. Terhitung sudah empat kali matahari terbit sejak kejadian yang memalukan diri. Terik matahari menembus awan yang menutupi. Soo Young berjalan di koridor setelah menyelesaikan seluruh kelas pagi. Langkahnya terhenti ketika melihat laki-laki yang ia hindari saat ini, Kim Nam Joon. Lelaki itu berjalan ke arahnya sembari tersenyum dan berhenti tepat di hadapan. Semua pasang mata sekitar menyorot kedua insan yang saling bertatapan.
Sebuah benda berbentuk lingkaran muncul di balik tangan seorang lelaki di hadapan. Apa yang akan lelaki itu lakukan? Sorakan demi sorakan terdengar dari orang-orang di sekitaran. Sistem saraf simpatik Soo Young bekerja ekstra. Netranya melebar, jantung berdebar, bahkan cairan yang mengisi rongga mulut perlahan berhenti keluar. Pipi Soo Young sudah terpanggang oleh rasa malu yang menyerang. Pasrah hanya menjadi satu jalan untuk menghadapi ratusan penghuni universitas yang salah paham akan sebuah kebenaran. Perempuan itu dengan sigap menarik Nam Joon menjauhi kerumunan. Sepanjang langkah jalan, tak hentinya ia mengeluarkan celotehan. Seorang lelaki yang mengekori hanya bisa tersenyum melihat sisi diri Soo Young yang berbeda dari kebanyakan.
Sebuah danau luas milik universitas menjadi tempat kedua manusia itu berada. Benda berbentuk lingkaran kembali di sodorkan oleh lelaki di hadapan. Benda itu, cincin kutukan bagi Soo Young. Sebuah benda yang dulu setia melingkari jari, kini hanyalah sebuah penanda telah kehilangan harga diri. Tanpa aba-aba, Soo Young melempar benda itu hingga menghilang ditelan danau di hadapan.
Putaran pertanyaan mengitari benak Nam Joon. Mengapa di buang? Benar sesuai dugaan, itu dari masa lalu Soo Young yang telah mengukir sebuah memori kekecewaan. Itu hanyalah masa lalu, bahkan kini tak ada setitik pun rasa menyesal dalam diri. Seluruh kenangan tak ada yang berbekas di hati. Rasa lega justru membebaskan Soo Young dari beban yang memberatkan diri. Perempuan itu tersenyum. Sebuah senyuman manis pertanda dirinya tak lagi harus termenung menanti sebuah hal yang tak pasti. Tak akan ada lagi penantian yang dibalas oleh sebuah pengkhianatan. Semuanya sudah berakhir, tepat di hari saat semua kenyataan menampar kebodohan diri.
"Boleh pinjam hp kamu?" Sebuah pertanyaan tiba-tiba dari Nam Joon membuat perempuan di hadapan kebingungan. Sebuah benda kotak panjang kini berpindah tangan. Nam Joon mengetikkan sesuatu di ponsel Soo Young. Sebuah kontak bertuliskan 'emergency number' disimpan.
"Sekarang kamu punya kontak saya. Jadi kalo butuh supir saat mabuk, kamu bisa hubungi saya." Soo Young membelalakkan mata. Godaan lelaki di hadapan membuatnya tak bisa berkata-kata. Memori memalukan itu kembali mengitari kepala.
"Ih jangan dibahas! Saya malu." Warna merah kini menghiasi pipi seorang wanita. Bukan karena terbakar oleh panasnya matahari yang menusuk pori, melainkan oleh rasa malu yang menyerang dada. Bibir Soo Young maju mundur membentuk sebuah ekspresi tak terduga. Lucu, gemas sekali!
"Ehhhemmm uhukk uhukk." Tak ada angin tak ada hujan, seorang perempuan berambut pirang bersuara di belakang. Sebuah ketegangan menyerang. Soo Young kini hanya bisa mengerjapkan mata saat dilanda kegugupan yang tak beralasan. Sebuah sapaan hangat Wendy sampaikan pada lelaki yang bisa menjadi sebuah godaan untuk sahabatnya di hadapan.
"Eh Pak Nam Joon di sini?"
"Iya Wendy-ssi, kebetulan tadi saya mau ngembaliin barang Soo Young. Oh ya, saya harus balik ke kantor. Kalau begitu permisi." Kini lelaki itu sudah pergi, meninggalkan Soo Young dengan tatapan godaan dari Wendy. Perempuan itu bergedik ngeri tat kala Wendy menaik turunkan alis. Godaan apa lagi yang akan didapatnya kali ini?
"Ehhemm."
"Ape?!" Balas Soo Young.
"Udah akrab aja." Wendy semakin gencar menggempur Soo Young dengan godaan. Perempuan itu menampilkan sorotan mata yang membuat Soo Young semakin panas dingin. Ingin sekali ia mencolok kedua bola mata itu. menyebalkan!
"Apaan sih Wen, sana ah."
Semburan merah mencuat di kedua pipi Soo Young yang sudah tak tahan diterpa seluruh godaan. Wendy yang melihatnya terkekeh pelan hingga suatu hal kembali melintas di pikiran. Sebuah penyesalan. Wendy tak tahu apa reaksi yang akan Soo Young berikan saat ia membeberkan sebuah kebenaran. Ia mengungkapkan segalanya pada perempuan di hadapan. Tentang dirinya yang terpaksa harus menampar Soo Young dari kebodohan oleh sebuah kebenaran. Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa Wendy memang mengetahui ada seorang lelaki yang tega menyakiti sahabatnya diam-diam. Seluruh sifat busuk lelaki itu sudah diketahuinya sejak lama. Ia telah memberi sejumlah kode pada Soo Young untuk sadar dari sebuah pengkhianatan. Namun sayang, sahabatnya bukanlah seseorang yang mudah goyah akan kepercayaan. Prinsip bodoh telah menguasai Soo Young. Oleh karena itu, dengan terpaksa Wendy harus turun tangan. Ia tak tahan lagi melihat sahabatnya yang terus menerus dilanda kebodohan. Entah reaksi apa yang akan Soo Young berikan, setidaknya ia sudah menyelamatkannya dari sebuah lubang kepalsuan.
Di luar dugaan, senyuman dari Soo Young seakan mejadi jawaban. Dirinya justru sangat bersyukur memiliki sahabat yang menyadarkannya akan sebuah hal yang tak pantas dipertahankan. Tiga tahun ia telah kuat dengan penantian yang ternyata dibalas oleh pengkhianatan. Wendy adalah penyelamat baginya. Ia bersyukur mengetahui semuanya sebelum jatuh dalam lubang penyesalan. Rasa kecewa itu tak membekas terlalu dalam.
Vote yuk!
Love You, xoxo!
![](https://img.wattpad.com/cover/250673352-288-k986688.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WAYS OF LOVE - NAMJOY
FanfictionLove has its own way to find you - xoxo Tentang cinta yang mempertemukan Park Soo Young, seorang professor muda dengan Kim Nam Joon, seorang CEO berkharisma. Bagaimana jika gadis itu telah memiliki kekasih? Akankah lelaki itu menyerah?