Berkeliling Kota Berlin di bawah naungan langit biru yang cerah dengan burung merpati yang senantiasa menari ke sana ke mari adalah kesukaan setiap orang bukan? Begitupun Nam Joon dan Soo Young. Senyuman merekah di bibir keduanya.
"Jadi, kenapa tiba-tiba di sini?" Tanya Soo Young.
Nam Joon menyodorkan sebuah teks pesan dari ponsel miliknya. Pesan itu, pesan yang membuat jantung Nam Joon diserang badai dan membuahkan hasil keberadaan lelaki itu di sini. Pesan dari nomor tak dikenal, tak berinisial, namun membuat seorang lelaki kehilangan akal.
"Itu kan bukan nomor saya." Dahi mulus Soo Young mengerut. Oh ayolah, Nam Joon sepertinya memang harus Soo Young racuni dengan drama korea. Bayangkan saja, dengan mudahnya lelaki itu dibodohi oleh sebuah pesan konyol. Lihatlah Soo Young, otaknya sudah lihai akan penipuan karena sudah terasah oleh cerita drama misteri yang ditontonnya. Berfaedah bukan?
"Itu pesan iseng doang. Tuh liat nomornya aja gak aktif sekarang."
"Trus kenapa kamu gak bisa dihubungi?"
Soo Young menarik napasnya dalam. Mulai dari mana ia harus bercerita? Oh mungkin dari saat kejadian kotak penyimpanan hp yang raib begitu saja ketika ia dan rekannya melakukan seminar. Awalnya memang tersiksa saat hidup tanpa ponsel di genggaman. Namun setelah beberapa lama, ternyata hidup tanpa bayangan ponsel menarik juga. Dunia seakan lebih damai. Betul, memang damai bagi Soo Young, namun TIDAK dengan Nam Joon. Owhh sungguh bahkan untuk memejamkan mata saja terasa sangat sulit bagi lelaki itu saat perempuannya menghilang bak ditelan bumi!
Jam kulit bertuliskan cartier yang setia melingkar di pergelangan tangan mulus Soo Young menunjukkan pukul 2 siang. Oh tidakk, tamatlah riwayat perempuan itu. 20 menit lagi, kesempatan hidupnya akan raib jika ia tak menampakkan batang hidung di acara penutupan penelitian. Soo Young panik bagaikan cacing diberi garam.
"Saya harus pergi sekarang. Bisa mati di tempat kalo gak sampe di sana."
"Saya antar ya."
Waktu terus berputar. Detik demi detik berlalu. Salahkan saja Soo Young yang justru menyetujui lelaki itu mengantarnya. Lihatlah kini, bahkan Nam Joon masih terlihat sangat santai sambil menyeruput ice americanonya sedangkan Soo Young? Tubuhnya gemetar ketakutan!
"Kamu jadi nganter ga sih?! Tinggal 15 menit!"
Kesal, itulah yang dirasakan Soo Young saat mereka masih di tempat yang sama setelah menunggu ratusan detik lamanya. Oh tuhan! Bagaimana bisa lelaki itu masih bersikap santai saat Soo Young sudah kebakaran jenggot ?! Sebenarnya apa yang mereka tunggu?
Cukup sudah, Soo Young tak bisa lagi menunggu. Hanya bunuh diri namanya jika menuruti Nam Joon yang bahkan tak membantu sama sekali. Baru saja hendak melangkahkan kaki, sebuah motor ducatti hitam berhenti tepat di hadapan.
"Excuse me sir, this is the motorcycle that you asked." Ucap seorang lelaki di balik helm hitam yang menunggangi motor itu.
"Ayo naik." Nam Joon mengulurkan tangannya pada Soo Young yang sedang melongo kebingungan. Sungguh, lelaki itu memang penuh kejutan!
"Ayo, tadi katanya telat." Ucapan Nam Joon memecah Soo Young dari lamunannya. 13 menit lagi, matilah Soo Young. Akankah ia sampai tepat waktu dalam 780 detik itu?
"Pegangan ya, saya bakal ngebut."
Soo Young tak bergeming di belakang Nam Joon. Pegangan katanya?! Owhh Soo Young belum mau mati sekarang!
Nam Joon tersenyum saat belum merasakan pegangan perempuan di belakangnya. Soo Young memang perempuan unik. Di saat perempuan lain bahkan rela menebar pesona terbaiknya demi menarik perhatian seorang Kim Nam Joon, Soo Young bahkan tak merespon perhatian lelaki itu!
Tak ada angin tak ada hujan, Nam Joon meraih tangan Soo Young dan melingkarkan pada tubuhnya. Penasaran bagaimana keadaan Soo Young? Kacau! Jantung perempuan itu seakan tersambar petir dan sepanjang perjalanan tak henti ia mengatur napasnya yang terasa berat.
Motor hitam yang membawa sepasang manusia melesat cepat membelah jalanan Kota Berlin. 10 menit, hanya perlu selama itu bagi Nam Joon untuk mengendarai motornya hingga sampai di tempat tujuan. Gila memang. Waktu yang dibutuhkan orang normal untuk sampai dengan jarak yang sama adalah 30 menit, sedangkan Nam Joon? Cukup 10 menit!
Soo Young berjalan sempoyongan setelah turun dari motor yang melesat dengan kecepatan dewa. Jujur saja, rasanya seperti terhipnotis bisa sampai di tempat ini. Bayangkan saja, sepanjang perjalanan bahkan perempuan itu tak dapat membuka mata karena saking kencangnya angin yang seakan menembus pori-pori. Tanpa menunggu satu detik pun, perempuan itu langsung lari terbirit-birit bagaikan tikus yang dikejar kucing. Saking paniknya, ia bahkan lupa akan sesuatu yang masih bertengger di kepalanya.
"Soo Young, kamu itu menarik." Pikir Nam Joon.
"Bu Soo Young!" Seorang wanita menyerukan nama Soo Young saat melihat perempuan itu akhirnya sampai. Irene, itulah namanya. Wanita cantik berambut panjang yang menjadi rekan penelitian Soo Young di sini.
"Itu kenapa pake helm?"
Berterima kasihlah pada Irene yang mengingatkan Soo Young akan helm yang masih setia bertengger di kepalanya. Pantas saja kepala Soo Young terasa berat sejak tadi. Jangan lupakan juga dengan tatapan aneh orang sekitar saat melihat perempuan itu berlari dengan benda hitam di kepalanya. Soo Young langsung melepas benda itu dan terkekeh malu. Kebodohannya memang selalu muncul tak kenal tempat dan waktu!
Tiga jam, waktu yang cukup untuk berakhirnya sebuah seminar. Akhirnya selesai juga! Soo Young melompat-lompat kecil saat mendengar akhirnya projek ia di sana telah usai. Perempuan itu rindu sekali dengan celotehan ibunya di Korea sana. Entahlah, terkadang memang sesuatu yang menyebalkan justru akan sangat dikenang.
"Soo Young, saya sama Pak Suho pergi duluan ya. Kita mau beli oleh-oleh dulu." Irene pergi menyisakan dua perempuan berbeda kepribadian di tempat itu, Soo Young dan Nayeon. Jika kalian menanyakan bagaimana sikap Nayeon setelah kejadian waktu itu, jawabannya masih menjadi sebuah misteri. Nayeon berubah menjadi pendiam hanya pada Soo Young, bahkan perempuan itu sering kali tak menganggapnya ada. Entahlah, terdengar sangat kekanak-kanakan bukan?
"Soo Young" Suara husky yang sangat familiar terdengar menyerukan namanya. Saat berbalik, benar saja, Kim Nam Joon.
"Nam Joon? Gak ke hotel?"
"Saya nungguin kamu dari tadi."
Blushh..
Pipi Soo Young dan Nayeon memerah saat mendengar jawaban singkat milik Nam Joon. Betul, memang pipi keduanya sama merah, namun ada yang berbeda ternyata. Pipi merah milik Soo Young menandakan dirinya tersipu malu saat mengetahui seorang lelaki menunggunya, sedangkan warna merah di muka Nayeon menggambarkan kekesalan dan amarahnya.
"Yaudah yuk sayang. Aku mau ajak kamu dinner."
Deg!
Kini apa lagi? Sayang?! Oh tuhan, kata laknat itu kembali lagi!

KAMU SEDANG MEMBACA
WAYS OF LOVE - NAMJOY
FanfictionLove has its own way to find you - xoxo Tentang cinta yang mempertemukan Park Soo Young, seorang professor muda dengan Kim Nam Joon, seorang CEO berkharisma. Bagaimana jika gadis itu telah memiliki kekasih? Akankah lelaki itu menyerah?