Jalan Tuhan

219 39 12
                                        


 "Kamu kenapa harus bohong?"

Soo Young membuka mulut memecah keheningan yang menyambar membuat jantung Nam Joon serasa berhenti di dalam. Mati sudah! Sebuah alasan klasik terendus sudah. Ulasan kemerahan menyapu pipi manis seorang lelaki yang membuat sudut bibir Soo Young terangkat. Sebuah simpulan senyuman terlukis di bibir manis seorang perempuan saat menyadari alangkah bodohnya tipuan Nam Joon pada seseorang yang sudah bergelut habis dengan namanya bangunan. Oh ayolah, akting manusia bernama Hoseok tak akan mungkin bisa membodohinya. Lucu sekali Nam Joon ini!

Gelak tawa terdengar menggema dari bibir plum Soo Young seiring dengan pipi lelaki yang semakin matang dimasak kebodohan. Soo Young mengerti, sungguh. Bahan sejak awal pun sebuah bisikan bercerita bahwa proyek hanyalah sebuah alasan klasik untuk menghabiskan waktu bersama.

"Wiuwiuwiuu.."

Suara sinyal sirine kendaraan besar bertuliskan 'damkar' juga 'ambulans' yang melenggang bebas melewat membuat tawa Soo Young memudar. Jauh di hadapan, jajaran polisi menjadi pagar dengan latar kobaran api yang melahap sebuah gedung tua pertanda jalanan ditutup. Benar, tak ada setitik celah untuk bisa melewati jalan satu-satunya menuju tanah Seoul.

Menginap di hotel sepertinya akan menjadi putusan malam ini. Beralih dari hotel A ke B, C hingga D, tetap tak membuahkan hasil. Penuh, tak ada kamar tersisa. Baiklah, mungkin bermalam di bawah atap sebuah mobil akan menjadi akhir pencarian tempat malam ini. Seluruh fantasi Soo Young untuk merasakan kasur empuk yang akan menenggelamkannya musnah sudah hingga membuatnya berakhir di atas sebuah jok mobil. Menyebalkan memang, namun aneh, garis bibirnya justru melengkung ke atas menampilkan sebuah senyuman saat malam yang berbeda ini diisi dengan sesi bertukar cerita. Perbincangan malam namanya, sebuah kesempatan untuk membuka hati bersama.

Malam semakin larut. Seorang perempuan terlelap manis dengan sebuah jas hitam lelaki yang menjadi selimut. Simpulan senyuman tercipta di bibir Nam Joon saat perempuan di hadapan tengah bergumam dengan bunga tidur. Mata, hidung, hingga bibir Soo Young menjadi pemandangan malam terindah yang mengukir sebongkah kehangatan di hati. Pipi selembut sutra kini menjadi tempat pendaratan sebuah sentuhan tangan seorang lelaki. Satu kata tak akan cukup untuk mendikte betapa berharganya wanita di hadapan bagi seorang Kim Nam Joon.

Tak ada yang namanya kebetulan. Yang ada hanyalah susunan rencana Tuhan yang tertata rapi dengan latar sebuah insiden kebakaran memberi kesempatan bagi Nam Joon untuk menggali lebih dalam rasa yang menjalar di hati.

Kelompak mata perlahan menutup dengan seorang perempuan yang jauh lebih dulu terlelap manis di hadapan. Dinginnya malam seolah menjadi tipuan bagi keduanya yang justru merasakan kehangatan.

Matahari mulai muncul dari ujung langit yang perlahan berubah cerah dengan sinar yang berhasil membangunkan seorang lelaki dari lelapan. Tidur lebih akhir, bangun lebih awal. Hebat sekali lelaki ini! Soo Young? Owhh bahkan perempuan itu masih bergulat dengan bunga tidurnya.

Lagi, kembali lagi. sebongkah rasa menimpa hati membuat seorang lelaki semakin jatuh ke dalam lubang cinta. Dasarnya bahkan tak dapat dideteksi walau telah ditelusuri hingga kedalaman tak terhingga sekalipun. Tatapan Nam Joon hanya mengarah tepat pada satu objek, rambut halus seorang perempuan yang tengah memejamkan mata menghadap kaca di sampingnya.

Sinar mentari dengan tega menusuk celah kedua mata Soo Young hingga perempuan itu mulai terbangun dari lelapan. Sebuah pemandangan pantai di balik kaca tembus pandang menjadi hal yang cukup membosankan. Ia memalingkan wajahnya ke arah berlawanan hingga..

Cup!

Oh tuhan! kedua bibir mereka bertemu. Salahkan saja Soo Young yang tak menyadari wajah Nam Joon yang berada tepat di samping miliknya. Benda di balik rusuk kiri berdetak kacau tak semestinya. Sistem saraf simpatik Soo Young bekerja ekstra, matanya membulat, jantungnya menggila, hingga fokusnya hanya bertabrakan dengan lelaki yang menatapnya penuh arti. Tatapan dalam menjadi sebuah jalan bagi Nam Joon untuk mengungkapkan perasaan. Tak ada balasan, yang ada hanyalah Soo Young yang mengucap berbu-ribu maaf karena kebodohannya.

"M-maaf, a-aku gak sengaja."

Tidak Soo Young, itu bukanlah sebuah kesalahan, bukan juga sebuah hal yang membutuhkan kata maaf untuk mengakhirinya. Semua ini awal, awal jalan tuhan mendekatkan dua insan yang mencintai dalam diam.

Tak bergeming, Nam Joon menatap Soo Young semakin dalam. Tak akan lagi, cukup sudah selama ini ia menjadi lelaki bodoh dan pengecut yang tak pernah mengungkapkan rasa yang sudah menguasainya selama ini.

"Soo Young, saya sayang sama kamu. Apa boleh saya membuat kamu menjadi perempuan saya?"

Sebuah ungkapan sederhana namun penuh dengan makna menghasilkan Soo Young yang terpana. Netra Soo Young menemukan sebuah ketulusan dari tatapan lelaki yang terkunci hanya padanya. Soo Young akui, selama ini ia bodoh dengan tak menyadari seluruh sinyal yang dipancarkan lelaki itu. Ia terlalu bodoh untuk terbelenggu pada memori buruk akan sebuah pengkhianatan yang lewat di kehidupannya kemarin. Bahkan dengan tega, kenangan buruk itu mengurungnya dalam sebuah kebodohan dengan membohongi hati sendiri saat seorang lelaki selalu ada di hadapan mata dengan uluran tangan yang menantinya. Tak akan lagi, cukup sudah Soo Young menggulung dirinya untuk membohongi hati. Sebuah anggukan kepala ia jadikan sebagai ungkapan perasaannya yang selama ini ia tutupi. Ia tak bisa mengelak lagi. Dirinya juga jatuh pada lubang yang sama seperti Nam Joon. Sama-sama menyelam di lubang yang sama namun saling tak menyapa hanyalah hal terbodoh yang akan menghasilkan sebuah penyesalan. Tak akan lagi terjadi, semuanya terungkap sudah di pagi cerah ini.

Pipi Soo Young terpanggang sempurna bukan karena cahaya yang menerobos masuk melalui jendela, melainkan karena senyuman termanis dengan lesung pipi yang diulas Nam Joon setelah ia menganggukkan kepala.

"Kalau saya melakukannya sengaja, boleh?"

Tolong beritahu Soo Young untuk mati di tempat saat ini juga. Lesung pipi sialan itu semakin memabukkan. Ungkapan sederhana yang mengiringinya dapat Soo Young artikan dengan sangat baik. Tak tahu lagi bagaimana harus bereaksi, anggukan malu-malu kembali menjadi jalannya memberi jawaban.

Jarak kedua manusia semakin terkikis dengan deruan napas satu sama lain yang kini hanya berjarak beberapa inci dari pipi. Sebuah senyuman manis menjadi pembuka sesi mengungkapkan perasaan kali ini. Sebuah ciuman melesat lembut di antara kedua bibir manis yang saling menyapa. Topik rasa di balik kelembutan itu adalah untuk memberi tahu Soo Young seberapa berharganya dirinya bagi seorang Nam Joon. Tengkuk Soo Young menjadi tumpuan tangan lelaki itu untuk semakin mengeratkan tautan. Sapuan demi sapuan lembut yang menghampiri bibir menjadi sebuah bukti Soo Young telah mengingkari janjinya sendiri. Janji untuk memberikan ciuman pertama bagi sang suami kini hanyalah sebuah ampas kopi yang tak lagi berarti. Lelaki itu akan menjadi miliknya bukan?


Hai bebb

Btw i change Jin's character into Hoseok heheehh

Maapkanku yg labil ini wkwkk

Happy reading!^^

WAYS OF LOVE - NAMJOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang