Terhitung sudah empat kali matahari terbit meninggalkan seorang perempuan yang dikurung oleh pagar kecemasan. Awan gelap menaungi Soo Young sesaat setelah kekasihnya hilang bak ditelan bumi. Tak ada kata yang bisa menjelaskan bagaimana Soo Young menjalani empat harinya dengan rasa gusar dan hati yang terus dijajah oleh kecemasan. Lelaki itu, menghilang. Puluhan pesan dan panggilan dari Soo Young sama sekali tak terhiraukan.
Sebuah ruangan kerja dengan langit senja yang mengintip lewat jendela menjadi tempat seorang perempuan bergulat dengan pikiran yang menguasai kepala. Ribuan tanda tanya bergerak melingkar bagai siklus yang tak berujung. Satu tetes air mata lolos membasahi pelupuknya. Tak ada istilah yang dapat mengartikan perasaan Soo Young saat ini, ia kacau.
Ceklekk..
"Kenapa nangis Joy?" Seorang perempuan berambut pirang menghampiri Soo Young yang tengah menundukkan kepala. Pelukan hangat Wendy berikan pada sahabatnya diiringi dengan permintaan kata untuk menjelaskan kondisi Soo Young saat ini. Tak bergeming, bahu Wendy menjadi wadah untuk menampung seluruh cairan yang keluar baik dari mata maupun hidung Soo Young.
"Yahh Joy jangan ngelap ingus ke gue bisa ga?!" Wendy, sahabat laknat yang tak pernah mengerti waktu tepat untuk memulai sebuah candaan. Mood Soo Young semakin terjun bebas ke dasar jurang ulahnya. Sebuah timpukan ia layangkan pada Wendy yang kini meringis kesakitan. "Lo ga bisa bikin gue tenang gitu Wen?!"
Tepat seperti dugaan, respon yang Wendy berikan justru berupa kekehan kecil diiringi dengan senyuman yang merekah setiap kali Soo Young meluapkan amarah. Well, ternyata bukan Nam Joon saja yang justru bahagia melihat Soo Young kesal, ternyata Wendy juga.
"Kenapa Joy?" Akhirnya, sebuah pertanyaan yang Soo Young nanti-nanti keluar juga dari bibir Wendy.
"Nam Joon pergi trus ngilang, dia ninggalin gue Wen!" Getaran rasa cemas memuncak di dada Soo Young. Gurat tidak tenang terlukis jelas di wajah perempuan itu.
Wendy menarik napasnya dalam-dalam. Kali ini ia akan mencoba memposisikan diri sebagai orang yang sudah berlari dengan garis start yang jauh lebih awal dalam sebuah hubungan. "Saran gue, lo cari tau dia kemana. Jangan uring-uringan kayak gini, gak ada gunanya. Oh iya satu lagi, tenang aja Joy, kalo emang dia jodoh lo, dia gaakan kemana-mana."
"Kalo bukan?"
"Ya... setidaknya lo udah usaha cari dia."
Wendy benar, Soo Young harus berusaha mencari ke mana lelaki itu pergi. Entah apa hasil yang akan ia dapat, yang jelas ia sudah mengerahkan usahanya. Dengan langkah yang tergesa, Soo Young meraih kunci mobilnya dan menuju satu tempat yang ia yakini akan memberinya titik pencerahan.
Sebuah mobil putih melenggang bebas di jalanan Kota Seoul membawa seorang perempuan dengan perasaan cemas yang mengurung. Satu per satu kontak yang berhubungan dengan kekasihnya sudah ia coba hubungi. Jennie, Ibu Park, semuanya mengatakan Nam Joon sudah tak menampakkan batang hidungnya di rumah karena tumpukkan pekerjaan di kantor. Namun, kecemasan Soo Young tak lantas melandai. Kantor Nam Joon adalah tempat tujuannya kali ini, berharap agar dugaan lelaki itu menginap di kantor benarlah adanya.
Dengan langkah cepat, perempuan dengan setelan kemeja formal dan rok span menyusuri sepanjang lorong dengan beberapa pasang mata yang menunduk hormat padanya. Seorang perempuan di balik sebuah meja menjadi narasumber pertama Soo Young. Napas yang tergesa-gesa dengan sorot mata yang menyayu dikurung rasa khawatir menyuratkan perasaan gadis itu saat ini.
"Selamat sore Bu Soo Young, ada yang bisa saya bantu?"
"Pak Nam Joon ada di sini?" Tanya Soo Young too the point.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAYS OF LOVE - NAMJOY
FanfictionLove has its own way to find you - xoxo Tentang cinta yang mempertemukan Park Soo Young, seorang professor muda dengan Kim Nam Joon, seorang CEO berkharisma. Bagaimana jika gadis itu telah memiliki kekasih? Akankah lelaki itu menyerah?