Matahari berada tepat di sumbu bumi. Pancaran cahaya menyinari hari. Sebuah lingkaran kursi menjadi tumpuan dua orang perempuan. Wendy dan Soo Young, dua manusia berbeda suasana hati.
Wendy bergedik heran saat melihat sahabatnya lagi dan lagi menyusupkan kening di punggung tangan. Oh sekarang apa lagi?
Seperti biasa, helaan napas adalah respon terbaik yang bisa Wendy berikan pada Soo Young yang terus memasang wajah masam. Satu titik kemungkinan terfokus pada pikiran. Wendy menebak, ulah lelaki itu lagi?
Benar, sesuai dugaan. Wendy sungguh tidak habis pikir bagaimana jalan Soo Young berpikir? Mempertahankan suatu hal yang tidak pantas dipertahankan. Membuang waktu dan pikiran hanya untuk sebuah ketidakpastian. Mengacuhkan takdir yang telah berlalu lalang. Tidakkah Soo Young menyadari itu?
"Ngapain sih nungguin orang yang bahkan sama sekali ga berharap lo ada? Bikin puyeng aja. Nih mending makan biar nanti pas rapat gak keroncongan." Satu suapan makanan memenuhi dari Wendy memenuhi mulut Soo Younh. Pupil Soo Young melebar saat mendengar kata terakhir yang didengar. Rapat?! Oh wow bahkan seluruh pikiran akan lelaki pujaan bisa membuatnya melupakan kewajiban.
Ting!
Sebuah benda kotak berbunyi menandakan sebuah pesan masuk. Netra Soo Young menangkap kata demi kata yang diterimanya melalui sebuah pesan WA. Lagi dan lagi, lelaki itu membuatnya kecewa. Sebuah janji makan malam berdua kini tinggal sebuah rencana. Entah kapan akan terlaksana. Helaan napas kembali terasa saat Wendy menyaksikan Soo Young kembali tersiksa. Oh tuhan, mengapa wanita itu sangat keras kepala?! Sebuah prinsip bodoh yang menjadi pegangan walaupun sudah hampir berada dalam jurang!
Kring!
Kini berganti, ponsel perempuan berambut pirang berbunyi. Sebuah pesan berisikan undangan rapat akan dimulai. Wendy menarik tangan Soo Young yang sedang sibuk dengan semangkuk ramen yang membuat mulut perempuan itu penuh makanan.
"Eh ehhh beom ais woe!" Soo Young kesal. Segelintir uang telah ia gelontorkan untuk semangkuk ramen yang bahkan baru dimakan satu suapan. Wendy memang menyebalkan!
Sebuah ruangan dengan jajaran rekan dosen di hadapan menjadi tempat kedua wanita itu berada sekarang.
"Stt emang rapat apaan sih?" Bisik Soo Young pada Wendy yang duduk tepat di sebelahnya.
"Katanya ada dosen baru."
Suara ketukan alas kaki terdengar mendekat membuat seisi ruangan berdiri dan membungkuk hormat. Seorang pria paruh baya dengan jabatan rektor memasuki ruangan bersama dengan seorang wanita yang berjalan di belakang.
"Terimakasih, silahkan duduk bapak, ibu." Ucapnya.
Tepat seperti yang Wendy katakan, dosen baru telah datang. Seorang perempuan berjas hitam dengan rambut pirang melakukan perkenalan. Im Nayeon namanya, seorang dosen desain interior yang akan menjadi bagian dari universitas ini. Perempuan itu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan hingga matanya melebar tat kala menangkap wujud seorang perempuan yang terlihat tidak asing baginya. Tatapan sinis ia layangkan pada sang target si target.
Soo Young berdesis heran dengan tajamnya tatapan yang ia terima. Wajah si pelaku juga tidak terlihat asing. Apa mereka pernah bertemu?
Rapat akhirnya selesai setelah satu jam lamanya. Ralat! Itu bukan rapat, melainkan hanya pengumpulan massa untuk melihat bagaimana seorang Nayeon menyombongkan kemampuan sebagai dosen baru. Soo Young dan Wendy senang bukan kepayang ketika diperbolehkan kembali ke ruangan. Sungguh, mereka tidak sanggup lagi mendengar seluruh celotehan wanita yang memerlihatkan kebolehan. Oh ayolah, ini baru hari pertama. Apa bisa mereka bekerja bersama wanita dengan tingkat kepedean setinggi lapisan atmosfer terluar? Entahlah.
"Stop!" Langkah girang kedua wanita terhenti saat perusak mood mereka hari ini berdiri tepat di hadapan. Ajakan perang dingin mata yang menyerang terlihat sungguh menyeramkan.
"Kamu? Cewek ngeselin di toko bunga waktu itu kan?" Jari telunjuk perempuan itu mengarah pada seorang perempuan yang menahan rasa geram. Soo Young berceloteh di dalam, "oh dude yang ngeselin di sini siapa?!"
"Maaf, tapi saya punya nama. PARK SOO YOUNG." Perempuan itu mengeja dengan jelas kata demi kata penyusun namanya. Mood Soo Young totally hancur oleh perempuan berambut pirang yang menghujamnya dengan banyak pertanyaan.
"Kamu siapanya Nam Joon?"
Cukup sudah. Rasanya Soo Young tidak berkewajiban untuk menjawab seluruh pertanyaan Nayeon. Ia memilih bungkam sebagai jawaban.
"Maaf, tapi di sini kita rekan kerja. Jadi saya rasa, saya tidak perlu memberi tahu kehidupan pribadi saya." Netra Wendy melebar bahkan seperti hendak keluar dari rongga saat mendengar dengan jelas tuturan Soo Young.
"Lah ini cinta segitiga apa begimana si? Oh God, kenapa gue harus ada di sini sih." Ujar Wendy dalam hati.
"Hhhah, saya mau ngingetin kamu aja untuk sadar diri. Kamu sama saya itu gak se level. Saya, IM NAYEON. Perempuan dengan gelar master dari New York, juga anak dari keluarga terpandang. Oh ya satu lagi, jangan lupakan kecantikan saya yang membahana seantero dunia ini. Kamu gak mungkin bisa sama Nam Joon. Saingan kamu terlalu berat." Oh wow! Kini ada spesies baru di muka bumi ini. Manusia dengan tingkat percaya diri melebihi jarak bumi dengan matahari. Soo Young dan Wendy menampilkan ekspresi menganga tidak percaya.
"Sumpah demi kolor macan Seojun! Pede banget ya tuhann!" Pikir Soo Young.
"Anjirr si kutil badak, pede banget boss!" Ujar Wendy dalam hati.
😁😁😁
Sebelumnya mau ngucapin makasih banyak buat temen2 yg selalu dukung aku sejauh ini.
Semoga kalian suka ceritanya yaa
I purple you! 💜

KAMU SEDANG MEMBACA
WAYS OF LOVE - NAMJOY
أدب الهواةLove has its own way to find you - xoxo Tentang cinta yang mempertemukan Park Soo Young, seorang professor muda dengan Kim Nam Joon, seorang CEO berkharisma. Bagaimana jika gadis itu telah memiliki kekasih? Akankah lelaki itu menyerah?