Seorang lelaki terlihat tengah duduk manis di sebuah sofa panjang rumah besar dengan sebuah buku di tangan. Lembaran buku tebal bergantian di buka satu per satu dengan sepasang netra yang hanya fokus pada kata demi kata yang tertulis.
"Joon." Seorang wanita paruh baya menginterupsi Nam Joon dari kegiatan awalnya. "Wah fix sih kamu sama calon kamu tuh emang jodoh, banyak kesamaannya." Lagi, benteng itu kembali menjajah. Sedikit menundukkan kepala adalah hal yang bisa Nam Joon lakukan saat ini. Getaran emosi tak boleh lagi menguasai dirinya seperti hari kemarin, ia harus pelan-pelan untuk melawan ini semua.
"Kamu sekarang ketemu dia ya. Beli cincin tunangan kalian trus sekalian jalan-jalan berdua. Mama pengen acara tunangan kalian dimajuin jadi bulan depan."
Deg!
Sebuah jurang kini semakin mendekat. Ruangan gelap tak berpintu seakan mengurung Nam Joon dalam rasa kecewa dan hilangnya harapan saat rencana perjodohan semakin menjauhkannya dari perempuan yang ia cinta. Ribuan protes rasanya percuma untuk melawan wanita di hadapan. Namun percayalah, perlahan tapi pasti Nam Joon akan mencobanya.
"Yaudah cepetan temuin dia."
Hari ini Nam Joon akan mengalah. Mungkin hari ini belum saatnya ia menjalankan rencana yang ia susun sedemikian rupa untuk memutus sandiwara. Sebuah kontak di layar ponsel menjadi hal pertama yang ia tuju. Tak ada yang menyeru, yang ada hanyalah bunyi pertanda manusia di seberang telepon sedang sibuk. Mati sudah! Nam Joon merutuki dirinya sendiri saat baru mengingat bahwa sang aktor Jin sedang bertugas di Jeju.
Ini semua buntu. Satu jalan yang Nam Joon punya hanyalah menemui sendiri calon tunangannya hari ini. Tidak, semua sandiwara ini harus tetap berjalan. Ia memutuskan untuk bertukar diri dengan menyamar menjadi Kim Seok Jin sebagai gantinya. Tak apa, setidaknya dengan ini ia bisa mengenal seperti apa perempuan yang akan bertunangan dengannya.
Terik matahari tanpa tertutup setitik pun awan menusuk pori-pori. Sebuah lobby apartemen menjadi tempat lelaki itu berjalan mencari perempuan yang akan menghabiskan waktu dengannya hari ini.
Satu per satu langkah kaki Nam Joon mengantarkannya ke target pencarian. Seorang gadis dengan rambut digerai, kulit putih mulus dengan riasan yang terpoles tipis, dan dress hitam selutut yang membalut sempurna tubuhnya.
"Halo, permisi." Perempuan itu terlihat kebingungan dengan seorang lelaki tak dikenal menghampirinya. Bukan tanpa alasan, janjinya hari ini adalah untuk menemui 'Kim Nam Joon', calon tunangannya.
"Iya, siapa ya?"
"Nama saya Kim Nam-. Eh maksud saya Kim Seok Jin. Saya sepupunya Nam Joon. Dia bilang ke saya untuk menggantikan dia menemani kamu hari ini soalnya dia ada urusan mendadak di Jeju."
"Oh gitu, yaudah kita jalan sekarang?" Syukurlah, perempuan itu terlihat percaya dengan bualan Nam Joon kali ini.
Sebuah mobil sport hitam mengantarkan dua manusia ke sebuah toko perhiasan di tengah ibu kota. Jajaran benda cantik nan berkilau menjadi penyambut langkah kaki mereka memasuki toko itu. Cincin tunangan adalah hal yang mereka cari saat ini. Satu per satu sepasang benda melingkar yang berkilau disodorkan pada dua manusia yang sejatinya merupakan sepasang calon tunangan.
Hari ini, tepat di detik ini Nam Joon akan menjalankan misinya untuk mengenal perempuan yang mungkin akan mengucap janji suci dengannya. Netra Nam Joon memanfaatkan kesempatan untuk menyusuri setiap inci wajah perempuan yang kini tengah berkutik dengan beberapa pasang cincin di hadapan. Nam Joon akui, mata, hidung, hingga bibir perempuan itu terlihat cantik.
"Jin, kalo menurut kamu ini gimana? Cantik gak?" Suara seorang perempuan menyadarkan Nam Joon dari lamunan. Sepasang cincin emas putih dengan kilau berlian sederhana terlihat manis di jari mungil perempuan itu.
"Cantik." Satu kata singkat nan padat yang lolos dari bibir Nam Joon mungkin akan menjadi kata yang dapat mewakili pujian pertama Nam Joon pada calon tunangannya. Ia tak ingin mengelak, perempuan di hadapan memang cantik ditambah dengan senyuman manis yang terlukis di bibirnya.
"Mas sama mba keliatan serasi banget. Saya doain semoga pertunangannya lancar ya." Itulah satu dari ribuan pujian yang diterima Nam Joon beserta calon tunangannya dari beberapa karyawan di sana. Pujian itu terasa menusuk rusuk hingga terkesan tak lagi menjadi sebuah hal yang menggembirakan.
Keheningan bercampur aduk dengan kecanggungan menyelimuti Nam Joon dan perempuan yang kini berjalan tepat di sampingnya. Sebuah toko buku kini menjadi tempat kedua bagi Nam Joon untuk memanfaatkan kesempatan mengenal calon tunangannya.
Aroma kertas terasa memenuhi toko dengan ratusan atau bahkan ribuan buku yang tersusun rapi di rak kanan kiri. Satu per satu langkah kaki menyusuri buku yang dicari.
"Yashh I got it!" Senyuman tipis terlukis di bibir Nam Joon saat netranya menangkap sisi lain calon tunangannya. Senyuman manis yang diiringi dengan lompatan kecil perempuan itu dapat Nam Joon lihat dengan jelas. Hal sederhana dengan cukup menemukan buku yang ia cari bisa membuat kebahagian terlihat jelas di perempuan itu. Satu hal Nam Joon sadari, calon tunangannya adalah perempuan cantik dan sederhana. Not bad.
"Jin?" Suara perempuan di sebelah menyadarkan Nam Joon dari lamunan. "Kita baca buku di sana yuk!" Sentuhan tangan lembut perempuan itu mendarat tepat di tangan Nam Joon sambil membawanya menuju sebuah meja di sudut ruangan.
Seorang wanita yang tengah berkutik dengan buku di hadapan menjadi pemandangan Nam Joon saat ini. Angin kecil yang mengibas lembut rambut perempuan itu membuatnya terlihat sangat damai. Senyuman manis yang terukir di bibir seolah menjadi asupan baru bagi Nam Joon.
"Kenapa kamu terima perjodohan ini?" Akhirnya satu pertanyaan yang selalu terlintas di pikiran Nam Joon dapat ia utarakan pada tokoh di hadapan yang kini terlihat kebingungan. Perbincangan dua manusia pun dimulai dengan netra keduanya terkunci satu sama lain.
"Karena...aku udah menganggap Ibu Kim seperti ibu aku sendiri. Beliau itu panutan aku. Dan aku rasa gak salah untuk mencoba membuka hati. Aku mau nanya sama kamu boleh?"
"Nanya apa?"
"Nam Joon itu orangnya gimana sih?" Sebuah pertanyaan yang lolos dari bibir manis perempuan di hadapan membuat Nam Joon mematung. Bukan tanpa alasan, raut wajah calon tunangan yang terlihat antusias dengan pertanyaannya menyadari Nam Joon bahwa peluang rencananya gagal kini semakin terbuka lebar.
"Ummm..." Nam Joon sejenak memutar otak dari mana ia harus memulai penjelasan bagaimana sempurnanya seorang Kim Nam Joon.
"Nam Joon itu ganteng, keren, pinter. Intinya he's the real definition of perfect man." Jawaban yang didapatnya membuat perempuan di hadapan terkekeh. Mata indahnya mulai menghilang seiring dengan senyuman manis yang kembali terukir di bibirnya. Senyuman itu, senyuman yang membuat Nam Joon lupa akan rencana awalnya.
😱😓
KAMU SEDANG MEMBACA
WAYS OF LOVE - NAMJOY
FanficLove has its own way to find you - xoxo Tentang cinta yang mempertemukan Park Soo Young, seorang professor muda dengan Kim Nam Joon, seorang CEO berkharisma. Bagaimana jika gadis itu telah memiliki kekasih? Akankah lelaki itu menyerah?