Temu Kembali

230 39 5
                                    

Sinar mentari menghiasi birunya langit hari ini. Terlihat seorang gadis dengan jas abu-abu tengah berkutik dengan setumpuk tugas mahasiswanya yang harus ia periksa.

"Bu Soo Young." Suara seorang perempuan memecah Soo Young dari kesibukan. Sebuah pesan agar Soo Young menemui rektor disampaikan perempuan itu. Tanpa menunggu satu detik pun, Soo Young segera melangkahkan kaki menyusuri koridor menuju tempat sang rektor. Indahnya langit cerah tanpa tertutup setitikpun awan seakan membisikkan sesuatu padanya.

Tok tok tok...

"Permisi pak, bapak mencari saya?" Soo Young memasuki sebuah ruangan yang sudah berisikan dua orang manusia berbeda tatapan. Sang pria paruh baya menatap dengan penuh kehangatan, sedangkan sang perempuan muda menatapnya dengan penuh cabikan. Benar, Nayeon lah perempuan yang memasang muka kusut bak daster yang belum disetrika!

Soo Young mendaratkan bokong tepat di hadapan seorang wanita yang menatapnya horror. Bibir perempuan di hadapan maju mundur seakan bersumpah akan Soo Young. Tenang saja, Soo Young sama sekali tak terpancing. Justru melihatnya bisa membuat otak menjadi miring.

"Jadi begini, saya mau meminta bu Soo Young mempimpin perwakilan kampus kita untuk ikut penelitian di Jerman mulai minggu depan, bisa?"

"Pappiii! Kok dia ketuanya sih? Kenapa gak aku aja?!"Perempuan berambut panjang bernama Nayeon merengek protes ke pria paruh baya itu. Tak terima, itulah yang ada di diri Nayeon saat ini. Ia menggerutu kesal saat ayahnya itu tak mendengar perkataannya. Kedua alis Soo Young tertarik ke atas kembali saat melihat tingkah Nayeon seperti seorang anak kecil merengek meminta dibelikan permen. Oh tuhan, perempuan itu bahkan sudah berumur lebih dari seperempat abad!

"Bu Soo Young itu professor Nayeon, dia juga udah lebih lama jadi dosen daripada kamu. Kamu belajar dulu sama dia ya." Balasan pria paruh baya itu membuat Nayeon seketika menghentikan aksinya dan mematung.

"Dia professor?! Wah ternyata saingan gue lumayan juga." Pikirnya.

Soo Young terdiam sesaat. Ia sedang berpikir. Apakah bisa ia meng-handle semua tanggung jawab mulai dari mengajar, mengurus proyek, hingga mengikuti penelitian itu dalam waktu yang sama? Terdengar mustahil bukan? Namun tidak bagi Soo Young. Penelitian ini sangatlah berarti untuknya. Ini adalah mimpinya. Tak mungkin ia melewatkan kesempatan emas ini bukan?

"Bisa pak." Ujar Soo Young dengan mantap.

Setelahnya, Soo Young bergegas meninggalkan ruangan dengan senyum sumringah yang menggambarkan suasana hatinya saat ini. Ia bahkan berloncat-loncat kecil karena kegirangan hingga membuat sekitarnya menatap bingung.

"Park Soo Young?" Seketika suara seorang wanita terdengar memanggil namanya. Sang empu nama pun kemudian berbalik menuju sumber suara. Senyumnya kian merekah ketika melihat sosok wanita yang berdiri di hadapannya kini. Wanita yang menjadi inspirasi terbesar Soo Young. Perempuan itu kemudian berlari menuju wanita berusia 58 tahun dan memeluknya dengan sangat hangat.

"Prof, Apa kabar?" Perbincangan kedua wanita itupun dimulai. Semua hal mereka bicarakan. Tak jarang kenangan bernostalgia di pikiran.

"Kamu kuliah lagi di sini? Atau jangan-jangan jadi penerus saya ya?" Tepat seperti perkataan, wanita itu memang inspirasi terbesar Soo Young untuk berkarir di bidang keilmuwan. Kedua wanita itu kembali berbincang hingga berakhir di sebuah café dengan dua cangkir kopi hangat di hadapan.

Interaksi kedua wanita terlihat begitu manis bak seorang anak dengan ibunya. Begitulah adanya, wanita paruh baya itu memang seorang ibu kedua bagi Soo Young. Sepanjang perbincangan, tak jarang gelak tawa pecah di antara keduanya.

"Jadi, sejak kapan kamu jadi dosen?" Tanya wanita berbalut dress coklat itu.

"Umm, kurang lebih sudah 4 tahun prof."

"Ck, jangan panggil saya prof, panggil ibu aja. Kamu udah saya anggap anak sendiri."

Benar bukan? Hubungan kedua wanita itu memang bagaikan sin dan cos. Dimana ada sin, pasti ada cos. Tak akan bisa terlepas walaupun jarak dan kesibukan yang perlahan mulai mengikis hubungan keduanya.

"Saya dengar kamu lanjut kuliah di Jerman ya?"

Betul, Negeri Jerman menjadi pilihan Soo Young untuk melanjutkan studi pascasarjana. Tak lain tak bukan, semuanya kembali berawal dari wanita di hadapan. Lagi, Soo Young juga setelahnya melanjutkan S3 ke negeri yang sama pula dengan wanita inspirasinya, Amerika. Memang benar adanya, seluruh pencapaian Soo Young saat ini tak terlepas dari wanita yang membuatnya terus berusaha menggapai cita.

"Oh ya? Wah kalo gitu harusnya kamu ketemu sama anak saya. Dia juga kuliah di sana dulu."

"Umm, ngomong-ngomong kamu udah menikah?" Mulailah perbincangan di luar kenangan, sebuah pertanyaan yang akan dijawab Soo Young dengan jawaban berbeda dari biasanya. Kini perempuan itu tak memiliki siapapun yang bisa ia sebut sebagai lelaki pujaan. Biarlah.

"Hhhh, boro-boro nikah bu, pacar aja saya gak punya."

"Kalau kenalan sama anak saya, mau?"

Deg !


Makasih banyak buat temen2 yg selalu support aku sampai saat ini

Walaupun blm banyak, but i'm so grateful having u guys

Lebih baik kualitas dibanding kuantitas bukan?

Love you, xoxo!

WAYS OF LOVE - NAMJOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang