24. Stalker (1)

199 28 4
                                    

Lama ya gak up.. Gak tau kenapa susah bgt ngumpulin mood 😔

Yauda yuk langsung aja vote dulu sebelum baca..

Happy reading

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

*****
"Apa jadwalku selanjutnya?" Tanya Taehyung yang duduk di bangkunya dengan meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Sesekali ia memijit pundak belekang dan lehernya. Desahan lelah keluar dari bibirnya ketika pandangannya menatap pada tumpukan kertas diatas meja kerjanya.

"Jam 1 Rapat bersama Mr. Smith , jam 2 menghadiri acara Persahabatan Antar Negara di istana kepresidenan, jam 5 rapat bersama dewan divisi, kemudian—"

"Kosongkan jadwalku di jam 5. Tunda rapatnya jadi besok siang. Aku harus mengantar kakakku untuk cuci darah."

Zico kemudian mencoret catatannya pada tablet yang selalu dibawanya kemana-mana.

Sesuai dengan janjinya pada Ju Yang, selama kakaknya akan melakukan cuci darah di rumah sakit, Taehyung akan menemaninya. Mau sesibuk apapun itu ia akan mengosongkan jadwalnya demi kakaknya, satu-satunya keluarga yang ia punya. Tidak—sebenarnya ia masih punya keluarga lain, contohnya seorang pria yang saat ini sedang duduk di meja sofa ruang kerjanya. Kim Il Hwa.

"Apa sudah jadwalnya Ju Yang cuci darah?" Tanya pria paruh baya itu yang sedang menyeduh kopinya.

Taehyung menghela nafas dan menatap tak suka pada pamannya yang duduk tak jauh darinya. Semakin dilihat semakin besar Taehyung membenci pamannya itu. Sudah kedua kalinya pamannya itu mencoba untuk akrab dengan mendatangi Taehyung tiba-tiba. Dan kali ini berhasil bertemu dengannya. Mencoba untuk akrab hanyalah sebuah tebakan. Alasan dia? Mari kita dengarkan sebentar lagi.

"Sudah kubilang, aku sangat benci jika seseorang datang tanpa memberitahu terlebih dahulu." Kata Taehyung yang bangkit dari kursi singgasananya menuju ke kursi sofa yang kosong, dan mendudukan tubuhnya berhadapan dengan Kim Il Hwa.

"Kau yang sangat susah dihubungi! Berkali-kali aku datang ke rumah tapi kau tak ada di—"

"Kau datang kemana? Rumah? Itu bahkan bukan rumahmu. Kau harus menyebutnya mansion Kim Taehyung." Ralatnya dengan penuh penuh penekanan di setiap kata.

Kim Il Hwa menelan ludahnya, merasa terintimidasi dengan tatapan Taehyung.

"Baiklah aku akan jujur. Kedatanganku kemari karena ingin memintamu untuk membujuk kembali Tuan Hiroto untuk kerjasama dengan perusahaanku. Kau pasti bisa kan berbicara dengannya? Tolong bantulah pamanmu ini!"

Taehyung terdiam sejenak, kemudian Zico datang memberikan segelas wine dan botol wine merk franciacorta. Wine yang berasal dari Italia, salah satu wine favorit Taehyung.

"Kenapa aku harus membantu paman?" Tanya Taehyung sembari menerima wine yang dituangkan Zico.

"Kita adalah keluarga! Bukan begitu?!"

Hening tak ada tanggapan. Namun di detik ke lima Taehyung tertawa terbahak-bahak. "Keluarga? Apa paman sedang bercanda?" Tanyanya bersamaan dengan tawanya yang mereda dan di detik selanjutnya wajahnya berubah menjadi serius, ia menaikan dagunya angkuh menatap Kim Il Hwa. Gelas wine yang berada di sela-sela jari telunjuk dan jari tengah, ia goyangkan pelan. "Apa yang namanya keluarga berharap jika keluarganya segera mati? Dan—apa yang namanya keluarga akan menutupi kasus kakaknya sendiri yang mati karena kecelakaan?!!"

Hey, Don't Touch My Cheese!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang