31. Thoughtless

142 22 2
                                    

Wang Hyunbin,

Pria licik dan kasar ini memang pantas disebut ular, tidak—lebih tepat dia dipanggil monster. Karena di otaknya, banyak segudang cara untuk mengalahkan lawannya. Sekalinya ia kalah, ia tak akan menyerah begitu saja. Karena itu dia pantas menjadi kandidat ketua selanjutnya di asosiasi.

Aku bertemu dengannya saat dia masih sangat kecil. Dan saat itu pula kami sudah akrab. Dia selalu memanggilku "Ibu", saat aku bertanya mengapa dia memanggilku ibu, dia menjawab "karena sorot mata ibu seperti ibuku."

Sejak saat itu aku membiarkan dia berkeliaran di sekitarku. Sampai akhirnya aku mengetahui jika dia satu SMA dengan Chaeyeon. Aku tidak ingin mengakuinya, tapi—saat itu aku merasa legah. Karena dengan adanya dia disamping Chaeyeon, aku bisa mendengar kabarnya setiap hari.

Wang Hyunbin sangat terlatih menjadi seorang hunter. Di asosiasi ia mempunyai peran penting. Selain hunter, ia juga seorang keeper yang menyimpan berbagai bukti yang dikumpulkan asosiasi.

Dia sangat berat hati harus meninggalkan Chaeyeon. Saat itu dia mendapatkan tugas untuk mengawasi perbatasan dan adanya imigran baru yang mengetahui asosiasi, membuatnya sangat sibuk.

Hari per hari berlalu, bulan dan juga tahun berganti. Dia masih juga sama memikirkan Chaeyeon, seperti diriku.

Kami punya kesamaan dan kesamaan itu adalah kelemahan kami.

Yoon Chaeyeon. Bagi kami, dia adalah—kelemehan.

Jika ada sesuatu hal yang menyangkut Chaeyeon, kami pasti panik. Tapi kami tidak bisa bertindak gegabah, karena kami—diawasi oleh asosiasi.

Nostalgia itu membuatku merasa waktu cepat sekali berlalu. Pria yang harusnya masih setinggi dahiku, sekarang malah aku yang setinggi dahinya.

Bocah kecil yang kemarin memanggil-manggilku ibu sekarang memanggil senior? Dan—nyonya Seo In Hee?

"Hah.. Kau benar-benar sudah dewasa ya, Wang Hyunbin.." gumamku menatap pada tali sepatu yang sudah dibenarkan Hyunbin.

Hyunbin duduk disebelahku, kemudian mengeluarkan rokok dan pemantik api.

"Kau—katanya sudah berhenti merokok?!" aku kesal. Dia sudah berjanji akan berhenti merokok saat setelah asmanya kambuh dengan hebat dua bulan yang lalu.

Bukannya malah berhenti. Ia malah menghisap dalam rokok yang sudah dibakarnya.

"Senior.. Kenapa anda tidak marah?"

DEG!

Aku tertegun, "apa maksudmu?"

Aku menoleh kesebelah, menatap dalam pada Hyunbin yang masih menatap lurus kedepan.

"Karena wanita itu, anda kehilangan suami anda dan juga anak anda.. Dan sekarang, anda dipaksa masuk kedalam asosiasi yang sebenarnya anda sendiri tidak mau masuk kan?"

Aku terdiam. Aku tidak menyangkalnya. Semua ucapannya tidak salah. Aku kehilangan suami yang sangat aku cintai, dan anakku yang sudah menjadi nyawaku kedua. Dan sekarang, hanya karena statusku! Aku—dipaksa masuk dalam asosiasi.

Aku pun juga tidak mau dilahirkan menjadi setengah korea utara dan setengah korea selatan!

Rahangku mengeras. Setiap aku mengingat hidupku yang rusak ini, aku merasa tidak adil. Tuhan—apa kau benar-benar ada? Tidakkah, Kau sedikit keterlaluan padaku?

"Wang Hyunbin.. Untuk sementara, tetap awasi dia. Aku minta padamu untuk menjaganya. Dia—adalah satu-satunya alasan aku harus hidup."

Wang Hyunbin diam tak menanggapi. Aku melirik kesebelah. Kulihat wajahnya menatap nalang ke sebrang danau. Ah.. Apa dia merasa terbebani?

Hey, Don't Touch My Cheese!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang