Juli, 2015
Siang itu, Handaru menjemput Kira di kost untuk mengajaknya pulang ke rumah Handaru. Kira tidak keberatan juga tentunya, karena bukan pertama kalinya ia diajak ke rumah lelaki itu.
Kira pertama kali diajak ke rumah Handaru di tahun 2013, beberapa bulan setelah Handaru mendekatinya. Kala itu, Kira gugup bukan main karena sebelumnya, ia tidak pernah punya pengalaman diajak menemui keluarga lelaki yang dekat dengannya. Tapi untungnya, berkenalan dengan keluarga Handaru ternyata tidak sesusah yang Kira bayangkan.
Ibunya Handaru sangat baik dan sayang kepadanya, begitu juga dengan kakak perempuannya Handaru. Kira jarang sekali bertemu dengan ayahnya Handaru dikarenakan beliau tidak bekerja di Jakarta, melainkan di suatu daerah dan terkadang, Ibunya Handaru juga pergi ke sana untuk menemani sang ayah. Tetapi hari ini, semuanya sedang berkumpul di rumah untuk merayakan Handaru yang sudah berhasil mendapatkan gelar sarjananya.
"Kiranaaa! Lama enggak ketemu!" Seorang perempuan bersurai panjang adalah orang yang pertama kali menyambut Kira begitu ia tiba di rumah bertingkat dua itu.
"Kak Ana!" Kira berseru dan menyambut pelukan Tatiana, kakak perempuan Handaru. "Kak Ana apa kabarnya?" tanya Kira setelah saling melepas rindu dengan Tatiana.
Tatiana tersenyum kecil. "Aku baik-baik aja. Kamu gimana? Kuliahnya lancar?"
Kira menganggukkan kepalanya. "Lancar, Kak. Tapi masih banyak tugasnya."
Tatiana tertawa pelan. Melihat cara Tatiana tertawa, lagi-lagi membuat Kira berpikir betapa luar biasanya gen ayah dan ibu mereka.
"Enggak apa. Dinikmati dulu masa kuliahnya. Cari duit lebih capek loh, Kir." ujar Tatiana.
Kira hanya tertawa menanggapi ucapan perempuan itu. Yang Kira tahu, Tatiana memang sering kali mengeluh masalah pekerjaannya dengan Handaru dan Handaru selalu menceritakan itu kepada Kira. Setiap melihat Tatiana dan Handaru, Kira akan teringat dengan kakak perempuan dan adik laki-lakinya yang ada di Palembang sana.
"Duh Kakak ini, biarin dulu kek tamunya masuk?" Suara keibuan yang ada di belakang Tatiana membuat Tatiana dan juga Kira menoleh ke arahnya. Lasmi—ibunya Handaru dan Tatiana langsung menyunggingkan senyumnya dan menyambut Kira ke dalam pelukan yang hangat.
"Tante," sapa Kira. "Apa kabar?"
"Alhamdulillah, Tante baik. Kirana kabarnya gimana?" balas Lasmi setelah melepas pelukannya. "Kata Handa, kamu lagi sibuk sama tugas banget. Ketemu dia aja enggak ada."
Kira tertawa kecil dan selalu merasa gemas dengan interaksi Handaru dan ibunya. "Iya, Tante. Lagi banyak tugas banget. Kak Handa cerita apa aja ke Tante?"
"Banyak. Suka sedih kalau chat-nya dia kamu cuekin." kata Lasmi lagi dan membuat Kira tertawa lagi lalu melirik Handaru. Yang dilirik hanya memasang ekspresi pura-pura tidak tahu saja.
"Om mana, Tante?"
"Om lagi di belakang. Lagi kasih makan ikan tuh di kolam. Yuk kita ke belakang." Lasmi kemudian merangkul Kira dan mengajaknya ke belakang.
Saat Handaru hendak menyusul mereka berdua, Tatiana tiba-tiba menarik lengan adiknya itu sehingga membuatnya berhenti berjalan dan menoleh kepada kakaknya dengan bingung. Sedetik kemudian, Handaru mendengar suara tawa heboh dari dapur sana. Handaru sudah tahu, pasti ayahnya begitu heboh melihat Kira di sana dan mungkin akan menceritakan ikan-ikan yang baru saja ia beli kemarin.
"Kenapa, Kak?" tanya Handaru kepada Tatiana.
Tatiana melirik sebentar ke arah dapur lalu menarik adik satu-satunya itu keluar rumah. "Gue mau ngomong sama lo, Han."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang
General Fiction[Completed] Tentang mereka yang tersesat oleh waktu, tentang mereka yang belajar memaafkan, tentang mereka yang belajar dan menerima diri sendiri.