Terakhir kali ia bertemu dengan Nika adalah saat wisuda gadis itu dan Wuren. Hari itu pun, mereka tidak berbicara banyak dan terlihat seperti orang asing. Malam ini sepulang bekerja, Nika mengajaknya untuk bertemu di salah satu coffee shop yang tidak jauh dari kantornya dan juga kantor gadis itu.
Saat menerima paper bag berisikan makanan yang diantar oleh driver ojek online, Kira tidak menduga bahwa sang pengirim adalah Nika. Begitu membaca isi suratnya, Kira segera mengirimkan pesan di Whatsapp dan berharap Nika belum memblokir nomornya atau malah mengganti nomor. Untung saja, semua asumsinya itu tidak benar. Melihat centang dua berwarna biru di ruang obrolan tersebut membuat Kira bernapas lega.
Kira menggerakkan kakinya dengan gelisah sembari menunggu kedatangan Nika. Menanti pertemuannya dengan gadis itu membuatnya dua kali lipat lebih gugup dari saat dirinya bertemu dengan Riyan di restoran kemarin. Saking gugupnya, Kira bahkan menjatuhkan beberapa barang yang ada di dalam tasnya yang terbuka ke lantai.
Gadis itu menunduk, bermaksud untuk mengambil barang-barangnya yang berserakan. Saat dirinya mengambil barang-barang itu, seseorang ikut membantunya dan membuat Kira mendongakkan kepala. Sosok Nika yang kini sudah bersurai panjang tampak di depannya. Perempuan itu tersenyum sambil memberikan charger Kira yang terjatuh.
"Apa kabar, Kir?" tanya Nika membuat Kira bergeming lama. Ia menatap Nika lekat lalu terkekeh pelan melihat rambut mereka yang kini seolah tertukar. Dulu saat kuliah, rambut Nika lebih pendek dan Kira memiliki rambut yang panjang. Dan setelah beberapa tahun tidak bertemu, keduanya memilih untuk mengganti suasana.
Kira mengambil charger-nya dan membalas senyuman Nika. "Baik, Nik. Lo... Apa kabar?"
"Boleh duduk dulu?" Nika menganggukkan kepalanya ke arah kursi.
Kira menganggukkan kepalanya seraya tertawa kecil. Ia pun ikut duduk di kursinya setelah melihat Nika terduduk di kursi.
"Rambut lo sekarang panjang." ujar Kira membuat Nika refleks memegangi rambutnya sendiri.
"Iya," balas Nika. "Mau ganti suasana. Lo juga, sekarang kelihatan lebih fresh karena rambut pendek."
"Iya, tapi masih suka kangen sama rambut panjang sih."
Keduanya kemudian terdiam. Pandangan keduanya sesekali beradu dan membuat mereka tertawa canggung. Kira tidak suka suasana yang canggung, dan ia tahu Nika pun sama. Namun karena orang di depannya adalah Nika, maka Kira memutuskan untuk lebih bersabar.
"Kir," Nika akhirnya bersuara, menyudahi kecanggungan di antara mereka. Ia menarik napasnya pelan dan terlihat gugup. "Gue... Mau minta maaf."
Kira mengangkat kepalanya dan menatap Nika terkejut. Bertahun-tahun tidak bertemu dan juga bertegur sapa, Nika tahu-tahu mengucapkan kata maaf kepadanya dan membuat Kira kebingungan.
"Gue tahu, rasanya enggak adil tiba-tiba menjauh dari lo, mengabaikan lo, sementara lo enggak tahu kenapa gue melakukan itu. Juga... Mungkin udah telat gue baru ngomong kayak gini sekarang. Karena untuk ngomong, rasanya sulit, Kir. Mungkin lo juga tahu rasanya gimana." Nika memberi jeda sejenak. "Gue enggak tahu apa lo udah tahu soal ini atau belum... Tapi, gue pernah suka sama Dion, Kir. Dulu, waktu kuliah."
Mendengar fakta tersebut langsung Nika, membuat Kira tertegun. Selama ini, Kira sudah menduga tentang itu. Akan tetapi, Kira tidak yakin apakah dugaannya itu benar atau tidak. Kira pikir, Nika benci kepadanya karena keakrabannya dengan Dion. Sebelum Kira memastikan hal tersebut benar adanya atau tidak, Nika wisuda dan pulang ke kampung halamannya.
"Dan gue cemburu sama lo. Alasannya klasik memang." Nika menipiskan senyumnya. "Awalnya gue mencoba untuk menahan diri, Kir. Buat enggak benci sama lo. Tapi ternyata... Susah. Gue enggak bisa. Gue terus berpura-pura biasa aja kalau ngelihat lo dan Dion deket. Apalagi kalau Dion perhatian banget sama lo. Selama gue pulang, gue memutuskan untuk lebih menyayangi diri sendiri dan melupakan semuanya. Melupakan perasaan gue kepada Dion juga. Dan.... Itu berhasil. Gue bahkan sempat pacaran, Kir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang
Ficción General[Completed] Tentang mereka yang tersesat oleh waktu, tentang mereka yang belajar memaafkan, tentang mereka yang belajar dan menerima diri sendiri.