31 - Until We Meet Again

175 31 8
                                    

Agustus, 2017

Deja vu, suatu perasaan mengingat kembali kejadian di masa lalu. Saat ini, Dion sedang merasakan perasaan itu.

Duduk di bawah pohon yang tak jauh dari gedung wisuda sembari menikmati sepotong es krim karena tidak tahan dengan teriknya matahari. Namun siang ini terasa begitu berbeda. Dua tahun yang lalu, Dion berada di bawah pohon itu bersama Kira, Wuren, dan Nika, untuk menunggu Handaru yang sedang wisuda di dalam gedung itu. Namun siang ini, hanya ada ia dan Kira yang sedang menunggu Wuren dan Nika untuk keluar dari sana.

Aneh rasanya bagaimana dulu mereka begitu dekat, bagaimana dulu Kira selalu bersama dengan Nika. Akan tetapi, sekarang, untuk menyapa saja, Kira tak tahu bagaimana caranya.

Dion menatap Kira yang telah menghabiskan es krimnya. Atensi gadis itu kini tertuju pada buket bunga yang sudah ia pesan tadi malam untuk diberikan kepada Wuren dan Nika.

"Gue kangen, Yon." ujar Kira tiba-tiba. Ia mengangkat pandangannya dan menatap lurus ke arah gedung tersebut. "Kangen kita berempat."

"Gue juga, Kir." balas Dion, ikut menatap ke arah gedung yang masih belum menunjukkan tanda-tanda untuk membuka pintunya.

"Kenapa kita jadi kayak gini ya? Gue sampai sekarang enggak tahu kenapa Nika jadi benci banget sama gue. Sampai sekarang gue bertanya-tanya, salah gue apa sih?"

Dion bergeming, rasa bersalah menggerogoti perasaannya. Sampai sekarang, ia berhasil menutupi perasaannya kepada Kira. Dion bahkan sedikit bingung, karena Nika tetap diam dan tidak mengatakan apapun kepada Kira. Perempuan itu memilih menjauh, tanpa mengatakan semuanya.

Sebenarnya, Dion sedikit lega ketika tahu Nika tidak membocorkan rahasianya yang mati-matian ia jaga demi mempertahankan persahabatannya dan Kira. Tapi di sisi lain, Dion juga merasa kebingungan dengan sikap Nika yang satu itu. Sepertinya, Nika memang tidak mau tahu lagi dengan apa yang terjadi antaranya dan Kira.

"Kak Kiranaaaa..."

Bertepatan dengan habisnya es krim dan menyisakan stik es krim di tangan masing-masing, Kira dan Dion menoleh kepada pemilik suara yang barusan memanggil nama Kira. Seorang perempuan mungil dengan rambut panjang yang diikat berantakan terlihat sedang berlari kecil ke arah Kira dan Dion.

Senyuman Kira kemudian mengembang dan menyambut perempuan itu dengan pelukan hangat. "Aya!"

Kalinda Gayatri Leela, kekasih Wuren yang pintarnya minta ampun. Kalau dilihat-lihat sih, Gayatri itu sebelas dua belas dengan Wuren. Dion kadang berpikir, kalau kedua orang ini sampai ke jenjang pernikahan dan memiliki keluarga kecil, akan jadi apa anaknya?

"Duh, kayaknya calon dokter sibuk banget ya?" ucap Kira setelah melepas pelukannya dan mengamati Gayari yang penuh dengan peluh karena berlari ketika menghampirinya.

Gayatri terkekeh pelan. "Aku buru-buru banget tadi, Kak. Takut Kak Wuren keluar duluan. Belum keluar kan dianya?"

"Belum kok, Ya. Duduk di sana deh, yuk? Panas banget nih." keluh Dion sambil mengibaskan kaos putihnya. Memang, cuaca siang itu cukup panas.

Setelah Gayatri lulus SMA, ia dan Wuren menyudahi hubungan jarak jauh mereka karena Gayatri diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Walau begitu, tetap saja mereka jarang bertemu karena keduanya begitu sibuk mengurusi kegiatan masing-masing.

"Aku beli minuman nih," kata Gayatri setelah ketiganya duduk di tempat semula lalu menyerahkan dua botol minuman dingin kepada Kira dan Dion. "Mumpung tadi beli satu gratis satu di Indomaret."

"Wuren udah wisuda nih, Ya. Kapan mau nikah?" sahut Dion setelah meneguk minumannya, terlalu haus setelah memakan yang manis-manis.

"Apaan sih, Kak Dion?" Gayatri malah tertawa. "Kan aku belum selesai kuliah. Malah, masih lama terus Kak Wuren juga mau S2 tahu."

TentangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang