26 - You Will Be Okay

135 29 8
                                    

Oktober, 2015

Antara benci dan cinta itu beda tipis, katanya. Setelah Nika mengalami hal serupa, mungkin kata orang itu ada benarnya. Nika tak tahu apa di hatinya masih ada Dion atau tidak dan Nika tidak tahu, apa ia sebenarnya membenci Kira atau tidak.

Ketika melihat Kira ditinggalkan Handaru—tanpa pamit, Nika merasa iba kepadanya. Namun Nika tidak munafik, jika ia sedikit menertawakan Kira dalam hati. Saat itu, Nika bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah ia membenci Kira atau masih menganggap perempuan itu sebagai sahabatnya.

Sudah seminggu sejak Handaru pergi tanpa kabar. Nomornya sudah tak lagi bisa dihubungi, ia menghilang dari sosial media, dan tidak ada yang tahu ia pergi kemana, hingga gosip-gosip aneh pun ikut menyebar di jurusan mereka, seperti sekarang ini.

"Eh, eh, gue denger katanya Kira tuh ditinggalin Kak Handaru,"

Nika sedang berada di salah satu bilik toilet di kamar mandi kampusnya. Sebenarnya, bukan sekali dua kali Nika mendengar gosip itu. Nika juga yakin, Kira sudah mendengar orang-orang membicarakannya dan Handaru—terlebih lagi kakak tingkat yang dulu tidak menyukai hubungan keduanya. Ada yang menertawakan Kira, ada yang bersimpati padanya. Tapi, Kira sama sekali tidak memperdulikan itu.

"Katanya Kak Handaru nyari mantannya waktu SMA dulu."

"Serius? Kasihan amat Kira di-phpin."

Nika mendengus. Sesenang itukah mereka membicarakan hubungan orang lain? Nika kemudian mendorong pintu bilik dengan kasar. Dua orang perempuan—yang tadi sedang membicarakan Kira di depan wastafel terkesiap. Mereka buru-buru mencuci tangan dan langsung keluar dari kamar mandi begitu mengenali wajah Nika.

Nika mengernyitkan dahinya. Dia bahkan tidak tahu anak kelas mana mereka. Kenal juga tidak, tapi malah membicarakan orang lain. Dasar.

Nika kemudian mencuci kedua tangannya di wastafel dalam diam, hingga seseorang masuk ke dalam dan dari ekor matanya, Nika sedikit terkejut dengan kehadiran perempuan itu.

Nada, perempuan dari Fakultas Ekonomi yang pernah dekat dengan Dion.

"Ngapain lo di sini?" tanya Nika sambil memandangi perempuan itu dari ujung kepala hingga kakinya.

"Emangnya enggak boleh?" balas Nada tak suka. Ia mendekati wastafel dan mencuci tangannya di sana.

Nika sedikit menggeserkan tubuhnya dan menatap Nada lagi. "Ini Fisip, bukan Fekon. Emang di Fekon enggak ada toilet?"

Nada mematikan keran wastafel dan mengambil beberapa lembar tisu lalu mengelap kedua tangannya. "Gue nungguin cowok gue lah?"

"Cowok lo?"

"Kak Reno." balas Nada.

Nika bergumam, tidak begitu heran mendengar kalau Nada dan Reno berpacaran. Nika tahu seperti apa playboynya Reno dan ia yakin Reno tak benar-benar serius dengan perempuan seperti Nada. Mana sanggup Kak Reno meladeni sifat manja ini cewek.

Nika hendak meninggalkan toilet dan keluar dari sana tanpa berpamitan pada Nada. Tapi, Nada kemudian bersuara dan membuat Nika menghentikan langkahnya.

"Gue denger si Kirana ditinggal Kak Handaru,"

Nika memutar tubuhnya dan tersenyum miring. "Populer juga si Kirana sampai lo denger gosipnya di Fekon."

"Reno sekarang cowok gue dan otomatis gue sering main bareng circle dia. Udah kesebar kemana-mana." balas Nada sambil merapikan rambutnya yang panjang.

Nika tidak ingin berlama-lama berurusan dengan Nada. Perempuan itu terlihat masih sedikit dendam kepada Dion dan teman-temannya. Ketika Nika ingin pergi lagi, Nada kembali mengatakan sesuatu yang membuat Nika terdiam dan menatap Nada dengan penuh tanya.

TentangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang