November, 2013
Untuk pertama kalinya di dalam hidup seorang Dion Carvalo, hari ini ia merasa malas untuk melanjutkan bermain futsal melawan tim Handaru.
Sejak dulu, Dion selalu suka dengan sepak bola. Tak sedikit pun ia melewati olahraga itu dari jaman SD hingga SMA. Terlebih lagi, saat ia mengetahui bahwa Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi sering mengadakan acara futsal angkatan atau hanya sekedar pemanasan saja bersama kakak dan adik tingkat.
Tapi hari ini, Dion tidak begitu bersemangat untuk memainkan olahraga ini saat mendengar teriakan Kira yang beberapa kali meneriaki nama Handaru. Teriakan itu membuat konsentrasinya buyar dan bisa-bisa menggagagalkannya untuk mendapatkan piala MVP lagi di futsal angkatan bulan ini.
"Yon! Dion! Sebelah sana!" teriak Teguh, teman sekelasnya yang ikut bermain.
Dion mematuhi arahan dari Teguh dan berlari ke arah yang dimaksud. Tapi matanya tak lepas dari Kira yang berada diluar lapangan sambil bergurau dengan Nika.
"Dasar pengkhianat lo, Kirana. Sana, lo pindah aja tuh ke kakak-kakak angkatan 2012!" seru Nika.
Kira tertawa, "Enggak ah. Takut gue. Tahu enggak sih, dari kemarin-kemarin instagram gue rame banget. Difollow sama angkatan 2012."
"Iyalah. Mereka mau tahu yang mana sih cewek yang berhasil bikin Kak Handaru klepek-klepek." celetuk Nadia.
"Tapi, Kak Handaru emang keren banget main bolanya," sahut Karin. Nadia mengangguk setuju.
"Dion juga keren kok. Ayo dong semangatin MVP kita. Dia sampai kewalahan tuh," Nika menimpali sembari menunjuk ke arah Dion yang sudah kelihatan tidak fokus.
Atensi Kira pun beralih ke arah Dion yang sekarang malah terlihat bengong—dengan matanya yang memandang lurus ke arah dirinya. Kira sampai harus menatap Nika dan yang lainnya untuk memastikan ke arah mana Dion melihat.
"Dion... Kenapa sih?" gumam Kira.
"Dari kemarin-kemarin emang agak aneh," ujar Wuren yang sedari tadi tidak begitu memperhatikan dan hanya sibuk memainkan ponselnya. "Tapi, karena dia selalu aneh, gue biasa aja."
Kira mendengus, "Gimana kalau temen lo itu sampai sakit?"
"Emangnya dia bisa sakit?"
"Ish, Wuren!"
Wuren hanya tertawa kecil lalu ikut menonton pertandingan yang sedang sengit itu. Skor sementara masih 1 sama. Waktu yang tersisa hanya sebentar lagi. Tiba-tiba, suasana di lapangan pun menjadi tegang. Yang terdengar hanyalah suara teriakan dari para pemain.
"Yon, Yon, ambil, Yon!"
Dion dengan gesit segera berlari untuk merebut bola yang ada pada Handaru. Namun sialnya, Dion malah terjatuh sebelum merebut bola itu. Terdengar sahutan kekecewaan dari teman-teman sekelasnya dan para pemain yang ada di lapangan pun tiba-tiba berjalan mengelilingi Dion.
"Eh, Dion kenapa itu? Sakit kali ya jatuhnya?" ujar Nadia cemas.
Kira dan Nika saling pandang lalu berlari masuk ke dalam lapangan dan menyeruak di antara keramaian. Benar saja, Dion terlihat sedang mengaduh sambil memegangi kakinya.
"Dion kenapa?" tanya Kira cemas, berjongkok di depan lelaki itu yang terlihat sangat kesakitan dan bertanya kepada Handaru yang terlihat sedang mengoleskan sesuatu pada kakinya.
Handaru menggeleng, "Yon, kalau sakit banget, mending ke rumah sakit aja. Gimana? Ntar malah kenapa-napa."
"Enggak," Dion menggeleng lalu meringis kesakitan. "Gapapa. Keseleo aja. Tapi emang sakit banget sih,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang
Ficción General[Completed] Tentang mereka yang tersesat oleh waktu, tentang mereka yang belajar memaafkan, tentang mereka yang belajar dan menerima diri sendiri.