Desember, 2013
"Na, besok sore kita nonton yuk?"
Kira menyukai hujan, Walaupun tidak ada alasan istimewa di balik ia menyukai pristiwa presipitasi itu. Hanya saja, Kira suka tiap kali hujan memberinya kesejukan sehingga ia punya alasan untuk bermalasan di balik selimut tebalnya setiap akhir pekan. Tapi selain itu, ia tidak punya alasan lagi.
Kira menghela napas panjang dan mengalihkan pandangannya dari pintu kelas dan memainkan pulpennya di atas buku. Hari ini, ia punya alasan untuk tidak menyukai hujan.
Kira lalu mengeluarkan ponselnya dan mengabaikan segala keributan yang ada di kelas dan membuka chat dari kontak yang bertuliskan 'Handaru Sharga'.
Handaru :
Na, hujan. Nontonnya kapan2 aja ya? Aku ga bawa mobil
Kira meringis pelan lalu sedikit menghentakkan ponselnya ke atas meja dan membaringkan kepalanya. Iya. Sore ini, untuk pertama kalinya, ia akan pergi menonton dengan Handaru. Tapi hujan membatalkan rencana mereka itu. Lagipula, sepertinya hujan tidak akan berhenti dalam waktu yang dekat.
"Kir, ke kantin yuk. Susulin Dion sama Wuren. Bosen banget di sini." keluh Nika yang datang entah dari mana dan duduk di tempatnya—di sebelah Kira.
Kira menggelengkan kepalanya tanpa berniat sedikit pun untuk menatap temannya itu. Tiba-tiba suasana hatinya jadi buruk dan ia jadi malas melakukan apa pun.
"Kir, lo kenapa sih?" tanya Nika setelah menyadari ada yang aneh dengan temannya itu. Kira tidak secerewet yang biasanya. "Lo sakit?"
Kira menggeleng lagi, "Gapapa, Nik. Kalau lo mau ke kantin, duluan aja. Gue lagi nggak mood,"
"Kenapa sih? Baru dapet?"
Kira kembali menggeleng dan Nika tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Nika kemudian mengalah dan memasukkan buku-bukunya yang ada di atas meja. "Ya udah, gue ke kantin ya. Susulin aja—Eh, Kir, ada Kak Handaru tuh."
"Bohong," gumam Kira membuat Nika menaikkan sebelah alis matanya karena bingung. "Kok bohong sih? Beneran tau, Kir. Di depan kelas."
Kira kemudian mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah pintu. Benar saja, ada Handaru di sana. Handaru terlihat mengacak pelan rambutnya yang sedikit basah karena terkena hujan. Cukup lama ia seperti itu hingga akhirnya Handaru menolehkan kepalanya dan langsung tersenyum sumringah begitu ia melihat Kira.
Kira tidak pernah tidak ikut tersenyum—setiap kali Handaru melakukan itu kepadanya. Suasana hatinya yang tadi tidak begitu bagus, seketika langsung berubah dan ada perasaan bahagia yang menyelimutinya saat melihat Handaru di sana.
"Tuh, bohong ya gue?" ujar Nika sambil tersenyum mengejek. Perempuan itu kemudian bangkit berdiri dan menepuk pelan pundak Kira, "Gue ke kantin ya."
Kira mengiyakan perkataannya dan menatap Nika yang berjalan keluar kelas sambil menyapa Handaru lalu berjalan menuju kantin yang letaknya tidak begitu dekat dari kelas mereka.
Kira pun ikut merapikan barang-barangnya, menyandang tote bag berwarna putih miliknya dan menghampiri Handaru yang menunggunya di luar.
"Kak Handaru dari mana?" tanya Kira begitu ia tiba di dekat pintu.
"Dari sekre," jawab Handaru. Lelaki itu kemudian memperhatikan Kira dengan lekat dan penuh selidik. "Kamu marah sama aku?"
Kira sedikit terkejut mendengar pertanyaannya itu sekaligus bingung, "Marah? Marah kenapa?"
"Karena kita nggak jadi nonton. Kamu nggak bales lagi line dari aku. Karena kepikiran, makanya aku samperin ke sini."
Ujung bibir Kira pun sedikit terangkat mendengar ucapan tulus yang keluar dari mulut Handaru. Lelaki ini benar-benar berhati lembut. Bahkan marah kepadanya pun Kira tak sanggup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang
General Fiction[Completed] Tentang mereka yang tersesat oleh waktu, tentang mereka yang belajar memaafkan, tentang mereka yang belajar dan menerima diri sendiri.