Waktu pertama kali berkenalan dengan Kira, Dion tidak berekspetasi apa-apa selain berpikir bahwa Kira merupakan seseorang yang ceria dan gampang berbaur dengan orang baru. Dion juga berpikir, bahwa ia dan Kira bisa berteman dengan waktu yang cukup lama karena sifat mereka yang hampir mirip.
Jatuh hati kepada Kira tidak pernah ada dalam list berteman dengan Kira, sama sekali. Begitu pula dengan Dion yang mampu menyembunyikan perasaan itu dalam waktu yang cukup lama. Jika boleh ia mengenang masa-masa itu, Dion merasa terharu atas perjuangannya sendiri.
Satu tahun berlalu, selama itu pula hubungannya dan Kira naik ke tingkatan sepasang kekasih yang di-mabuk asmara. Setidaknya, itulah julukan yang teman-teman mereka berikan untuk pasangan itu.
Dion tidak pernah merasa beruntung lebih dari itu, terlebih jika ia terbangun di pagi hari dan melihat Kira di sisinya.
"Happy birthday, Ganteng." Kira tersenyum manis saat Dion membuka mata, mengucapkan selamat ulang tahun untuknya.
Dion menyunggingkan senyum, lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya. "Tanggal lima ya hari ini?"
"Ya iya. Kecuali, lo ulang tahunnya bukan tanggal lima, Yon." balas Kira sambil meninggalkan tempat tidur dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya.
Selama satu tahun menjalin hubungan lebih dari sekadar teman, tentu saja Kira akan sering terlihat di apartemennya. Entah ia hanya memasak untuk sarapan atau bahkan tidur sekalipun.
Kalua ditanya kenapa Kira tidak tidur di unit-nya, itu semua adalah salahnya Nika dan Jonathan. Sejak Nika tinggal di apartemennya, Kira terpaksa harus mengalah untuk membiarkan keduanya berduaan, apalagi jika mereka sedang bertengkar. Kira tidak mau menyaksikan aksi lempar melempar bantal. Kalua sudah begitu, Kira akan melarikan diri ke rumah Dion, seperti sekarang ini.
"Ntar malem dinner?" Dion menguap lebar-lebar, enggan untuk meninggalkan tempat tidur karena tadi malam ia baru bisa memejamkan mata pukul tiga pagi.
Kira yang baru keluar dari kamar mandi langsung menatap Dion. "Kalau lo enggak lembur. Lagi." sindir Kira lalu berjalan keluar kamar.
Dion tersenyum mendengar sindiran Kira itu dan terduduk di atas tempat tidurnya. Anthem sedang sibuk-sibuknya karena satu dan lain hal. Kantor juga sedang direnovasi sehingga Dion lebih sering bekerja di luar bersama yang lainnya. Waktunya bersama dengan Kira pun menipis, karena gadis itu juga sama sibuknya.
Dion keluar dari kamar, mengawasi Kira yang sedang mencuci piring di dapur. Rambutnya sudah memanjang lagi dan Dion selalu suka melihat Kira mengikat rambutnya jika sedang mengerjakan sesuatu. Dion tidak akan pernah mau melihat rambut pendek Kira lagi jika alasannya memendekkan rambut hanya karena patah hati.
Dion benar-benar akan menjaga Kira sampai kapan pun. Sampai rambutnya berganti putih dan ia tidak lagi bisa menjaga perempuan itu.
Dion berjalan menghampiri Kira dan melingkarkan lengannya di perut Kira dari belakang. Gadis itu sedikit terkesiap, masih belum terbiasa dengan hal yang selalu tiba-tiba Dion lakukan.
"Lo wangi." gumam Dion di leher Kira, membuat gadis itu geli.
"Wangi apaan sih? Orang gue belum mandi."
Dion mengecup tengkuk Kira. "Lo selalu wangi." katanya lalu melepas pelukannya dan berjalan ke kamar mandi.
Dion melepas bajunya, menghentikan langkah dan tiba-tiba berkata, "Asik kali ya kalau tiap hari bisa ngelihat lo di sini?"
Kira bergeming, menoleh ke arah Dion dengan penuh tanya. Lelaki itu tidak menoleh sedikit pun kepada Kira. Alih-alih bersuara lagi, ia langsung masuk ke dalam kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang
General Fiction[Completed] Tentang mereka yang tersesat oleh waktu, tentang mereka yang belajar memaafkan, tentang mereka yang belajar dan menerima diri sendiri.