Juli, 2014
"Eh, nama lo Wuren, kan?"
Wuren masih ingat bagaimana Kira menyapanya saat Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus.
Wuren memiliki pemikiran yang sedikit berbeda dari anak-anak lainnya. Wuren tidak pernah benar-benar berteman dengan orang. Makanya, begitu ia memasuki bangku perkuliahan, Wuren tidak begitu antusias seperti orang-orang kebanyakan.
Wuren hanya akan melakukan tugasnya sebagai seorang Mahasiswa dan menyelesaikannya tepat waktu. Sejak dulu, Wuren selalu patuh terhadap aturan dan ia akan melakukan apa pun itu dengan aturan yang ada.
"Aturan itu ada buat dilanggar kali," Kala itu, saat tidak sengaja disapa oleh Kira, Dion berkata demikian dan Wuren jelas sadar bahwa ia dan Dion sangat bertentangan.
Tapi siapa yang sangka, sifat ceria yang Kira miliki sangat menular dan membuat Wuren betah berada di antara mereka dan ini adalah kali pertama, di dalam hidup seorang Wuren El Hanan, ia berteman lama dengan orang-orang.
"Ah, pusing deh."
Helaan napas panjang terdengar dari Kira dan membuat Wuren menatapnya. Gadis itu menidurkan kepalanya ke atas meja lalu tergerak untuk melihat Wuren. Tidak ada satu pun dari mereka yang memulai konversasi. Wuren menaikkan sebelah alisnya bingung karena Kira tak kunjung mengucapkan sepatah kata dan hanya melihatnya.
"Kenapa sih?" tanya Wuren akhirnya. "Bosen?"
"Hehehe," Kira menyengir lebar lalu mengangkat kepalanya lagi. "Iya. Bosen, Ren. Nika sama Dion ke mana sih?"
"Tadi waktu lo lagi sibuk sama Bu Any, Dion ngajakin Nika beli capcin."
"IH!" seru Kira tiba-tiba, membuat Wuren mengerjap kaget. Gadis itu dengan cepat mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. "Gue kan juga mau!"
Wuren terkekeh pelan dan sebelum Kira menyelesaikan ketikannya pada ponsel, Wuren segera menurunkan ponselnya. "Tenang aja, udah gue titipin. Enggak mau capcin tapi mau cadbury, kan?"
"Hahaha, Lo emang tahu banget kesukaan gue apa."
"Enggak. Mereka juga pasti tahu kesukaan lo, Kir." sanggah Wuren.
Wuren tidak berbohong saat ia mengatakan itu. Menurut Wuren, jika diibaratkan, Kira seperti matahari di antara mereka. Kadang, ada saja hal-hal kecil yang Kira lakukan sehingga mencairkan suasana senyap di antara mereka.
F4, julukan yang diberikan kepada mereka pun, tidak akan pernah terjadi kalau bukan karena Kira yang menyapa Wuren dan Nika saat itu. Dibandingkan saat pertama mereka bertemu, baik Wuren dan Nika sudah banyak berubah. Nika yang saat itu tidak banyak bicara dan terkesan judes, lalu Wuren yang bicara dengan apa adanya.
"Habis ini nonton yuk?" sahut Kira. "Kan enggak ada kelas lagi,"
"Ntar tanya yang lain dulu aja," balas Wuren sembari mengeluarkan dompetnya, bermaksud untuk membayar apa pun yang ia makan tadi di kantin.
Kira memandangi lelaki itu dengan seksama—tepatnya memandangi apa yang ada di dalam dompet Wuren. Sebuah potret formal seorang gadis dengan latar belakang berwarna biru.
"Aya," Kira refleks menyebutkan nama gadis itu, membuat Wuren segera menutup dompetnya dan tersenyum kecil. "Enggak nyangka deh, seorang Wuren El Hanan tuh ternyata romantis banget. Masukin foto pacarnya ke dompet."
"Apaan sih," Wuren cengengesan, sedikit salah tingkah. "Emangnya enggak boleh?"
Kira hanya tersenyum lagi menanggapi ucapan Wuren. Pertama kali Kira melihat foto itu, kira-kira di akhir tahun 2013. Saat itu, Wuren meminta Kira untuk mengambilkan uang Rp. 10.000 dan Kira tanpa sengaja melihat gadis itu. Kalinda Gayatri Leela, namanya. Dan Wuren biasa memanggilnya Aya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang
General Fiction[Completed] Tentang mereka yang tersesat oleh waktu, tentang mereka yang belajar memaafkan, tentang mereka yang belajar dan menerima diri sendiri.