Cuaca sedang tidak bagus. Hujan turun sangat deras membuat jalanan licin. Haechan dan Renjun dengan segera pergi ke Rumah Sakit. Haechan ingat dengan pesan ibunya, namun kali ini ia tidak bisa melajukan motornya dengan pelan-pelan. Saat ini keadaan darurat. Haechan yakin saat ia yang melajukan ia akan baik-baik saja sampai tujuan.
Setelah bertarung dengan hujan deras serta petir yang menggelegar, Haechan dan Renjun sampai di Rumah Sakit. Mereka langsung masuk dan mencari keberadaan Chenle.
Suster mengatakan mereka harus menunggu terlebih dahulu. Karena teman mereka—chenle dan Jisung—sedang dalam pengecekan di ruang UGD.
"Yang lain udah lo kabarin?" Tanya Haechan sambil mengatur napasnya yang sudah tidak karuan.
Renjun mengangguk, "udah."
"Bagus lah," balas Haechan.
Entah datang dari mana, dua laki-laki tengah ngos-ngosan lantaran ia berlari dari parkiran menuju dalam Rumah Sakit.
"Chan?" Panggil Jaemin yang akhirnya menemukan temannya.
Jaemin dan Jeno menghampiri Haechan dan Renjun. "Jisung gimana? Chenle?" Tanya Jaemin panik.
Jeno sebagai lelaki yang tangguh, ia menyabarkan sang pacar. Ia menuntun nya untuk duduk di sampingnya. "Sabar. Atur dulu nafas lo," ujarnya.
"Mereka gimana anjir? Mereka baik-baik aja kan?" Tanya Jaemin sekali lagi. Sudah terlihat jelas dari ekspresi Jaemin yang sangat khawatir dengan kedua temannya itu. Di balik seorang Jaemin yang pendiam, ia sebenarnya seseorang yang sangat penyayang. Ia sayang dengan orang-orang di sekitarnya. Dan bahkan Dreamies Genk bukan lah sebatas pertemanan, melainkan sebuah keluarga bagi seorang Na Jaemin.
Haechan menghela napasnya pelan. Jaemin yang melihat balasan Haechan langsung memahaminya.
"Mereka udah ga ada?"
Haechan yang baru saja menghela napasnya pelan, langsung membulatkan matanya ke arah Jaemin. "Gila lo?!"
Renjun yang sedang menunduk karena khawatir tiba-tiba tertawa yang diakibatkan oleh Haechan dan Jaemin. Bagaimana tidak, Haechan yang baru saja menarik napasnya Jaemin sudah mengira yang tidak-tidak.
"Jae, dia belom ngomong anjrot." Kesal Renjun sambil menahan tawanya.
"Tawa lo. Gue serius anjir." Ketus Jaemin yang merasa dirinya dipermainkan.
"Udah, By. Haechan aja belom ngomong apa-apa lo udah langsung nyimpulin aja. Gimana ceritanya itu coba." Jelas Jeno meluruskan.
Jaemin berdecak kesal, "yang bener makanya, anjip."
"Ya mana gue tau lah, dugong. Dokter aja belum keluar dari UGD." Jelas Haechan ikutan kesal.
Baru saja ingin memulai adu mulut, tiba-tiba seseorang laki-laki memakai jas putih keluar dari ruang UGD. Sudah dipastikan ia dokter yang merawat Chenle dan Jisung.
"Keluarga saudara Chenle?" Tanya Dokter itu setelah melihat Haechan dan seluruh temannya berdiri dari duduknya.
"Dan Jisung, dok." Sambung Haechan
"Ah, iya." Si dokter terkekeh. "Kita masuk saja ke dalam agar dibacarakan bersama dengan Saudara Chenle." Ajaknya. Mereka semua pun masuk ke dalam ruang UGD.
Mereka melihat Chenle yang sedang di obati oleh suster. Dilihat tangan Chenle yang sudah menggunakan perban dan juga ada beberapa luka di wajahnya. Serta luka besar di kakinya yang mengharuskan di perban juga.
"Anjir, panen luka, Om?" Gurau Haechan setelah melihat keadaan Chenle.
"Anjim lo." Kesal Chenle.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Home | MarkHyuck ✓
Fanfiction"Kamu itu bagaikan rumah aku , tempat paling nyaman dari segala tempat" - Mark Lee ❗harsh word everywhere❗ BXB HIGHEST RANK : #1 in fanfictionnct #2 in markhyuck ©230121-lovanara