31

1K 118 19
                                    

[ 31 — hari terburuk ]





————————





"Mama jarang banget buat kue. Padahal Echan kangen banget kue buatan Mama." Goda Haechan agar Ha-Eun lebih sering membuatkan kue untuknya.

Ha-Eun tertawa, "Mama kan juga sudah berumur. Gak akan kuat kalau buat kue setiap hari. Buat kue juga gak gampang, sayang."

"Katanya Mama masih muda? Wanita 20 tahun?" Keduanya tertawa.

Ding dong !

Tiba-tiba suara bel rumah terdengar jelas yang menandakan seseorang datang.

"Siapa?"

Pertanyaan yang dijawab dengan gelengan itu membuat alisnya menaik. "Coba Mama buka ya."

Seorang perempuan paruh baya yang kebetulan sedang santai di sofa bersama sang anak akhirnya ia beranjak untuk membukakan pintu.

"Sia—Mark?" Perubahan wajah terpampang jelas di wajah perempuan itu. Yang awalnya heran menjadi sedikit ceria.

"Halo, Ma." Balas nya ramah.

Mendengar percakapan kedua orang di ambang pintu, membuat Haechan ikut menghampiri keduanya.

"Kamu apa kabar?" Tangan Ha-Eun terlentang untuk memeluk Mark.

Sudah jelas rentangan itu di balas oleh Mark yang kini mereka berdua berpelukan. "Baik."

"Kak—?!" Baru saja berjalan beberapa langkah mata Haechan langsung terbuka lebar atas apa yang dilihatnya.

"ARRGGH!" Sebuah pisau yang tajam sudah tertancap tepat di punggung Ha-Eun. "S—sakit.."

"MAMA!"

Pelukan terlepas. Ha-Eun terjatuh dengan darah yang kini bercucuran dari punggungnya. Sang pelaku yang kini masih berdiri di ambang pintu dengan gampang menunjukkan senyuman miringnya lalu pergi begitu saja.

Haechan langsung menghampiri Ibunya. Memeluk Ibunya yang kini berlumuran darah. "Ma.." Air mata dengan langsung menetes membasahi pipi Haechan.

Tangan Haechan mengelus rambut Ibunya yang bersandar di bahunya. "S—sayang, m—maafin mama y—ya?" Ucapan yang terputus-putus akibat sakit yang luar biasa dari tusukan itu.

Haechan semakin menangis hebat. Air matanya terus menerus keluar. "Mama..."

"Mama.. tau... kamu anak... baik... ya? Jangan nakal.. Mama.. sss—sakitt.." lirih Ha-Eun sambil meremas ujung baju Haechan.

"Ma, ayo Echan anter ke rumah sakit. Mama pasti bisa, ya?" Haechan yang hendak menggendong Ibunya tiba-tiba ditahan oleh Ha-Eun.

Ha-Eun menggeleng pelan. "Gausah... Rugi.. kalau kita.. ke rumah sakit.. sekarang..." Ha-Eun mendongak menatap putranya—yang mungkin akan menjadi tatapan terakhirnya. Tangannya terangkat untuk mengelus pipi basah anaknya. "Mama.. sayang.. sama.. Echan.. janji.. sama Mama.. untuk.. jadi.. anak baik.. yaa..?"

"I.. love.. you.. s—sayang..."

Badan Ha-Eun melemas. Tangannya jatuh dengan sendirinya. Hembusan nafas terakhirnya terdengar jelas di telinga Haechan. Matanya sudah tertutup rapat saat ini.

"MAMA!"

Haechan langsung terbangun. Ia membuka lebar matanya. Dan yang ja dapati ia tengah berbaring di kasur kamarnya.

Dengan cepat ia keluar kamar. Mengecek sekeliling. Dan melihat Ibunya berdiri di dapur yang sepertinya tengah memasak.

"Mama?"

My Home | MarkHyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang