18

1.2K 112 2
                                    

Tak terasa kini sudah puluhan hari terlewati setelah event tahun baru kemarin. Semuanya berjalan seperti biasa. Mark juga kini semakin sibuk dengan perusahaannya dan Haechan mengetahuinya yang membuat dirinya tak ingin membebani pacarnya itu. Bahkan Mark sering kali menginap di rumah Haechan untuk sekedar meminta tolong kepada Ha-Eun membantunya menyelesaikan beberapa masalah.

Namun bisa dikatakan sekarang ada hal baru yang terjadi. Ryujin yang semakin dekat dengan Haechan. Haechan masih menganggapnya sebagai partner kelas, teman, dan tidak lebih. Di hatinya, pikirannya, bahkan jiwa raganya hanya untuk Mark seorang, tak ada yang akan menggantikan posisinya.

Malam dengan cuaca yang bagus membuat Haechan tak ingin meninggalkan kesempatan ini. Ia duduk di kursi balkon kamarnya sambil memetik pelan senar gitar miliknya.

Terdengar suara pintu balkon ruang tengah terbuka. Haechan yang kaget langsung menoleh karena mendapati sosok perempuan yang tak asing.

"Ryujin?"

Orang yang di sebut namanya tersenyum. Ia pun menghampiri Haechan. "Loh, lo lagi disini?"

"Lo ngapain disini?" Tanya Haechan mengalihkan topik.

"Gue?" Tanpa izin Ryujin langsung duduk di kursi kosong sebelah Haechan. "Gue kesini pengen main aja."

Haechan hanya mengangguk-angguk pelan. Memang balkon kamarnya dengan balkon ruang tengah menyatu, tak ada batasan yang menjadi pembagi balkon tersebut. Sehingga itu bisa diakses melalui dua pintu, kamar Haechan dan ruang tengah.

Sebenarnya jika malam-malam dengan udara sejuk seperti ini ia tak suka diganggu. Ia hanya ingin merenung sejenak meringankan beban pikiran. Namun kini disini ada Ryujin yang tiba-tiba datang.

"Lo—bisa—main—gitar?" Tanya Ryujin dengan nada terputus-putus. Haechan yang awalnya menunduk langsung mendongak setelah mendengar pertanyaan Ryujin.

"Bisa, tapi gak seberapa." Jawabnya singkat.

"Wih, hebat dong." Puji Ryujin. Haechan hanya tersenyum simpul. Begitulah Haechan, dengan orang yang biasa—tidak spesial baginya—akan berperilaku biasanya saja.

"Sebenernya gue kesini karena di suruh nyokap lo sih," ucap Ryujin sepertinya akan bercerita sesuatu.

Haechan terdiam, dengan maksud menyuruh Ryujin melanjutkan ceritanya.

"Gue ada masalah sama keluarga gue. Trus nyokap lo bilang, ke balkon aja, siapa tau gue bisa nyari udara seger. Dan ternyata bener." Sambungnya.

Haechan hanya mengangguk-angguk pelan. Sebenarnya Haechan orang yang peduli terhadap siapa saja, namun mungkin dengan cara yang  berbeda dengan yang lain membuat dirinya terkesan tak peduli.

"Di tambah ketemu lo disini, mungkin gue bisa berbagi cerita sama lo?"

Haechan menghela napasnya pelan, lalu menoleh ke arah Ryujin. "Silahkan."

Ryujin tersenyum. Ia perlahan mengambil napasnya dengan dalam. "Gue denger, bokap gue selingkuh."

Sontak, Haechan yang kaget langsung tertoleh lagi ke arah Ryujin.

"Gue ngga tau ini bener apa enggak, tapi nyokap gue udah keliatan pasrah banget sama bokap gue."

"Emang, bokap gue kerja di luar negeri, sama kayak bokap lo, Chan. Negara yang jauh, dan bahkan kita pun jarang berkomunikasi. Bahkan untuk sekedar menyapa lewat chat itu susah. Dia yang bener-bener sesibuk itu sampai gue mikir dia lupa sama keluarganya."

"Dan bener, ketakutan gue selama ini terjadi." Punggungnya mulai bergetar. Terlihat Ryujin menahan tangisannya.

Selama Ryujin bercerita, Haechan hanya diam tak bersuara. Ia menyimak sebaik mungkin cerita itu.

My Home | MarkHyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang