[ 29 — Mama Tiri ]
————————————
Drrtt... Drrtt...
Terdengar getaran yang langsung ditekan tombol berwarna hijau. Ponsel nya lalu diangkat dan didekatkan ke telinga.
"Mark, lo—"
"Kalo lo cuman mau marah-marah doang, skip." Ujar Mark memotong pembicaraan lawan telfonnya.
Helaan napas terdengar. "Oke, sorry."
"I just wanna ask, how are you?" Sambungnya.
"Not bad." Jawab Mark singkat.
"Lo butuh tempat buat cerita? Atau lo butuh tempat untuk marah-marah? I'm for you." Lanjut perempuan itu.
Mark menggeleng pelan—yang yakni tak ada yang melihatnya selain dirinya sendiri. "I don't know, i just tired."
"Are you okay, Mark?"
Mark menghela napasnya gusar, "maybe not."
"Gue bakalan cari tau siapa pelakunya. Lo sekarang fokus disana aja, lo usahain hapus rumornya or don't react 'bout it. Lo jangan khawatir cuz it's gonna be okay. Okay, Mark?" Terangnya sedikit menyemangati bos sekaligus sepupunya itu.
Mark tersenyum simpul, "thanks a lot ka Rene. I don't know how i feel right know but maybe it's better than before."
"Lo harus yakin lo pasti bisa Mark." Lanjutnya menyemangati.
Senyum Mark semakin melebar. Baru saja ingin berbicara namun suara ketukan pintu membuat perhatiannya teralihkan.
"Excuse me, Tuan Mark. Anda di panggil oleh Tuan Besar Lee untuk datang ke ruangannya." Ucap salah satu asisten yang masuk setelah mengetuk pintu sebelumnya.
Mark menoleh sambil menatap orang itu. "Ok." Jawabnya sambil mengangguk pelan.
"Ka Rene, lanjut nanti ya. Di panggil Ayah." Sambung Mark berbicara dalam telepon.
"Iya, semangat! You can do it, Mark Lee."
Setelah seruan penyemangat dari Irene, Mark langsung menekan tombol merah dan langsung memasukkan ponselnya ke dalam jas nya. Hari ini adalah hari dimana rapat pemegang saham akan di adakan setelah di undur beberapa hari.
Mark berjalan bersama dua orang body guard yang mendampinginya. Hingga sampai tepat di depan ruangan milik ayahnya, Mark di persilahkan masuk.
"Ayah. Manggil Mark?" Tanya Mark sopan sembari berjalan mendekati Ayahnya yang sedang duduk di kursi besar miliknya.
Setelah itu Mark berdiri tepat di samping meja Ayahnya. Ayahnya pun masih tetap diam tak merespon kedatangan Mark.
Hingga sang Ayah bangun dari duduknya dan tertiba tangannya terangkat.
PLAK!
Sebuah temparan keras didapati Mark dengan sasaran sangat tepat mengenai pipi yang membuat dirinya tersungkur ke samping. Di peganglah pipinya yang terasa sedikit perih.
"Apakah kamu tidak bisa sekali saja membanggakan saya?! Hah?!"
Setelah tamparan, kini bentakan keras kembali ia dapati dari lelaki yang ia sebut dengan Ayah.
"Mark, kenapa kamu seperti ini? Kamu kenapa?" Ayahnya terlihat sangat lelah dengan keadaan saat ini.
"Maaf, Ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Home | MarkHyuck ✓
Fanfiction"Kamu itu bagaikan rumah aku , tempat paling nyaman dari segala tempat" - Mark Lee ❗harsh word everywhere❗ BXB HIGHEST RANK : #1 in fanfictionnct #2 in markhyuck ©230121-lovanara