[37 — meet ]
——————————
Melakukan kebiasaan di pagi hari yaitu sarapan bersama di meja makan. Menu sarapan hari ini hanya nasi goreng spesial dengan udang goreng disertai telur setengah matang.
"Oiya Ma," kata Haechan memulai topik. "Semalem Echan mimpi."
Ha-Eun yang tertarik langsung menoleh ke arah Anaknya. "Mimpi apa?"
"Lupa-lupa inget. Tapi seinget Echan, Mama.. sama.. satu perempuan lagi duduk di bangku taman." Jawab Haechan sambil menyipitkan matanya berusaha mengingat mimpi semalam.
"Perempuan?" Tanya Ha-Eun dengan satu alis nya yang menaik.
Haechan mengangguk, lalu menelan makanan yang baru ia suap dengan perlahan. "Echan kayaknya pernah liat perempuan itu."
"Siapa?" Tanya Ha-Eun lagi sambil mengambil sesendok nasi dalam piringnya.
"Siapa ya?" Haechan mengernyitkan dahi nya. Berusaha keras untuk mengingat semuanya. "Pernah liat di foto tapi, bukan ketemu."
"Di foto? Foto siapa?"
Wajah Haechan langsung cerah. Setelah berpikir keras akhirnya ia mengingat sesuatu. Tak lupa ia juga menjentikkan jari nya. "Ah iya! Echan inget! Kalo gak salah... Almarhum Buna nya Kak Mark?"
Ekspresi Ha-Eun yang awalnya ikut-ikutan seperti Haechan mendadak menjadi datar dan sedikit tegang. "Kamu... Mimpi dia?"
Haechan mengangguk lagi, "tapi Haechan lupa-lupa inget, Ma. Gatau deh jelasnya mimpi nya itu kayak gimana yang Echan liat Mama kayaknya seneng banget sama perempuan itu."
"Kamu kangen sama Mark?"
Pertanyaan itu malah membuat Haechan ikut berekspresi semakin heran dan kaget. "Apasih Ma? Kok tiba-tiba bahas dia?" Haechan kembali terfokuskan pada piringnya dan mengambil sesuap nasi.
"Kamu emangnya gak kangen sama Mark?" Tanya Ha-Eun lagi.
Haechan terkekeh lalu menggeleng. "Ngapain kangen dia." Katanya dengan remeh.
Ha-Eun menghela napasnya pelan, lalu ikut tertawa kecil melihat tingkah Haechan. "Mark anak baik, loh."
"Ya terus?" Tanya Haechan sok gak peduli. Padahal dia kaget tiba-tiba Ibunya berkata seperti itu. "Mau dia orang jahat, mau orang baik, ya.. udah gak ada hubungannya lagi sama Echan, Ma."
Ha-Eun menatap mata Haechan seolah ada suatu pesan yang ingin ia sampaikan. "Kamu emang nya udah denger penjelasannya dia?"
Haechan memutar bola matanya malas. "Semuanya juga udah keliatan jelas, Ma. Mau di jelasin apa lagi?"
"I mean, gini sayang. Pas Echan ngajakin Mark putus, is he agree? Is he accept it?"
Pertanyaan Ha-Eun membuat Haechan diam membisu berjuta kata. Dirinya juga merasa bahwa putus nya malah membuat diri nya semakin tersiksa dengan kerinduan yang ia pendam belakangan ini.
"Bener kan apa kata Mama." Lanjut Ha-Eun setelah melihat ekspresi Haechan. Ia tau betul makna dari ekspresi itu.
Haechan menghembus napasnya kasar, "ya, so, what should i do, Ma? Dia juga maybe bakalan stay di Kanada."
"Kamu samperin aja."
Haechan menghela napasnya gusar. Ia terdiam kembali setelah melihat ekspresi Ibunya yang memohon itu. Tapi tak ada salahnya juga ia menghampiri lelaki itu lagi untuk mengadakan 'perpisahan' yang lebih layak menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Home | MarkHyuck ✓
Fanfiction"Kamu itu bagaikan rumah aku , tempat paling nyaman dari segala tempat" - Mark Lee ❗harsh word everywhere❗ BXB HIGHEST RANK : #1 in fanfictionnct #2 in markhyuck ©230121-lovanara