Sama-sama Selingkuh!

320 57 17
                                    

Jangan lupa vote🌟
__________________________

Mama Rini mondar mandir didepan pintu rumah. Menggigit ujung kuku dengan gelisah. Sudah hampir maghrib tapi anak dan mantunya belum pulang. Dihubungi juga pada susah. Berjalan ke pos satpam rumah, Rini bertanya pada orang penjaga. Namun, tak ada jawaban yang ia harapkan. Rini menatap khawatir.

Wirama melihat gerak gerik Rini. Ia berusaha sabar menahan keinginan sore ini. Melangkah mendekati sang istri.

"Mah!" panggilnya. Rini menoleh, menaikkan sebelah alis. Dengan tetap menyilangkan tangan didada sembari menggigiti ujung kuku.

"Ke kamar yuk!"

Pletakk

Ia menjentikkan jari didahi suami. Bisa bisanya Wirama mengajak ke kamar, sedangkan situasi tengah genting. Rini tak berhenti mondar mandir didepan gerbang. Berharap anak anaknya segera pulang. Setiap motor yang melintas, Rini langsung melihatnya.

"Pah, anak sama mantu belum pulang. Malah ngajak kekamar!" jengkel Rini menghadapi sang suami. Ia melengos tak suka, menghembuskan nafas gusar memandangi jalan komplek.

"Mah, dari tadi Papa udah nungguin. Papa lagi pengen," ucap Wirama memelas. Ia memelankan nada suaranya. Berujar lirih tepat ditelinga Rini. Sebenarnya Rini paham, namun-

TAK BISAKAH HAL ITU DITUNDA DULU?!!!

"Pengen apa pah? Papa laper?" tanya Rini kembali. Ia cekikikan menatap pipi kepiting rebus Wirama.

"Ishh!! Bukan ma. Pengen itu loh. Anu itu," jawab suami mengerlingkan mata sebelah. Berusaha menarik pergelangan tangan Rini. Tapi tidak bisa melulu dari tadi. Membuatnya sedikit geram.

"Yuk kekamar mah!" lanjutnya. Rini melengos, tak bisa apa keinginannya ditunda dulu. Ia berlari kecil menghiraukan teriakan suami. Mendekat pada gerbang.

"Makasih ya,"

Lontaran kalimat itu sontak membuat Rini tersenyum lega. Asa sudah pulang. Berniat ingin mendatangi sang mantu. Tapi ia tunda, sepertinya Asa sedang bersama orang lain. Bukan dengan Aidar.

"Hm," jawab Nevan dari ujung sana. Membenahi helm hitamnya dan segera menanjak gas. Namun kegiatannya terhenti kala Asa mengembalikan helm pada Nevan. Asa memperhatikan baju olahraga yang mulai lusuh dibuatnya.

"Baju ini gimana?" Nevan menatap ke Asa. Membenarkan helm sebentar. Raut nya masih sama, cuek dan dingin. Asa pun terus merinding jika disandingkan dengan Nevan.

"Pake aja dulu," balasnya singkat lalu ia menanjak gas dan mengangguk pelan pada Asa.

"Okay. Makasih lagi,"

"Hm. Gue pamit,"

Asa membuka gerbang dengan hati hati. Takut menganggu Papa Mama. Membenarkan sampiran tas dipundak. Ia berjalan santai menuju pintu. Sedikit ada rasa tak enak dibenak Asa. Mengingat, hari semakin petang. Namun ia baru saja pulang. Padahal, jam pulang sekolah sudah berbunyi sedari tadi.

"Asa," panggil lirih Rini dengan menyembulkan separuh kepalanya dipagar.

"EH ASTAGFIRULLAH!!! KAGETT," Asa terlonjak oleh sapaan mama. Entah kenapa ia berteriak begitu saja. Rini pun sampai menutup kedua telinga. Apakah teriakan Asa cukup keras? Ia tersipu malu menutupi wajahnya dengan tas ransel.

"Astagaa. Mama, maaf ma. Asa nggak tau kalau ini mama," ucap Asa menempelkan kedua tangan kedepan dengan raut bersalah. Mama Rini tertawa terbahak bahak melihat mimik wajah Asa. Lucu sekali mantunya.

"Kok malah ketawa ma?" beliau berusaha menghentikan tawa. Memegangi perut yang sedikit sakit karna kebanyakan tertawa.

"Eh. Tidak apa apa sayang. Emm, Aidarnya mana?" tanya Mama Rini menghentikan tawa. Memperhatikan sekitar Asa mencari Aidar.

Darsa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang