Rencana Cantik

99 10 1
                                    

Dibilik pribadi seorang ratu psikopat terkenal dalam dunianya kini diam dengan keheningan. Suara desisan kesakitan dari seluruh penjuru ruang depan tidak menjadi penghalang menjalankan misi. Ruang kecil tanpa sorotan lampu dan segala benda elektronik menghanyutkannya. Mengotak atik setumpuk kertas hasil pengamatan para anak buah.

Hitam dan kelam. Layaknya hidup yang terus menggerus kebahagiaan. Tertampar pada kenyataan menyakitkan. Kematian, meninggalkan, dan ditinggalkan sudah kerap menyapanya. Tokoh protagonis dan antagonis dalam cerita bahkan telah ia resapi dalam dalam. Tapi rasanya, percuma!

Orang orang tetap menganggap dirinya sang antagonis itu.

Padahal jelas saja, orang baik tidak selamanya baik. Begitu pula sebaliknya. Orang jahat tidak selamanya jahat. Kadangkala, orang jahat itu ialah sosok yang telah memberikan seluruh kepercayaan pada orang lain. Tapi dikhianati. Orang baik pun demikian.

Rambut menjuntai lebat hingga pinggang membuatnya lebih mudah menutupi identitas. Kaos hitam polos dengan jas merah menyala hingga ujung mata kaki. Ruangan ini cukup simple. Nakas kecil disudut ruangan berhadapan langsung dengan monitor layar cctv. Cat tembok yang tidak nampak sebab tak cahaya. Setitik pun tidak ada, bahkan jendela atau ventilasi udara tidak terpasang disini. Demi menjaga privasi.

Senyum sinis menyeruak dari bibir mungil sang ratu. Menatap secarik kertas itu sembari tertawa terbahak bahak. Mengangguk menang dan berterimakasih pada anak buahnya satu ini.

"Hahahaha, akhirnya aku dapatkan juga aib aibmu. Hahahahahaha," kuku panjang berkutek hitam putih perlahan mencakar meja kerjanya. Mencetak tiga goresan lagi dan lagi.

Meraih telepon genggam yang ada disakunya, ratu itu segera menghubungi anak buah. Tersenyum menang atas keberhasilan kali ini. Cukup pintar juga mereka, tidak sia sia penantiannya selama ini. Saat panggilan itu terhubung, tanpa basa basi. Ratu segera mengambil poin inti.

"Tetap awasi dia, jangan sampai terlena. Bayaran segara meluncur,"

"Hahahaha, gimana bos? Bagus kan kerja saya?"

"Belum bagus jika belum sampai ujung,"

Setelahnya ia memetikan sepihak, kembali mengunci pandangan pada setitik kalimat dikertas.

Resmi menikah.

Itulah kalimatnya, yang mampu menjadi kunci dalam penyerangan. Kini ia dapat tertidur nyenyak. Menunggu laporan selesai butuh waktu berbulan bulan untuk dapat ia teliti lebih lanjut.

"Sekarang, tunggu pembalasanku. Kita bertemu dititik terbaik menurutku. Titik itu adalah-"

"Kematian,"

❤❤❤

"Astagaa astagaaa, gue sih nggak nyangka ya ternyata perempuan sok cakep itu udah kawin,"

"Gue sih bukan nggak nyangka lagi, tapi yaa. Kalau dipikir pikir, pandai juga dia menutupi rahasia besar ini,"

"Cih, sok polos! Nyatanya licikk!!!!"

Berulang kali aku menutup telinga membiarkan kalimat itu terlontar nyaring. Seluruh penjuru koridor sekolah menatapku jijik. Hari ini jadwal mengambil buku tugas Ekonomi yang dulu dikumpulkan. Tapi semakin kesini, semakin aku percaya bahwa teriakan mereka tertuju padaku. Sungguh, aku tidak paham apa maksudnya. Gelimpungan menautkan alis bingung. Bertanya pada mereka, malah dibalas tatapan tajam. Seragam yang kukenakan bahkan sudah lusuh karena terus saja aku remas. Saking gelisahnya hati.

Apa ada yang salah dengan tampilanku? Apakah dandanan ku terlalu menor? Atau, bau badanku yang menyengat?

Namun aku pikir pikir dan cek, tidak juga. Hati dan pikiran aku coba alihkan dari mereka. Percuma, mataku terus bergentayangan menatapi mereka satu persatu. Berlari menjauh, aku kuatkan batin. Kalimat itu terlanjur menusuk. Menembus sanubariku hingga bahkan terasa sampai tulang. Air mata selama ini aku tahan akhirnya pupus. Tak kuasa mendengarkan ocehan mereka. Inginku robek mulutnya!!

Darsa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang