Ular Betina Sialan

123 20 1
                                    

Katanya, cemburu itu tanda cinta. Benarkah? Aku ragu.

-Asa


"KAK AIDARR!"

Asa berteriak, memanggil nama suami. Pasti dia salah paham. Apalagi Asa berdua dengan Nevan, yang notabene adalah musuh bebuyutan Aidar. Asa mendesah kecewa, baru saja ia dapat kehangatan sang suami. Sekarang sudah pupus. Hanya karena kakak iparnya sendiri.

Ia melenggang pergi dari roftoop. Belum juga keluar dari pintu. Jelita sudah mencegatnya. Memandang remeh Asa. Dia meremas pergelangan tangan Asa dengan keras. Gadis berlesung pipi merintih kesakitan. Namun, itu membuat Jelita tersenyum menang.

"Sakit ya hatinya?" Tanya Jelita remeh.

Asa menatap tajam Jelita. Melepaskan genggamannya.

Plakkk

Dengan sangat berani, Asa menampar keras pipi Jelita. Sampai sampai Jelita menoleh kesamping. Asa menatap tangannya sendiri. Tersenyum senang ke arah ular betina sialan ini.

"Gue salah apa sih sama lo, Jelita?" Tanya Asa.

Jelita menyapu sudut bibir. Menahan rasa panas yang menjalar dipipinya. Bersiap akan membalas Asa. Mengangkat tangan kanan hendak menampar balik Asa. Laki laki yang menjadi pusat pertikain, Nevan. Dia terus memperhatikan keduanya. Saat tangan Jelita menjurus pada Asa. Nevan bergerak lari. Menahan tangan Jelita yang hampir mengenai pipi Asa. "Gak usah sentuh sentuh Asa." Ucapnya datar.

"Eh, pahlawan kesiangannya dateng."

"Perlu lo tau aja ya Sa. Gue yang aduin ke Aidar kalo lo bermesraan disini sama Nevan." Lanjut Jelita.

Asa tak bergeming ditempat. Ia masih diam tak menanggapi Jelita. Rasanya buang buang tenaga sekadar meladeni perempuan murahan yang berhasil merebut suaminya sendiri.

"Oh iya. Tadi lo nanya ke gue soal kesalahan lo kan? Kesalahan lo adalah karena lo jadi mantan dari pacar gue." Ucap Jelita.

Nevan menatap jengah Jelita. Menelisiknya dari bawah sampai atas. Rok yang sudah kekecilan, kancing baju terbuka, bedak tebal sembilan senti, apalagi gincu merah merona. Ia bertanya dalam hati. Apakah guru guru disini tidak berani menegur Jelita?. "Udah?" Tanya Nevan dingin.

"Gue gak ngomong sama lo ya anying." Jawab kasar Jelita.

"Udah puas? Jelita pacarnya kak Aidar yang terhormat?"

Akhirnya, Asa buka suara. Ia harus menghentikan ini semua. Meladeni Jelita tidak akan ada ujungnya. Lebih baik dia mengalah sekarang. Toh, tadi dia sudah menampar Jelita. Itu akan Asa jadikan sebagai balasan.

"Gue permisi."

Asa pergi dari hadapan mereka. Lari mencari Aidar. Mengibaskan rambut kebelakang, membuat Jelita menggeram kesal. Lalu, Nevan menatap Jelita tajam.

"Gue gak akan biarin lo, sakitin Asa!"

Jelita tersenyum senang. Ia bahagia Asa dan Aidar akan bertengkar hebat.

❤❤❤

Wanita itu berlari kencang. Nafasnya terengah engah. Ia meyangga dada, mengontrol pacu jantung. Memandang sekeliling, tidak ada siswa disini. Kaki Asa berhenti pada pertigaan taman belakang sekolah. Menelisik seorang laki laki yang meraung sendiri. Mengehantakkan kaki kesal. Asa perhatikan, raut nya seperti harimau yang siap menerkam mangsa.

"Kak Aidar?" Panggil Asa lirih.

Lelaki itu menoleh. Tertawa remeh pada Asa. Tangannya terulur mencapai puncak kepala gadis berpita biru. Tapi, Asa menyentaknya. Ia takut Aidar akan marah. Menatap iris mata Aidarpun membuat Asa perlahan mundur.

"Lo suka sama musuh gue? Iya?" Asa semakin kalut, ia mundur dari hadapan Aidar. Kaki nya satu persatu keluar dari zona itu.

"Kak. Dengerin dulu, jangan emosi."

"Lo mau durhaka sama gue?" Sentak Aidar. Ia maju mendekat, meraih pergelangan Asa.

"Enggak kak, tadi itu Nevan cuma cerita aja sama gue." Ucap Asa.

Ia berusaha sabar menghadapi Aidar. Sang suami cemburu buta kepadanya. Tatanan rambut rapi Aidar, sekarang menjadi tak karuan. "Oh, makin nempel ya sekarang. Udah berani cerita cerita an?"

Raut wajah Aidar semakin menyeramkan bagi Asa. Ia ingin lari, tapi pergelangan tangannya masih di genggam erat oleh sang suami. Asa merintih sakit, tangannya tadi sudah dipelintir Jelita. Ditambah lagi genggaman keras Aidar.

"Lo cinta sama dia?" Tanya Aidar sekali lagi.

"Ya ampun kak. Sumpah, gue sama Nevan nggak ada apa apa." Jawab Asa jujur.

"GAK USAH MAIN SUMPAH SUMPAHAN!"

Dalam lubuk terdalam Aidar, ia tidak tega. Tapi rasa kecewa nya melebihi itu. Ia cinta dengan Asa. Rasa sayang sewaktu Aidar berpacaran dengannya. Belum bisa runtuh. Aidar jatuh pada pesona Asa.

Asa mulai sesegukan. Melepas kaitan tangan Aidar. Satu persatu air mata itu luruh. Menyapu pipi mulus Asa. Ia tak suka pada Aidar yang cemburuan. Memandang sesuatu berdasarkan apa kata orang. Lebih lagi, orang itu Jelita. Wanita cantik yang pandai menutupi  kebusukannya sendiri.

"Tadinya, gue mau coba deket sama lo, eh tau taunya lo kaya gini. Cari selingkuhan dibelakang gue."

Cukup! Cukup sudah Aidar merendahkan harga dirinya. Ia semakin menangis tak karuan. Berani menatap nyalang Aidar.

"STOP KAK! STOPP." Teriak Asa.

"Emang kalo Asa gini kenapa? Kakak nggak pernah ngaca kelakuan kakak gimana? Kalo kak Aidar bisa menghargai Asa. Asa juga ngehargain kakak. Kakak bilang, Asa selingkuh? Iya? Jadi selama ini hubungan kakak dengan Jelita apa? Bukan selingkuh?"

Jelas Asa memukul dada Aidar bertubi tubi. Nafasnya tercekat kala kelimat itu terlontar. Aidar menghentikan Asa. Menahan tangannya yang akan melayangkan pukulan lagi. Pukulan itu tidak ada rasanya sama sekali bagi Aidar.

"Lo! Makin nglunjak ya sejak kenal Nevan! Apa yang udah Nevan racunin ke otak lo itu?"

Asa mundur. Diam meresapi kata kata sang suami. Menyeka air mata yang terus mengalir. Menghembuskan nafas panjang, ia kembali mendekat ke Aidar. Menatap dalam matanya.

"Suatu saat nanti, kak Aidar akan menyesal karena ngrendahin Nevan. Bahkan, bersujud dikakinya pun tidak akan mampu menghapus kesalahan kakak." Lirih Asa tepat didepan wajah Aidar.

"Emang kenapa? Ha? Ada apa dengan musuh gue?" Tanya Aidar meremehkan.

"Lihat saja nanti."

Darsa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang