Assalamualaikum Calon Imam!

461 94 36
                                    


Jangan lupa vote🌟
_________________________

Sebuah tempat tongkrongan ramai diduduki para siswa. Terletak dibelakang pos satpam, menyempil bagian belakang. Tak khayal, banyak siswa yang betah berlama lama disana. Tak jarang pula barisan laki laki nekat untuk membakar rokok. Dengan gerobak tua dan sepasang penjualnya, Mbok Yem. Tempat duduk kayu panjang hampir peyot tetap saja dipakai.

Pasukan cowok ganteng kecuali Parhan tengah asyik bersenda gurau disana. Memojoki Aidar yang kacau ditinggal Asa.

"Gue gak abis pikir bro. Mau aja nuker Asa sama duit 5 juta yang gak seberapa," ujar Bang Sat menepuk pelan bahu Aidar. Lelaki berjambul cetar tak mengidahkan perkataan temannya. Ia tetap bergeming ditempat. Dengan wajah lesu, Aidar menelungsupkan kepala dimeja.

"Heh! Bang Sat. 5 juta kok gak seberapa. Lo mah enak, worang sugih. La kita kita? Mlarat. Cih miris!" timpal Ben pasrah. Farhan menatap jengah satu sahabatnya itu. Enak saja, orang Parhan punya kos kos an 5 cabang. Kok dikata mlarat. Ia merespon Ben sambil menyingkap rambut ke belakang telinga. Menunjuk nunjuk Ben dengan wajah tak suka.

"Ei. Apo sih Obengg! Ente aje ya yang mlarat. Ihh gue mah ogah kali,"

Tak dapati jawaban apapun, Farhan mengalihkan fokus pada Aidar yang bergilya dalam lamunan. Entah apa yang dipikirkan, tapi cukup untuk membuat situasi sekitar tak nyaman. Ia mencoba mencairkan suasana.

"Ai, Aidar. Woii!" panggilnya. Masih tak ada jawaban. Para cecunguk yang lain malah asyik menyantap gorengan.

"Woi Ai! Budeg lo! Heh. Ai, ai ai ai bang Parhan suka jablay. Ai ai ai bang Parhan suka jablay," kesal karena tak ada respon juga. Farhan sengaja bernyanyi. Ia langsung berdiri dan berjoget menikmati alunan lagu yang dibawakannya. Aidar terperanjat bangkit akan khayalan. Menatap nyalang pada Farhan.

"Sekali lagi lo nyanyi kayak gitu. Gue timpuk pala lo pake gerobaknya Mbok Yem," seru Aidar bersiap mendaratkan pukulan.

"ASSALAMUALAIKUM CALON IMAMM!" suara tinggi Asa mengagetkan para lelaki yang berada diwarung Mbok Yem.  Aidar pun melengos seketika. Mendapati sang mantan tengah cengar cengir tak jelas, melayangkan pandang intens Aidar. Tak tinggal diam, Aidar membalas gadis berlesung pipi itu.

"WAALAIKUMUSSALAM CALON MAYAT!" Uzi, Farhan, Bang Sat, dan Ben terpana atas reaksi Aidar. Dengan spontan, Farhan berujar.

"Ey! Congor lu ya Dar. Kagak disekolahin," gadis berpita itu bergerak mengambil haluan ke mereka. Menjarah bangku Uzi tepat disamping kanan Aidar.

"Calon imam nggak boleh begitu. Eh eh! Gue punya quotes nih. Dengerin ya abang abang. Gini, ada kalanya, nanti. Ketika sehabis sholatku, tanganmu lah yang pertama kali aku sentuh. Kak Aidar." ucap Asa menarik dagu di depan dan mengerlingkan mata ke Aidar.

"Beuhhh! Mantep neng,"

"Nyolong quotes dari mana lu?"

"Aduhh. Gak kuatttt. Halalin aku bang," cercah Farhan meliukkan tubuh bak cacing kepanasan.

"Dasar gak jelas nih bocah!" lirih Aidar yang masih didengar oleh Asa.

"Bocah bocah gini, mau jadi bini," gadis itu pun menyahut dengan suara pelan pula. Yang pastinya menegangkan gendang telinga Aidar.

"As, dapet dari mane lu? Kayanye ngebet banget mau kawen." kilah Bang Sat.

"Emang si As-" belum juga selesai perkataan Uzi, Asa segera menimpali.

"Hihhh, udah dibilang. Jangan panggil As. Panggil lengkap. A S A, bukan As. Nanti kalau ada huruf vokal U dibelakang, nama gue jadi jelek. Greget deh!" teriak keras Asa menggertakkan gigi. Ia menggebrak meja pelan dan pergi.

Darsa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang