Maafkan Aku

295 56 19
                                    

Jangan lupa vote🌟
_________________________

REKOMENDASIKAN JUGA CERITA INI PADA TEMAN TEMAN KALIAN YAAA:)

"Woi Kak Ben. Kenapa sih kulit lo putih banget?" tanya Risma sambil memakan permen karet kesukaannya.

Kali ini, Bang Sat dkk serta Risma dkk berkumpul di tongkrongan Mbok Yem. Mereka bersenda gurau tanpa ada Asatifa. Entah kenapa, Risma tak urung mau berbicara pada gadis itu. Tapi, ada yang berbeda. Aidar mengajak Jelita berkumpul bersama. Pacar Aidar terus saja menempel bak perangko. Terus mengapit lengan Aidar sampai sampai Aidar sulit untuk bergerak.

"Lah, mana gue tau goblok?!" jawab Ben melemparkan kuaci dihadapan Risma. Kelakuan mereka tak luput menjadi pusat perhatian khalayak.

"Kak Ben masih jomblo?" tanya balik Risma sembari tersipu malu. Memainkan ujung kuku dengan tertunduk dalam mengerlingkan sebelah matanya.

"LO NAKSIR OBENG?" timpal Farhan menyipitkan mata penasaran. Risma hanya mengangguk malu. Pipinya bersemu merah.

"ALHAMDULILLAH YA ALLAH, AKHIRNYA SETELAH SEKIAN ABAD MENJOMBLO. CECUNGUK GUE ADA YANG NAKSIR," teriak Ben mengegetkan semua teman.

"Ihh. Kak Farhan, bisa diem gak?!" sercah Jelita bernada manja, ia terus saja mendusel dusel pada Aidar.

"Eh. Tapi gue bukan naksir sama kak Ben. Tapi sama kulit glowingnya. Uhh, gimana sih bisa glowing ituu," ucap Risma menjelaskan.

"BACOT!!"

Ben jengah menghadapi Risma. Sudah melayang tinggi berharap akan memiliki pacar. Ternyata, Risma hanya menaksir kulitnya. Kan asem! Nindi dan Anisa hanya diam mengamati tingkah mereka. Diam diam memakan pesanan yang ada diatas meja. Gorengan Bang Sat, nasi bungkus Ben. Semua diam diam ia makan tanpa sepengetahuan sang pemilik. Lumayan, gratis. Pikirnya.

"Lah, tempe gue mana anjirr," sadar Bang Sat ketika ingin melahap tempe, namun terlonjak kaget saat meja mereka kosong. Ia celingak celinguk mencari keberadaan sang tempe.

Eh!

Tunggu dulu

"DISINI BANG," Anisa tersenyum tak berdosa. Menunjuk perut yang sedikit buncit. Menyekir tanpa berdosa dan Nindi yang sudah malu tujuh turunan.

"Asem lo," Asa tak sengaja melewati tongkrongan Mbok Yem. Berjalan sendiri memeluk tas. Memakai sweeter kuning dan seperti biasa, ia memakai heatset.

"Eh. Itu kaya Asa. ASAA! SINIII,"

Gadis itu mendengar teriakan orang. Volume lagu yang ia nyalakan sangat pelan. Otomatis, masih bisa mendengarkan suara luar.Ia menoleh mendapati teman temannya duduk bersama. Hatinya sedikit teriris, ketika Asa sendiri yang tak ada. Oh tunggu! Apa itu? Jelita juga ada disana bersama Kak Aidar.

Asa tersenyum mendekati mereka. Sampai di sebelah tiang penyangga. Tiba tiba saja Risma melenggang pergi tanpa pamit. Membuat Asa tersenyum miris. Teman temannya belum memaafkan kejadian kemarin.

"Eh, eh! Woi Risma. Kemane lu?" tanya Uzi melihat Risma pergi. Gadis itu bahkan tidak menoleh sama sekali. Menghiraukan teriakan para teman lainnya. Dia terus menjauh darinya. Aidar sadar akan raut Asa. Apa dia memiliki masalah dengan teman temannya? Lelaki itu mencoba melepaskan kaitan Jelita. Sedikit menyentak tangan wanita itu.

"Maaf ya, gue duluan. Mau nyusul si Risma," pamit Nindi mengkuti langkah Risma. Anisa tak berkutik. Mengamati Asa dari bawah hingga atas. Menghela nafas sebentar.

Anisa yang mengerti gelagat tak nyaman Asa memberikan senyum tulus. Menepuk pelan bangku disebelahnya lantas mempersilahkan. "Gapapa Sa. Sabar, gue ada disini,"

Darsa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang