Perhatian Sang Suami

135 16 0
                                    

Biarkan ku telisik lebih dalam lagi netra matamu. Dan percayalah, bahwa rasa ini selalu menggebu didekapanmu.

~a

Aidar dan Asa lari menuju rumah. Seragam yang dikenakan basah kuyup. Jari jari Asa mengeriput. Karena lamanya terkena air. Hujan tak juga berhenti. Aidar mengeram kesal.

"Astaga. Asa, Aidar!" Pekik Mama Rini.

Asa memeluk tubuhnya. Menggigil kedinginan. Aidar meraih tangan sang istri dan dibawa kedekapan.  "Aidar sama Asa ke dalem dulu ya Ma!" Ucap Aidar.

Rini menganggukkan kepala. Mereka berjalan ke kamar. Dan Mama merebus air untuk mereka mandi. Sampai di kamar. Aidar menjarah handuk dan segera memakainya.

"Kak, kakak duluan aja yang mandi."

Aidar menoleh, mengusap usapkan rambut yang basah. Menyatukan alis menanggapi Asa. "Lo duluan aja Sa."

Asa tetap memeluk tubuh. Geleng geleng menatap Aidar. Lelaki dengan perut sixpack menanggalkan seragam atas. "Ish, kakak dulu. Liat tuh, basah semua."

"Lo juga basah Sa."

"Ah, pokoknya kakak dulu." Kekeuh Asa.

Sang suami jengah. Ia tak mau Asa nantinya Asa sakit. "Ya udah. Ayo mandi bareng."

Asa tersentak. Menahan kekesalan pada suami. Enak saja, Aidar mengajaknya mandi. Tidur sekasur saja belum pernah. Gercep juga ya! "Gila lo kak?" Tanya Asa.

"Kalau gue gila. Lo apa? Gak waras?"

"Sama aja."

Aidar langsung menarik Asa. Berdebat tak ada ujung, tidak akan membuahkan hasil. Asa kaget, ia meronta ronta minta dilepaskan. Menyentak Aidar, tapi apa daya. Kuat Aidar tak sebanding dengannya. "Kak Aidar, lepasin!"

"Hiks. Asa nangis nih. Huaaaaaa."

Dan benar, Asa meraung. Menangis sekencang kencangnya menatap Aidar. Laki laki itu kelabakan. Berusaha menenangkan Asa. Celingak celinguk takut didengar orang lain. "Sa, jangan nangis dong! Ya ampun. Nanti tetangga denger!"

"ENGGAK MAU MANDI BARENGG. HUAAA HIKSSS."

Aidar menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Mendekat pada Asa dan mengusap pipi mulus sang istri. "Nanti mereka ngira kita lagi ngapa ngapain Sa."

"YA AMPUN, ANAK MAMA. INI KENAPA TERIAK TERIAK?" Lontar Mama Rini. Ia mendengar tangisan Asa. Takut ada apa apa. Beliau berlari ke kamar mereka.

"Mah, Tadi mama juga teriak teriak." Ucap papa Wirama.

Wirama mengekori Rini. Ia berdiri dipintu kamar Asa dan Aidar. Tepat disamping Rini. Mama Rini pun hanya cengengesan. Mengibaskan rambut kebelakang. "Kan mama kaget pah."

"Udah, ada apa ini?" Tanya Wirama. Sang papa kembali berbicara dengan nada tegas. Keluar sudah jiwa bapak bapaknya.

"Ini pah. Kak Aidar ngajak mandi bareng sama Asa." Jawab Asa sesegukan. Ia mendorong Aidar. Menyuruhnya agar menjauh dari Asa.

"Ha? Bukannya malah bagus?" Tanya Wirama cengo.

Benar benar dibuat bingung. Bukan kah wajar jika suami istri mandi bersama?. Rini yang paham akan perasaan Asa, segera melerai mereka. "Aidar, udah. Lepasin. Mandi sendiri sendiri. Nih, Mama udah rebus air anget."

Akhirnya Aidar melepas genggaman. Menatap tak suka pada Asa.

"Ya elah Sa. Gue cuma bercanda kali. Punya bini kok cengengan." Lirihnya.

Darsa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang