🥀43| Will She Leave?

4.7K 703 361
                                    

Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca. Happy reading.

========================

Udah siap baca chapter ini? :")

Jimin menerobos masuk, memasuki ruangan di mana Chaeyoung berjuang demi hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin menerobos masuk, memasuki ruangan di mana Chaeyoung berjuang demi hidupnya. Tidak peduli apa kata dokter tadi. Yang Jimin inginkan saat ini adalah melihat keadaan istrinya. Dengan tegas Jimin menolak apa yang dokter katakan, berharap itu hanya sebuah bualan tidak berguna.

Ketika Jimin berhasil memasuki ruangan yang terasa dingin itu, langkahnya memelan. Menatap nanar beberapa suster yang mulai melepas alat-alat medis di tubuh Chaeyoung.

“Hentikan!!!” teriak Jimin.

Sontak beberapa suster mengehentikan aktivitas mereka yang sedang melepas alat-alat medis di tubuh Chaeyoung.

Jimin mendorong seorang suster sampai suster tersebut hampir terjatuh akibat Jimin.

“Aapa yang kalian lakukan?!” Jimin dengan segala amarahnya. Berusaha menepis kebenaran bahwa Chaeyoung telah tiada.

“Maaf, tetapi Nona Chaeyoung telah—”

“TUTUP MULUTMU!!! Kau mau kubunuh karena mengatakan istriku telah meninggal?!” bentak Jimin pada dokter tadi.

Kini mereka memilih untuk menjauh dari brangkar Chaeyoung, memberikan Jimin ruang untuk bertemu Chaeyoung.

Air mata Jimin mengalir deras ketika melihat wajah pucat Chaeyoung dengan perban merekah di kepala. Dan beberapa luka lain di tubuh Chaeyoung.

Andwae! Kau tidak mungkin pergi, kan?” Jimin berucap dengan gelengan kepala. Kini tangannya menggenggam tangan Chaeyoung yang terasa dingin. Beribu penyesalan menyelimuti hatinya yang kelam.

“Chaeyoungie! Katakan bahwa kau tidak akan pergi!” Jimin berteriak, kedua tangannya kini memegang pipi Chaeyoung. Air matanya berjatuhan di wajah Chaeyoung. Jimin membungkuk, menatap wajah Chaeyoung lamat-lamat.

Beberapa ingatan muncul di memorinya.

“Chaeyoungie, jebal. Kumohon jangan pergi, a-aku—” Tenggorokan Jimin terasa tercekat. “Chaeyoungie …,” lirihnya nyaris putus asa.

Ingatan beberapa jam silam, berputar-putar di kepala Jimin. Saat beberapa pertanyaan Chaeyoung lontarkan padanya, membuat Jimin berada di titik paling dasar sekarang.

“Kau mau aku bagaimana? Kau mau aku pergi meninggalkanmu? Iya, kan? Kau pernah mengatakan bahwa kau akan membahagiakanku, apa dengan cara seperti ini?”

Itu adalah kata-kata yang Chaeyoung ucapkan. Dan sikap Jimin membuat Chaeyoung pergi, benar-benar pergi.

“Anniya, a-aku tidak ingin kau pergi ….” Jimin melirih, masih dengan derai air mata yang tidak kunjung usai.

Once Again | JIROSÉ ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang