🥀44| Who

4.7K 576 310
                                    

Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca. Happy reading.

========================

Ditemani Seojun, Hana kini menatap lekat putri bungsunya yang terbaring lemah di atas brangkar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditemani Seojun, Hana kini menatap lekat putri bungsunya yang terbaring lemah di atas brangkar. Sebagai seorang ibu, hati ibu mana yang tidak sakit melihat putrinya dalam keadaan kritis. Ibu dua anak itu terus menangis dengan Seojun yang masih setia di sampingnya, mengelus-elus  pundak Hana.

“Hana-ya, uljimauri Chaeyoung anak yang kuat.”

“Putriku kesakitan, aku sakit melihatnya.” Hana menggenggam erat tangan Chaeyoung. Sudah lima belas menit dia di sini bersama Seojun. Awalnya Jimin menemani Chaeyoung, tetapi karena kedatangan Hana—Jimin melenggang pergi dari ruangan. Memberikan ruang untuk kedua orang tua Chaeyoung.

“Apa kau tidak sadar? Kita terlalu egois padanya.”

Seojun membalas ucapan istrinya dengan kerutan dahi.

Uri Chaeyoung tidak bahagia dengan pernikahannya.”

“Hana-ya, apa yang kau katakan?” Seojun tidak ingin membenarkan apa kata istrinya. Bukankah selama ini Chaeyoung dan Jimin hidup bahagia? Chaeyoung juga tidak pernah mengeluh dengan pernikahannya.

“Kita memaksanya untuk menikah, alih-alih karena sudah terikat janji. Apa kita tahu pernikahannya bahagia? Bahkan dia membawa koper keluar rumah. Apa kau pikir pernikahannya baik-baik saja?” Ada emosi yang menguasai diri Hana. Wanita paruh baya itu sudah menyadari bahwa pernikahan Jimin dan Chaeyoung tidak bisa dikatakan baik. Terbukti ketika Chaeyoung memilih lebih sering menginap di rumah mereka.

Seojun bergeming dengan kepala menunduk. Pria itu membenarkan apa kata Hana. Kini merasa gagal menjadi orang tua.

“Aku yakin, Jimin tidak memperlakukan Chaeyoung dengan baik.”

“Hana-ya, kita tidak bisa ikut campur urusan rumah tangga mereka.”

“Aku tidak terima atas apa yang terjadi dengan uri Chaeyoung.”

Yeobo, sebaiknya kita keluar dari ruangan Chaeyoung. Bagaimana kalau kita ke taman belakang rumah sakit? Kau butuh waktu untuk menenangkan diri.” Seojun pikir, istrinya butuh tempat untuk menenangkan diri. Jika, Hana di ruangan Chaeyoung terus-menerus—itu hanya membuat Hana merasa sakit.

Hana mengangguk, menyetujui ajakan Seojun. “Chaeyoungie, jangan tidur terlalu lama. Eomma menunggumu,” ucapnya. Sebelum dia meninggalkan ruangan Chaeyoung. Wanita paruh baya itu mengecup kening Chaeyoung.

Ketika Hana dan Seojun keluar dari ruangan Chaeyoung, Jimin langsung menghampiri mereka. Melihat itu, Hana memalingkan wajah. Berbeda dengan Seojun yang memberikan senyum singkat pada Jimin.

Aboji, Omoni ….” Jimin menatap lekat keduanya dengan berbagai perasaan bersalah yang masih bersarang di hati. “Maaf karena tidak menjaga Chaeyoung dengan baik.”

Once Again | JIROSÉ ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang