Mungkin semakin hari, jalan kita akan semakin terjal, tapi kita juga akan jauh lebih terlatih menghadapinya.
-----
Sore Minggu itu suasana rumah Tiara cukup ramai. Nuca, Andra, Ciara, Dania, dan Diaz berkunjung. Tepatnya diminta datang oleh kedua orang tua Tiara. Keenamnya terlihat tengah berbincang ringan di halaman belakang rumah. Tengah merilekskan diri sebelum menghadapi percakapan yang pasti akan serius setelah orang yang ditunggu datang nantinya.
Beberapa waktu kemudian, di ruang tamu rumah keluarga Tiara. Tampak semuanya berkumpul. Raut serius tergambar jelas di wajah mereka. Beberapa pasang mata tertuju fokus pada pasangan suami istri yang menjelaskan situasi mereka saat ini.
"Intinya, kami sekeluarga, dengan kerendahan hati, ingin meminta maaf atas apa yang sudah terjadi sebelumnya. Mungkin kami juga lalai, kurang memperhatikan anak kami. Membiarkannya begitu saja karena merasa dia sudah cukup dewasa. Sudah mampu mengatur dirinya sendiri."
Ujar sang suami yang tak lain adalah ayah dari Gio. Raut wajahnya serius dan terlihat penuh penyesalan.
"Terus terang kami juga tidak pernah menduga ternyata begitu banyak masalah yang dibuat oleh Gio. Dari urusan profesional di kantor, sampai urusan pribadi yang ternyata sangat pelik." Sambung ayah Gio lagi.Suasana hening sejenak. Hanya terdengar tarikan deru napas di ruangan itu.
"Khusus untuk Tiara dan mas Andra, kami betul-betul meminta maaf karena apa yang sudah dilakukan Gio. Mungkin sampai mengancam keselamatan, bahkan nyawa Tiara dan mas Andra." Ayah Gio lagi-lagi bersuara, memecah keheningan.
"Ehhmmm."
Ayah Tiara berdehem.
"Begini pak Wira, kalau kami, sebagai orang tua Tiara, selama Tiara akhirnya baik-baik saja, bukan masalah besar. Kami sebagai orang tua Tiara juga sudah memaafkan apa yang Gio lakukan secara pribadi ke Tiara. Karena bagaimanapun juga memang sudah terjadi. Syukurnya Tiara baik-baik saja." Sahut papa Deddy.
"Tapi gini, sejujurnya kami memang sudah sepenuhnya percaya pada Tiara untuk menjaga dirinya sendiri. Dan kemudian, ada kakak-kakaknya, serta Nuca yang juga turut serta menjaga dan mengawasi Tiara. Memastikan Tiara aman dan baik-baik saja selama ini, melindunginya. Mungkin pendapat mereka juga diperlukan, pak Wira.""Adik-adik, tante mohon, tolong Gio dimaafkan. Masalahnya sudah terlalu banyak, konsekuensinya juga sudah terlalu besar. Tante bisa pastikan kalau apapun yang Gio lakukan itu karena Gio terlalu mencintai Tiara." Ibu Lintang, mama Gio menimpali.
"Ma..."
Ayah Gio menegur istrinya sambil menarik napas kaku. Tampak tak sependapat dengan pernyataan yang disampaikan istrinya barusan.Ciara terlihat paling tidak setuju dengan apa yang barusan dikatakan ibu Lintang. Ia tampak tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Gadis yang cukup ekspresif itu membelalakkan matanya sembari bergerak kurang nyaman. Membenarkan posisi duduknya di sebelah Andra.
'Terlalu mencintai, my ass.'
Ia merutuk dalam hatinya. Menahan kekesalan mengingat ia tengah menghadapi orang yang berusia lebih tua darinya.Ciara ingat betul betapa histerisnya ibu Andra ketika ia dan Andra pulang ke rumah orang tua Andra malam itu. Posisi luka yang hampir mengancam nyawanya membuat sang ibu naik pitam saat itu juga.
Dan tentu saja reaksi ibunya sendiri. Ibu Indira. Yang sama emosinya ketika mengetahui salah satu keponakan tersayangnya terbaring di rumah sakit dan calon menantunya yang terluka karena ulah Gio. Yang dengan segera, keesokan harinya langsung bergerak cepat, berdiskusi dengan suaminya dan orang tua Andra mengenai investasi yang mereka lakukan pada salah satu proyek perusahaan ayah Gio.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Chance
FanfictionTiara melihat kembali lembaran kertas di dalam map yg tadi diserahkan Arin, sekretaris kak Ciara. Dipastikannya kembali, berulang kali. Raja Giannuca Bramanta. Benar nama itu yang tertulis di bagian tengah kertas. Menjelaskan bahwa pemilik nama akan...