Tak akan semudah sebelumnya, tapi hati terus berkata 'jangan menyerah'
-----
"Biel? Nunggu Ziva lo?" Tanya Nuca menghampiri Biel yang datang ke kantor sore itu.
"Eh, Nuc. Iya nih, abis dari kantor tadi ada urusan dikit. Sekalian aja lah biar pulang bareng Ziva." Sahut Biel sambil melakukan tos dengan Nuca.
"Nov, tau Ziva di mana?" Tanya Nuca pada Novia.
"Tadi masuk ke ruangan pak Diaz, Nuc. Sama mbak Dania juga." Sahut Novia dari kubikelnya.
"Makasih, Nov." Ujar Nuca dibalas acungan jempol oleh Novia.
"Nunggu di ruangan gue aja, Biel." Tawar Nuca."Oke lah." Sahut Biel. Kemudian keduanya berjalan masuk ke ruangan Nuca.
Biel kemudian duduk di kursi di depan meja Nuca, sedangkan Nuca di kursi kerjanya.
"Mau minum nggak?" Tanya Nuca.
"Thank you, Nuc. Gampang lah, ntar." Jawab Biel.
"Ngomong-ngomong, sebelah ruangan Tiara kan? Gimana rasanya punya ruangan sebelahan gini?" Biel tiba-tiba bertanya setelah tadi sempat melihat Tiara keluar dari ruangannya.
"Eh, hadep-hadepan pula duduknya. Waaahh, gue jadi elo sih pusing, Nuc." Tambah Biel sambil tertawa."Nah gitu tuh. Pusing gue. Tiap hari liat dia. Gimana nggak makin pengen ngobrol kan?" Sahut Nuca.
"Dah lah, Nuc. Kejar aja udah." Biel memberikan semangat lagi.
"Maunya gue gitu. Tapi jadinya egois banget ga sih gue? Kan gue tau dia jadi gini gara-gara gue juga." Nuca berucap pelan.
"Nuc, yang dibilang Ziva sama Keisya itu bener deh. Menurut gue Tiara masih sayang sama lo. Soalnya respon dia ke elo dan ke gue itu beda."
Nuca mengernyit. "Maksud lo?"
"Kan mereka bilang Tiara susah deket sama cowok. Itu bener. Cuma menurut gue nggak sama semua cowok. Dia gitu ke cowok yang menurut pandangan dan intuisu dia bakal ngedeketin dia lebih dari temenan." Jawab Biel.
"Gini Nuc, ke gue, dia gampang akrabnya. Padahal gue sama dia juga baru kenal kurang dari setahun ini. Kita juga jarang ketemu karena gue harus terbang. Kenapa? Ya karena gue diperkenalkan sebagai orang yang PDKT sama sahabatnya, sama Ziva." Biel menjeda.
"Beda kasus sama temennya bang Andra yang akhirnya jadi pacarnya itu. PDKT ke Tiara ya susah, nunggu dia buka hatinya susah. Seinget gue, kata Keisya, dia butuh waktu lebih dari setahun buat PDKT meskipun berakhir dengan alasan konyol juga setelah pacaran cuma 4 bulan."Nuca mengangguk, mencoba mencerna semua cerita Biel.
"Nah, kalo Sam beda lagi. Dari sisi Tiara, dia emang nggak pernah berniat pacaran sama Sam kayaknya. Nganggep rekan kerja aja. Jadi ya dia gampang aja deketnya. Sam emang sempat naksir, tapi nggak lama juga. Pokoknya dari sekian banyak cowok yang deketin dengan maksud mau macarin dia, ya emang susah." Biel melanjutkan ceritanya lagi.
"Nah sama gue ya biasa aja. Kayak kenalan, sering ngobrol, akrab. Gitu juga sama mantannya Keisya kemarin. Jadi kayaknya kalo tujuannya bukan buat masuk ke hatinya, bakal biasa aja dianya.""Jadi?" Nuca bertanya singkat.
"Jadi menurut gue, kenapa dia jadi gini ke elo, ya karena posisi lo istimewa sih, Nuc. Elo pernah ngisi hatinya meskipun akhirnya bikin sakit. Elo sumber rasa sakitnya dia, yang bikin dia jadi keras gini. Ya lo kepikiran kan gimana rasanya udah berjuang buat diri lo sendiri, udah lama, tiba-tiba orang yang berusaha lo lupain datang lagi. Minimal kesel lah, Nuc." Ujar Biel sambil tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Chance
FanfictionTiara melihat kembali lembaran kertas di dalam map yg tadi diserahkan Arin, sekretaris kak Ciara. Dipastikannya kembali, berulang kali. Raja Giannuca Bramanta. Benar nama itu yang tertulis di bagian tengah kertas. Menjelaskan bahwa pemilik nama akan...