Aku selalu percaya, akan selalu ada pelangi bahkan setelah badai paling besar menerpa.
-----
"Kamu kok nggak bilang sama aku kalo sempat diinfus segala?"
"Hah? Diinfus? Kapan?"
Tiara yang baru saja keluar dari kamarnya dikejutkan oleh pertanyaan Nuca. Tangannya masih sibuk mengeringkan rambut dengan handuknya. Ia menghampiri Nuca yang tengah sibuk mengacak-acak isi kulkas.
"Kata mas Axell tadi malam, kamu sempat diinfus abis kejadian waktu itu."
"Ya ampun. Kirain kapan aku diinfus. Kamu ngapain sih?"
"Nyari minuman aku. Mana ya? Ra, jawab dulu pertanyaan aku ih."
"Apaaa? Soal diinfus tadi? Ya gimana aku mau cerita orang aku ditinggal gitu aja sama kamu. Nggak peduli gitu sama aku." Cibir Tiara.
"Ya kan bisa minta tolong mas Axell ngasih tau aku, apa kakak atau abang gitu."
"Dih, aku mah males ngasih tau. Orang kamunya lagi nggak peduli. Males lah aku, ntar dikira caper lagi." Tiara mendorong Nuca ke samping.
"Sini aku cariin minumannya.""Ya kan seenggaknya aku tau, Ra."
"Nih minumnya." Tiara menyerahkan sekaleng kopi yang sejak tadi dicari Nuca.
"Pokoknya aku nggak mau ngasih tau. Emang mau ngapain kalo dikasih tau? Mau ngasihanin aku? Ogah lah.""Ih galak banget."
Nuca menawari Tiara minumannya. Tiara mengambil dan menyicipi sedikit isinya.
"Galak-galak kamu sayang kok." Tukas Tiara.
"Mandi gih, yang. Temenin aku keluar, yuk.""Kemana?"
"Nyari kain buat lamaran."
"Siapa yang lamaran? Kita?" Nuca menenggak habis minumannya.
"Bapak ngerasa udah ngelamar belum? Pacaran aja baru, sok-sokan lamaran."
"Maksudnya kalo ngelamar kamu, kita nggak perlu kain-kainan gitu, sayang. Sekarang juga bisa langsung aja gitu."
"Dih, kupastiin aku bakal nolak kalo kamu ngelamar aku sekarang."
"Kok gitu?"
"Aku kayak gini, kamu belum mandi. Nggak ada pantes-pantesnya, nggak ada bagus-bagusnya buat hal yang sakral gitu." Tukas Tiara.
"Udah gih, sayang. Mandi buruan, makan siang di luar sekalian kita yuk. Biar kamu nggak bosen di apartemen juga.""Nyari kain buat apa jadinya?"
"Buat acara lamaran kak Dania. Kita belum ada baju buat acara itu."
"Baju yang ada aja kenapa? Kan banyak banget baju kamu."
"Mau pake kain samaan nggak sama aku?"
"Eh, samaan? Mau, mau, mau. Ya udah aku mandi dulu. Bentar ya."
Tiara menggelengkan kepala melihat kelakuan kekasihnya. Nuca terlihat sangat senang mendengarkan kalimat Tiara barusan. Tampak sangat antusias ketika tau niat Tiara.
---
Nuca dan Tiara menghabiskan banyak waktu bersama di hari Minggu siang itu. Untuk pertama kalinya, setelah insiden foto, keduanya kembali jalan berdua. Melakukan hal-hal yang sebelumnya biasa mereka lakukan bersama. Kali ini bahkan melangkah lebih jauh. Menggantikan waktu yang sempat terbuang sia-sia.
Sebelumnya, Tiara mengajak Nuca mendatangi seorang desainer yang dikenal dengan kain tenun tangan khas Indonesia. Memesan sebuah atasan lengan panjang untuk Nuca, dicocokkan dengan bawahan rok panjang untuk Tiara. Rok pas badan dengan belahan hingga ke lutut di sisi belakangnya. Tiara juga memesan sebuah baju dengan model yang terinspirasi dari baju bodo dengan sedikit payet untuk dikenakan sebagai atasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Chance
FanficTiara melihat kembali lembaran kertas di dalam map yg tadi diserahkan Arin, sekretaris kak Ciara. Dipastikannya kembali, berulang kali. Raja Giannuca Bramanta. Benar nama itu yang tertulis di bagian tengah kertas. Menjelaskan bahwa pemilik nama akan...