Terima kasih kamu, yang mampu meruntuhkan kembali pertahanan hati, semoga kali ini cerita lama tak terulang kembali.
-----
"Tadi sarapan kan?" Tanya Tiara pada Nuca. Keduanya melangkah bersama memasuki kantor.
"Iyaaa. Udah kok, Ra. Kamu udah nanya juga loh tadi di mobil." Jawab Nuca tersenyum.
"Weeeeyyyyy. Apa nih? Ada apa ini?" Suara Ainun terdengar heboh.
"Kak Inuuuun. Apaan sih?" Tanya Tiara sambil melihat ke sekelilingnya. Untungnya suasana masih cukup sepi.
"Datang bareng kalian? Iiihhh uwuuu." Serunya lagi.
"Dateng bareng doang masa uwu sih?" Ujar Tiara. Pipinya bersemu.
"Ya uwuu. Kan aku nggak pernah liat kamu gini, Ti." Jawab Ainun lagi.
"Ih serah kak Inun deh, serah." Ujar Tiara lagi. Kemudian mendorong pelan Nuca menuju ruangannya.
"Tuh kan, baru kali ini liat Tiara lucu banget. Sama Nuca lagi! Kalo jadian jangan lupa makan-makan ya, Ra!" Suara Ainun masih terdengar di belakang mereka.
"Kak Inuuuun. Berisik!" Seru Tiara.
"Kenapa pipinya merah? Lucu banget." Ucap Nuca. Tangannya terulur menelusuri rambut panjang Tiara.
"Nggak apa-apa bapak Nuca. Udah gih masuk. Selamat bekerja." Tiara meremas tangan Nuca lembut, tersenyum, kemudian berlalu masuk ke ruangannya sendiri.
---
"Tiiiii. Nyaaawuuuuu." Terdengar suara yang familiar di telinga Tiara.
"Kenapa, Ziva sayang?" Tiara melirik jam di meja kerjanya.
"Uwooo. Tumben banget ga judes, lo? Yeuuu. Tau gue tau. Suasana hati lo pasti lagi bagus banget nget nget kan?" Ujar Ziva dramatis.
Tiara hanya membalas dengan senyumannya. Menatap ke sebelah ruangannya. Nuca terlihat masih sibuk dengan pekerjaannya. Padahal sebentar lagi jam kantor usai.
"Lo kemana tadi siang? Ngilang aja." Tiara mencoba mencari bahasan baru.
"Hehe. Dijemput Biel, Ti. Makan siang sama dia." Ziva terkekeh.
"Bagus lo ya gue ditinggal makan siang sendiri. Untung suasana hati gue bagus seharian nih. Kalo nggak, abis gue ngomel. Elo tuh, bukannya ngecek kondisi gue pagi-pagi di kantor gara-gara tadi malem. Malah ngilang aja. Siangnya ngilang lagi." Tiara mulai mengoceh.
"Duileh. Pagi kan gue meeting, neng. Lagian elo, udah ada Nuca juga, makan sama Nuca juga kan lo tadi? Mana ruangan sebelahan, bisa liat-liatan. Yakin gue mah elo bakal baik-baik aja terus. Eh, udah beres kerjaan lo? Staf lo udah pada siap-siap pulang tuh." Tunjuk Ziva ke arah kubikel di luar dengan dagunya.
Tiara tersenyum mendengar ocehan Ziva. Ia kemudian mengikuti arah pandangan Ziva. "Iya udah beres, kok. Masih nggak boleh lembur gue sama kakak. Mana tuh laki satu ceritanya mau jagain gue lagi."
"Ya iyalah. Dia yang paling panik tau, Ti. Untung otaknya jalan, ngelacak lo, trus langsung dikejar sama dia. Udah, buru cerita ke gue gimana sampe bisa lo pergi sama Reno ke daerah antah berantah?" Ziva kemudian duduk di kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Chance
FanficTiara melihat kembali lembaran kertas di dalam map yg tadi diserahkan Arin, sekretaris kak Ciara. Dipastikannya kembali, berulang kali. Raja Giannuca Bramanta. Benar nama itu yang tertulis di bagian tengah kertas. Menjelaskan bahwa pemilik nama akan...