63. Cerita Baru di Melbourne

782 77 6
                                    

Terima kasih, karena mau kembali, mengizinkan bersama lagi.

-----

Nuca memandang ke langit Melbourne dari jendela mobil di sisinya. Masih ramai oleh gemerlap kembang api yang seakan tak ada habisnya. Sepertinya malam tahun baru akan dirayakan sepanjang malam hingga pagi menjelang.

Nuca dan yang lain memutuskan segera pulang sekitar satu jam setelah pergantian tahun terlewat. Setelah sedikit mengobrol santai dan bercanda, serta menikmati sajian yang tersisa di atas meja. Beberapa dari mereka memang sudah terlihat sulit menahan kantuk.

Begitu juga gadis yang tengah ada di dalam pelukannya. Tiara terlihat tengah tertidur. Sedikit meringkuk dalam rengkuhan tangan Nuca, menghangatkan dirinya sendiri meskipun cardigannya telah terpasang. Ditambah pelukan Nuca yang sepertinya mampu membuat gadis cantik itu tidur dengan nyaman.

Entah karena Tiara terlalu mengantuk atau tengah menunjukkan sifat manjanya. Tiara menempatkan dirinya duduk di kursi mobil yang juga diduduki Nuca. Tepat di antara kedua kaki lelaki itu. Untungnya mobil MPV premium yang mereka tumpangi memiliki kursi yang cukup besar dengan footrest dan power leg rest yang nyaman. Nuca bisa memastikan Tiara juga tetap dalam posisi yang nyaman.

Nuca menciumi pucuk kepala Tiara. Sebelum kemudian menoleh ke sisi kanannya. Mendapati Ziva yang seperti tenggelam di pelukan Biel. Tak jauh beda posisinya dengan Tiara. Ziva mengikuti apa yang dilakukan Tiara, tepat ketika ia melihat Tiara menempel pada Nuca.

"Punya ide nggak lo gimana caranya ngangkat cewek yang tidur di pelukan lo, sedangkan elo posisinya gini di mobil?"
Nuca melirik ke arah Biel. Kemudian melihat ke arah depan, sepertinya apartemen mereka hanya tinggal 300m lagi.

"Gue mikir hal yang sama, Nuc. Mau nggak dibangunin, gue nggak bisa turun. Mau dibangunin, kasian."

"Aku udah bangun." Tiba-tiba terdengar suara Ziva, menggumam.

Nuca dan Biel terkejut, membulatkan mata mereka. Namun kemudian kompak terkekeh. Posisi Ziva masih meringkuk, matanya juga masih terpejam, tapi mulutnya baru saja menyuarakan sesuatu.

Tak lama Nuca merasakan gadis di pelukannya bergerak kecil, menggeliat. Tangan Nuca otomatis terangkat, mengelus lengan dan kepala Tiara. Takut gadisnya terganggu.

Tiara mendongak setelah matanya terbuka sempurna. Matanya langsung bertemu dengan mata Nuca.
"Udah deket ya, yang?"

Nuca tersenyum, mengusap bahu Tiara.
"Iya tuh, bentar lagi. Kok bangun?"

"Kamu gimana keluarnya kalo aku nggak bangun?" Ujar Tiara.

Ia masih enggan menegakkan tubuhnya. Terlanjur merasa nyaman dengan posisinya sekarang. Tangannya menggenggam erat tangan Nuca.

Sesaat kemudian mobil yang membawa mereka berbelok. Memasuki area apartemen tempat tinggal mereka.

"Pelan turunnya."

Nuca mengingatkan Tiara yang tampak tergesa turun. Mengkhawatirkan Tiara yang rasa kantuknya seperti masih tersisa. Tangannya tak lepas dari tangan Tiara. Memastikannya baik-baik saja sampai ia berdiri di sisi Tiara. Memeluk gadis itu untuk menahannya.

"Masih ngantuk?"

Tiara hanya mengangguk kecil. Memperhatikan mobil di depan dan di belakang mobil mereka. Berusaha memastikan semua personil telah lengkap sebelum kemudian segera masuk ke gedung apartemen.

Derap langkah rombongan itu terlihat tergesa. Berusaha secepat mungkin tiba di unit yang mereka sewa. Namun sisa rasa kantuk membuat langkah mereka tak bisa setegak biasanya. Tiara sendiri memeluk pinggang Nuca, menumpukan dirinya pada lelaki itu agar ia bisa menyeret langkahnya yang terlihat gontai.

The Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang