Tunggu aku berjuang untukmu kembali. Cukup izinkan, dan lihat aku membuktikannya.
-----
"Ziva, Keisya, gitu udah tau kan, Nuc?" Tanya Ciara setelah Nuca selesai menceritakan semuanya."Udah, kak." Jawab Nuca.
"Oke. Thank you karena udah mau ceritain hal ini ke kita. Tiara udah pernah juga kok cerita soal ini ke kita semua. Dengan cerita gini kan kita jadi tau cerita dari kedua sisi. Terus maunya gimana, Nuc?"
"Bentar, Nuc. Seberpengaruh apa keluarga yang kamu sebut tadi di sana sampai kamu milih buat pindah ke Perth?" Andra bertanya tampak penasaran.
"Nah ini mungkin salah satu kesalahan ku juga, bang. Waktu itu yang ada di pikiranku cuma gimana caranya Tiara nggak kenapa-kenapa. Kalau bisa nggak disentuh sama sekali. Sialnya, setelah hampir dua tahun aku baru tau, keluarga mereka ya common aja. Cuma cewek ini super nekat, kakaknya juga sayang banget sama dia sampai apapun yang cewek ini mau, bakal diturutin. Karena dia orang asli sana, makanya mungkin paham seluk beluk tempat, kenal banyak orang di sana." Jelas Nuca.
"Dia pernah ngapain Tiara?" Ciara terlihat cemas.
"Di awal, setelah pertama kali cewek ini nyuruh aku jauhin Tiara, aku mikirnya dia nggak seserius ini sih, kak. Karena aku nggak anggap serius, kita biasa aja, dia sempat ngirim ancaman via teks ke email Tiara. Tiara cerita ke aku, tapi dianya juga santai, karena masih bingung dan mikir dia nggak sepenting itu sampai diancam orang. Lama-lama, kayaknya gara-gara kita acuh sama ancaman pertama itu, dia masih nyoba lagi buat nyerang Tiara. Kali ini di apartemen Tiara. Dia dapat kiriman bunga sama kain putih berdarah. Tiara mulai takut, aku juga mulai anggap serius." Nuca menjelaskan.
"Sampai itu kamu juga masih belum cerita soal cewek itu ke Tiara?" Tanya Ciara gemas.
"Nggak, kak. Aku nggak mau Tiara makin takut. Bodoh ya aku?" Nuca balik bertanya.
"Nggak bodoh, sih. But in my opinion, it would be better if you tell her. Both of you definitely can face those problems together, no?" Jawab Ciara lagi
"Nih, Nuc. Kalo kakakmu satu ini udah ngomong pake English gini, berarti udah kesel, nih." Ujar Andra tersenyum.
Nuca kemudian memandang Ciara, memastikan ekspresinya. "Nggak kepikiran kak. Satu-satunya yang aku pikirin waktu itu ya keselamatan Tiara." Ia berbicara lirih.
"Hmmmmhhh." Terdengar Ciara menarik napas dalam.
"Ya udah, lanjut." Ucap Ciara lagi."Setelah itu aku baru mulai nanggepin serius soal ini. Ketemuan sama cewek itu sama kakaknya juga. Mereka ngasih peringatan keras kalo mereka serius dengan ancaman mereka. Apa yang mereka lakukan ke Tiara sebelumnya itu baru ancaman awal. Mereka masih bakal ngelakuin yang lebih parah dari itu."
"Terus akhirnya kamu milih buat ninggalin Tiara? Gitu?" Dania terlihat tak sabar.
Nuca menunduk, mengangguk menjawab pertanyaan Dania. "Ini kak, kalo aku cerita ke Tiara, atau ke Keisya soal cewek itu, mereka pasti bakal ngelarang aku pergi kan? Tiara bakal tetap nggak aman. Keputusanku buat menjauh itu ngambilnya susah, kalo dilarang lagi sama mereka, bakal makin susah."
Sejenak ruang tengah apartemen itu hening. Tampak semua tengah berpikir. Mungkin mencerna informasi yang barusan mereka dengar. Membayangkan sulitnya hal yang dilalui Tiara dan Nuca. Ciara dan Dania, mungkin yang lebih mengerti soal hati, menatap Nuca yang masih menunduk. Sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Chance
FanfictionTiara melihat kembali lembaran kertas di dalam map yg tadi diserahkan Arin, sekretaris kak Ciara. Dipastikannya kembali, berulang kali. Raja Giannuca Bramanta. Benar nama itu yang tertulis di bagian tengah kertas. Menjelaskan bahwa pemilik nama akan...