Akan selalu ada yang pertama kali untuk semua hal di dalam hidup.
-----
Nuca menepati janjinya pada Tiara. Setelah memarkirkan mobil di halaman rumahnya, ia bergegas menghampiri Tiara. Merentangkan tangannya lebar untuk gadis itu.
Tiara yang baru saja keluar dari mobil terkekeh pelan. Menghambur ke pelukan Nuca. Memeluk Nuca erat, merasakan kecupan kecil Nuca di dahinya.
"Terima kasih, bapak Nuca.""Sama-sama, ibu Tiara." Ujar Nuca dengan senyumnya. Meraih tangan Tiara dan menggenggamnya.
"Akhirnya mas Nuca bawa cewek." Celetuk sebuah suara di belakang mereka.
"Pak Didi? Ya ampun, aku kira siapa." Nuca menoleh pada laki-laki di belakangnya. Pak Didi adalah salah satu penjaga yang berjaga malam di rumah Nuca.
"Pak Didi masih inget nggak? Tiara. Temen Nuca dulu waktu awal-awal kuliah. Dulu pernah main ke sini." Nuca mencoba menjelaskan.Pak Didi berusaha mengingat namun sepertinya gagal.
"Ya udah kalo lupa nggak apa-apa." Ujar Nuca lagi.
"Maaf ya non, bapak udah tua, susah ingetnya." Canda pak Didi.
"Nggak apa-apa, pak." Sahut Tiara tersenyum.
"Pak Didi jaga sendiri?" Nuca mengecek ke pos penjaga di depan rumahnya.
"Nggak lah, mas. Ada si Yusuf juga. Tapi sama mbok Yan lagi disuruh beli apa gitu tadi." Terang pak Didi.
"Eh kok malah di sini. Bawa masuk non Tiara nya, mas. Ditunggu ibu. Mas Axell juga udah dateng tadi." Ujar pak Didi lagi."Ya udah, kita masuk dulu ya, pak." Ujar Nuca.
"Assalamualaikum." Ujar Nuca dan Tiara bersamaan ketika keduanya melangkah masuk ke dalam rumah Nuca.
Keduanya disambut foyer dengan meja besar di tengahnya. Sebuah rangkaian bunga segar dalam vas kristal yang cukup besar terlihat di atas meja.
"Waalaikumsalam. Nah ini yang ditunggu." Tante Inge datang dari sisi kiri foyer. Menyambut Nuca dan Tiara.
"Hai sayang." Tante Inge mencium gemas pipi Tiara yang menyaliminya. Kemudian memeluk Tiara dan membawanya masuk. "Kangen banget tante sama Tiara, yuk sayang.""Loh, ma. Anaknya ditinggal?" Seru Nuca.
"Kamu udah gede, Nuca. Emang mau digendong? Jalan sendiri, ikutin gitu lo. Rumah sendiri juga."
Nuca menggaruk kepalanya. Tak dipungkiri ada rasa senang di hatinya melihat sang ibu yang sepertinya begitu menyayangi gadis yang disayanginya. Ia pun mengekor sang ibu menuju area public rumah besar keluarganya menuju ruang tengah tepat di belakang foyer.
"Hai, Ti." Sapa Keisya yang terlebih dahulu ada di sana.
"Kei?" Tiara tampak bingung.
"Keisya nya tadi sama mas Axell, sayang. Barusan juga nyampe kok. Duduk dulu, ya. Om Arda tadi ada keperluan sebentar keluar." Ujar tante Inge.
"Loh? Mas Axell nya kemana Kei?""Ke atas bentar katanya, tan." Jawab Keisya.
"Nuc, kenapa berdiri di situ? Sini duduk." Panggil sang ibu yang masih memegangi tangan Tiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Chance
Hayran KurguTiara melihat kembali lembaran kertas di dalam map yg tadi diserahkan Arin, sekretaris kak Ciara. Dipastikannya kembali, berulang kali. Raja Giannuca Bramanta. Benar nama itu yang tertulis di bagian tengah kertas. Menjelaskan bahwa pemilik nama akan...