69. Rahasia Besar

698 81 5
                                    

All i want is just us, in the world that let us love freely.

-----

Tiara menghampiri Nuca yang tengah sibuk mengutak-atik saluran televisi sejak beberapa menit lalu. Di tangannya, ia membawa nampan berisi beberapa minuman dan beberapa jenis makanan ringan. Tiara tersenyum, menggelengkan kepalanya pelan.

Sejak tadi siang keduanya menghabiskan waktu bersama di unit apartemen Tiara saja. Melewati makan siang dan makan malam berdua dengan masakan Tiara. Rasa malas menyergap keduanya tiba-tiba. Apalagi rasanya beberapa waktu terakhir keduanya jarang quality time berdua. Hingga hangout date yang sebelumnya direncanakan batal begitu saja.

Konsentrasi Nuca menonton siaran langsung pertandingan basket NBA otomatis terpecah ketika melihat Tiara mendekatinya. Senyum manis tersungging di bibirnya melihat gadis yang tengah menaruh nampan di meja.

"Apa tuh, sayang?"
Nuca memiringkan kepalanya, memperhatikan isi nampan di atas meja.

"Snack platter. Buat temen kamu nonton."
Sahut Tiara sambil ikut duduk di sisi Nuca. Matanya ikut tertuju pada tayangan di depannya.
"Udah mulai?"

"Udah, baru jalan 10 menitan."
Nuca menyahut dengan mulut penuh french fries.

Keduanya kemudian menonton jalannya pertandingan bersama. Berganti-ganti posisi selama empat quarter pertandingan. Tepatnya Nuca menonton dengan serius sambil menyantap cemilan. Sedangkan Tiara, membiarkan Nuca fokus menonton sambil sesekali ia memainkan ponselnya. Tiara bahkan mem-posting foto di instastory instagramnya. Foto tangan Nuca yang secara kasual berada di lutut Tiara, seakan menyatakan kepemilikannya terhadap Tiara.

Tiara tahu betul kebiasaan Nuca ketika menonton pertandingan basket seperti ini. Nuca perlu fokus menontonnya. Meskipun bagi Nuca mungkin tak masalah jika Tiara sedikit mengganggunya dengan obrolan kecil. Tapi bagi Tiara, kesempatan bersantai dan menonton tayangan yang Nuca suka adalah hiburan langka untuk Nuca. Maka dari itu, ia membiarkan Nuca tetap fokus dengan tontonan dan makanan ringan yang tak henti dikunyahnya, sementara ia menemani di sampingnya. Lagipula Nuca juga sudah banyak melakukan hal lain untuk kesenangan Tiara.

Pertandingan berakhir sekitar satu jam kemudian. Posisi Tiara sendiri sudah berubah sekian kali. Terakhir, Nuca membiarkan Tiara merebahkan kepalanya di paha Nuca, menghadap televisi meskipun ia masih sibuk dengan ponselnya. Memeluk boneka plushies berbentuk beruang yang dibelikan Nuca karena Tiara tiba-tiba menginginkannya saat mereka pergi makan siang di salah satu pusat perbelanjaan beberapa minggu lalu.

Tiara masih sibuk dengan ponselnya ketika pertandingan basket di televisi selesai. Nuca yang perhatiannya mulai teralih, mengulurkan tangannya, menyisir lembut rambut panjang Tiara. Sesekali mengusap lembut pipi chubby kekasihnya.

Terlintas di pikirannya untuk segera memiliki Tiara sepenuhnya. Toh sudah menjadi rahasia umum jikalau keduanya saling mencintai. Bahkan rasanya, perasaan keduanya mutlak untuk satu sama lain, hingga tak bisa mengalihkan rasa cintanya untuk orang lain.

Tiara adalah tempat pulang bagi Nuca. Di masa sulitnya, Tiara lah yang memenuhi pikirannya. Bahkan kadang karena rasa cintanya yang terlalu besar untuk Tiara, ia bisa menjadi sosok yang lemah dan rapuh jika berkaitan dengan gadis itu. Tapi di sisi lain, Tiara juga lah yang bisa menjadikannya kuat, menjadi versi terbaik dirinya.

The Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang