Dan akhirnya kuputuskan kembali, menyerah pada hatiku.
-----
"Mbak Cita, pak Andra ada?" Tiara menghampiri sekretaris Andra siang itu.
"Nggak ada, Ti. Pergi dari pagi sama Nuca." Jawab Cita.
Tiara mengangguk paham.
"Pantes." Gumamnya.
"Ya udah, makasih mbak." Ujarnya.Ia pun beralih ke ruangan Ciara, bermaksud merecokinya.
"Hai, kak." Panggilnya ketika ia memasuki ruangan Ciara."Hai, Ra. Kenapa mukanya ditekuk gitu?" Tanya Ciara begitu melihat Tiara.
"Muka ku kertas kali ah, ditekuk."
"Ihh, kamu mah. Ditanya serius juga."
Tiara duduk di sofa sambil mengecek ponselnya.
"Abang kemana? Katanya mbak Cita nggak ada."Senyum usil terbit di bibir Ciara.
"Kamu nyari abang apa nyari yang lagi sama abang?" Godanya."Nyari Nuca." Tiara berkata jujur.
"Tumben jujur." Ciara terkekeh.
"Lagi keluar, ada meeting sama calon investor.""Investornya kenapa?"
"Kalo yang kakak denger, ini calon investor yang emang di-acc sama Andra. Ada sesuatu sama calon investor yang sebelumnya. Jadi ini ngomongin soal back-up plan."
"Hah gimana? Emang ada masalah apa?"
"Jadi kata Nuca kemarin, investor sebelumnya agak mencurigakan. Dari profil sampai cara mereka mau investasi. Agak maksa ke Andra beberapa kali katanya. Nah, mereka kan lagi nyari calon investor yang tepat buat bussiness development. Bukan yang cuma investasi karena mikir keuntungan aja. Sama Nuca diselidiki dulu kemarin. Kayaknya udah tau ada yang salah. Jadi mereka lagi bahas back up-plan sama investor yang emang sebenernya dipengen Andra."
"Banyak banget urusannya. Aku cuma liat Nuca tadi pagi, cuma bentar lagi. Sampe sekarang nggak balik-balik."
"Kok kesel?"
"Ya abisnyaaaa, kan aku baru liat Nuca sebentar udah ilang aja. Nuca tuh lagi mengkhawatirkan tau kak."
"Mengkhawatirkan gimana?" Ciara mulai berbicara serius. Menghampiri Tiara, ikut duduk di sofa.
"Lagi gampang capek dia. Kerjaan banyak banget, pulang kerja masih aja basket atau futsal, kemarin malah mabok. Kadang lupa makan lagi. Aku takut dia sakit aja." Tiara mengomel.
"Katanya bantuin kak Dania sama bang Diaz juga cek persiapan nikahannya kan? Kadang bantuin kakak sama bang Andra juga. Hhhh, kapan istirahatnya coba?"Ciara menatap Tiara heran.
"Kamu jadi perhatian banget gini sama dia, udah baikan?"Tiara menggeleng.
"Tapi udah nyerah ya mau nyuekin dia? Udah nggak kuat jauh-jauh?"
Tiara pun mengangguk.
"Alhamdulillah. Nyerah sama hatinya ya? Syukur deh. Nggak perlu berbulan-bulan ngeliat kalian musuhan gini. Nggak perlu lagi kakak ngomel-ngomel ke dia gara-gara dia maksa kerja mulu. Katanya biar nggak nganggur, biar capek, nggak ada waktu buat mikir banyak soal kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Chance
FanficTiara melihat kembali lembaran kertas di dalam map yg tadi diserahkan Arin, sekretaris kak Ciara. Dipastikannya kembali, berulang kali. Raja Giannuca Bramanta. Benar nama itu yang tertulis di bagian tengah kertas. Menjelaskan bahwa pemilik nama akan...