16. Tiara dan Orang Terdekatnya

1.3K 104 63
                                    

Entah apa yang Tuhan rencanakan selanjutnya, tapi aku selalu percaya, Ia mencintai hamba-Nya.

-----

"Elo gimana bisa lupa sih, Nuc?" Tanya Keisya. Keisya baru saja datang, menyusul Ziva dan Sam yang sejak tadi berada di ruangan Nuca.

"Sumpah lupa banget, Kei. Ya namanya lupa gimana sih? Padahal di jalan balik ke kantor tadi di pikiran gue harus buru-buru, mau managerial meeting sama mau ketemu dia sebelum dia berangkat. Itu doang yang gue inget-inget terus." Jawab Nuca sambil mengetik sesuatu di ponselnya.

"Eh! Nggak usah dihubungin dulu, Nuc. Lagi sibuk dia." Sergah Ziva yang melihat Nuca sepertinya mencari kontak Tiara di ponselnya.
"Elo udah tau kalo dia mau ketemu rekanan kan, Nuc?Elo nggak lupa Tiara gara-gara ketemu siapa tadi, Kei? Si Mahalini itu kan?" Ziva menyelidik.

"Hah? Engg, ya nggak lah, Ziv?" Sahut Nuca.

"Yakin lo?" Ujar Sam.

"Lupa gara-gara Lini sih nggak kayaknya. Keasyikan ngobrol aja. Nostalgia kayaknya tadi, sih." Ledek Keisya.

Nuca hanya menggaruk kepalanya, tak menemukan kalimat untuk membela dirinya sendiri.

"Nuca, Nuca. Definisi manusia kurang bersyukur nih gini ini. Susah-susah lo deketin Tiara lagi, baru baikan, malah bikin salah." Ziva terlihat kesal.

"Beneran nggak sengaja, Ziv. Namanya juga lupa. Kenapa bisa ya gue tadi ngobrol lama banget sampe lupa kalo gue buru-buru? Padahal pas di luar tadi yang gue pikirin ya harus ketemu Tiara, dari pagi gue cuma liat dia bentar. " Nuca menjawab. Menyesali kebodohannya.

"Yeeuuu, ya nggak tau gue. Iya, iya. Percaya gue kalo lo emang lupa. Cuma kok ya pas aja gitu bisa lupa sama hal penting yang lo inget banget, pas ketemu juga sama cewek lain." Sahut Ziva.

"Dia marah nggak tadi sama gue?" Tanya Nuca.

"Marah sih nggak kayaknya. Mukanya kesel-kesel doang gara-gara lo nggak dateng meeting. Nggak enak aja dia sama yang lain. Mana dia juga minta cepet-cepet soalnya dia mau pergi kan. Nah bagian dia liat lo di lobby itu yang gue nggak bisa pastiin." Jawab Ziva.

"Gue sih cuma takut Tiara salah paham aja. Udah kesel gara-gara elo nggak bisa dihubungin, nggak dateng meeting, taunya asyik ngobrol di bawah, sama cewek yang dia nggak kenal lagi. Padahal kayaknya lo juga yang perhatian banget ke dia. Tiara bilang ke gue, elo jadi super susah gitu jauh-jauh lama dari dia." Ujar Keisya.

"Dan kayaknya lo berdua bermasalah sama hape lo ya? Yang satu susah dihubungi kemarin, satunya lagi susah dihubungi hari ini gara-gara masih silent. Jodoh emang lo berdua." Sahut Ziva lagi.

"Aamiin buat yang terakhir." Nuca refleks menyahut.
"Ntar gue jelasin ke dia deh."

"Iya kalo bisa langsung jelasin ke dia. Kalo dia ngambek dulu gimana?" Tanya Ziva sambil meminum es kopi dari gelasnya.

"Gue janji mau ke apartemennya ntar malem sih."

"Mau ngapain lo berdua? Dih, itu sih kalo dia masih mau bukain lo pintu. Kalo nggak?" Cecar Ziva.

"Makan doang, Ziv. Mau masak buat gue, dia. Janjinya kemarin gitu."

"Nah apalagi masak, yakin lo dia mau?" Ujar Keisya.

"Lo berdua bikin gue jadi was-was." Ujar Nuca.

"Ya harus, Nuca. Lagian elo sih, kesel juga gue sumpah." Ziva mencibir.

"Dia bawa mobil sendiri kan tadi ya? Mana bawaannya Evoque lagi." Ujar Nuca khawatir.

"Lah, kenapa sama mobilnya dan Tiara?" Sam mengerutkan keningnya.

The Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang