Terima kasih karena sudah mau mendengarkan, melihat, dan menerimaku lagi.
-----
Keempatnya menoleh ke arah sumber suara. Pak Agus, salah satu security kantor menghampiri mereka yang masih berdiri di lobby.
"Ada mas Nuca juga toh?" Pak Agus terengah menghampiri mereka.
"Nyari mbak Tiara, ya? Kayaknya serius banget dari tadi.Ziva mengangguk dengan kencang. "Iya, Pak. Pak Agus liat?"
"Itu mbak, tadi sekitar jam lima lewat, pas masih pada rame keluar kantor, mbak Tiara keluar. Terus masuk mobil mas Reno." Terang pak Agus.
"Reno?!" Mata Keisya membulat sempurna. Ziva pun terkaget karena informasi barusan.
"Reno siapa, Kei?" Tanya Nuca.
"Mmmmm. Ituuu." Jawab Keisya yang sepertinya masih panik.
"Cowok yang pernah suka sama Tiara. Tapi karena Tiara nggak suka, jadi ya temenan aja. Dia kerja di tower ini juga. Harusnya nggak bahaya sih, Nuc. Maksud gue dia baik-baik aja gitu selama ini sama kita. Tapi kok perasaan gue nggak enak ya?" Sambar Ziva tak sabar.
Entah kenapa mendengar penuturan Ziva, Nuca semakin mengkhawatirkan Tiara.
"Pak Agus tau mereka kemana?" Tanya Nuca."Nggak, mas. Tadi mbak Tiara naik ke mobilnya biasa aja, nggak kepaksa gitu. Sama saya juga tadi dadah-dadah gitu."
Nuca terus mencoba menghubungi ponsel Tiara. Masih sama. Tidak ada jawaban dari ujung sana.
"Ck!" Nuca mulai gusar, mengusap wajahnya kasar.
Ia kemudian mencoba cara lain, melacak ponsel Tiara melalui sinyal GPS location. Dalam hatinya ia berdoa semoga location di ponsel Tiara tidak dimatikan.Beberapa saat kemudian, matanya fokus dengan hasil pelacakan di ponselnya. Titik terakhir berada di Jakarta Barat, kemudian hilang.
"Jakarta Barat, Ziv. Di situ terakhir kelacaknya." Ujar Nuca memperlihatkan ponselnya pada Ziva."Tiara ngapain sih ke situ, ya? Udah jam segini lagi." Ziva mulai bingung.
"Ya udah biar gue susulin dia." Ujar Nuca.
"Gue ikut!" Teriak Ziva dan Keisya.
"Ziv, Kei, mending lo berdua pulang. Kabarin kakak soal ini. Biar gue yang nyari Tiara. Gue bakal terus kabarin lo berdua. Mas, tolong anter Keisya pulang, ya. Gue janji nggak akan pulang kalo Tiara belum ketemu." Ujar Nuca.
"Tapi, Nuc?"
"Ziv, please. Nggak ada tapi-tapian. Lo bawa mobil kan? Ntar bakal ribet bolak-balik. Mending lo pulang, tunggu kabar dari gue. Ya?" Ujar Nuca yang segera berlalu pergi menuju parkiran, berlari cukup kencang. Ia harus segera menemukan Tiara karena malam mulai menyapa.
"Ya Allah, jaga Tiara." Batinnya sebelum menyalakan mobilnya. Entah kenapa perasaannya tidak enak. Daerah yang tadi muncul di ponsel Nuca mungkin tidak berbahaya, tapi hatinya berkata lain. Ia takut posisi Tiara sebenarnya sekarang tidak lagi di titik itu.
Ia mulai menjalankan mobilnya. Menuju daerah yang dituju. Sesekali ia masih mencoba menghubungi ponsel Tiara. Ia juga melacak kembali lokasi dari ponsel Tiara. Tidak ada yang berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Chance
FanfictionTiara melihat kembali lembaran kertas di dalam map yg tadi diserahkan Arin, sekretaris kak Ciara. Dipastikannya kembali, berulang kali. Raja Giannuca Bramanta. Benar nama itu yang tertulis di bagian tengah kertas. Menjelaskan bahwa pemilik nama akan...