Waktu akan berjalan cepat ketika kita menghabiskannya bersama orang tercinta.
-----
Pagi-pagi sekali, meskipun hari sabtu, Nuca sudah duduk santai di pantry unit Tiara. Ia sedang fokus pada Tiara yang tengah menyiapkan sarapan untuk keduanya. Terdengar senandung lembut Tiara sembari tetap melanjutkan pekerjaannya. Suara yang selalu disukai Nuca. Yang menurut Nuca seperti zat adiktif untuk telinganya.
"Ra."
"Hmmmh?" Tiara berusaha membagi perhatiannya.
"Suara kamu sebagus itu, kenapa nggak mau kalo disuruh tampil nyanyi?"
"Hmm? Males aja."
"Suaranya khusus buat aku aja ya?" Canda Nuca.
"Oh, iya dong. Buat didenger sama kamu doang emang." Sahut Tiara.
Nuca kembali melihat ke meja di depannya. Di meja pantry sudah tersedia dua gelas susu yang tadi disiapkan Tiara. Menurutnya, keduanya harus makan bergizi dan minum cukup pagi itu. Karena sepertinya kegiatan hari ini akan cukup menguras tenaga.
"Bikin roti, omelet, sosis. Banyak amat. Nanti aku gendut loh." Celetuk Nuca.
"Nggak lah apaan? Yang ada ntar pasti kamu laper juga. Cuma ginian doang loh. Tadinya malah mau bikinin nasi goreng. Tapi takut kamu bosen." Tiara menyahut.
Tangannya begitu cekatan. Menyiapkan, memasak, dan menata masakannya di piring. Tak sedikitpun mengizinkan Nuca yang berulang kali bersikeras untuk membantunya. Menurut Tiara, konsentrasinya bisa pecah jika Nuca membantunya memasak. Entah apa maksudnya.
"Yuk makan." Tiara mendekat, duduk di kursi di sebelah Nuca.
Keduanya kemudian menghabiskan sarapan yang disajikan Tiara. Tentu saja Nuca makan lebih banyak. Tak ada masakan Tiara yang tak disukainya, sepertinya.
Tiara hanya terkekeh melihat isi piring Nuca yang tandas. Belum lagi ia mengambil sepotong sosis dari piring Tiara. Padahal porsi Nuca sudah disiapkan Tiara lebih banyak.
"Belepotan, kayak anak kecil." Tiara membersihkan sudut bibir Nuca yang tampak kotor karena lelehan saos tomat.
"Doyan banget ya?" Tiara bertanya sambil mengelap jemarinya dengan tisu."Nggak ada yang aku nggak doyan kalo kamu yang bikinin, Ra." Sahut Nuca. Ia kemudian meminum susu yang disediakan Tiara tadi.
"Alhamdulillah. Kenyang. Terima kasih, Ra. Tiap hari kayak gini beneran sehat aku."
Tangan Nuca terulur membelai lembut rambut panjang Tiara.Tiara tersenyum, menggelengkan kepalanya. Sepertinya gemas dengan perilaku Nuca.
"Jalannya mau pake mobil aku atau mobil kamu?""Mobil kamu lebih enak kayaknya, iya nggak sih?"
Nuca masih memperhatikan betapa cekatannya Tiara membereskan semua peralatan bekas makan mereka. Bukan hanya sekali ini, bahkan bukan pemandangan baru bagi Nuca. Tapi entah kenapa, ia suka memandangi Tiara yang tengah sibuk melakukan sesuatu. Entah itu ketika ia sibuk bolak balik, berlalu lalang dengan sepatu hak tingginya, mengerjakan pekerjaannya di kantor. Atau bahkan ketika ia hanya mengenakan sandal rumah dengan baju santainya, menata bunga yang baru saja diganti airnya di vas bunga, merapikan meja ruang tengah yang berantakan, memasak, bahkan ketika ia berlalu lalang membawa pakaian kotor ke service area. Sepertinya, apapun yang dilakukan Tiara akan selalu menarik bagi Nuca.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Chance
FanficTiara melihat kembali lembaran kertas di dalam map yg tadi diserahkan Arin, sekretaris kak Ciara. Dipastikannya kembali, berulang kali. Raja Giannuca Bramanta. Benar nama itu yang tertulis di bagian tengah kertas. Menjelaskan bahwa pemilik nama akan...