Masih berdiri di tempat yang sama, tapi duniaku mulai berbeda. Mungkin akan ada kejutan lain menunggu selanjutnya
-----
"Kak Inyuuuuun." Tiara yang baru saja kembali dari makan siangnya menghampiri kubikel salah satu staf-nya.
Ainun yang mengerti maksud panggilan Tiara langsung mengambil map di atas meja dan menyerahkan pada Tiara.
"Beneran ini udah di-review kak Ciara?" Bahas Tiara.
"Kayaknya udah, Ti. Tadi malam aku dikirimin draft langsung sama mbak Arin. Tinggal nambahin nomer sama keterangan dikit-dikit. Isinya nggak ada yang aku ubah." Jawab Ainun.
"Eh, Ti. Ini manajer baru istimewa banget apa? Kok kayaknya kontraknya diurus sama pak Dirut langsung?" Tembak Ainun yang sepertinya tak bisa membendung rasa penasarannya."Gitu deh, kak. Kalo menurut pak Andra, dia langsung yang narik ke sini." Jawab Tiara seadanya.
"Eh, kak Inyun udah makan? Kok udah di meja aja? Kapan makannya?" Tiara mencoba mengalihkan pembicaraan."Udah, Ti. Tadi makan di pantry sama yang lain. Aku bawa bekal sendiri kok." Hatinya selalu menghangat karena perhatian gadis cantik di depannya. Meskipun ia tau Tiara terbiasa memperhatikan orang lain seperti itu.
"Kirain. Ya udah aku masuk ya, kak. Mau cek ini sebentar sebelum makhluknya datang. Thank you, kak Inyun."
"Makhluk lagi. Iya bu manajer, sama-sama." Sahut Ainun heran melihat kelakuan manajernya.
---
'Tok..tok..tok..' terdengar ketukan di pintu ruangan Ciara.
Sejenak ia menoleh ke arah pintu. Ruangan manajer yang didesain berdinding kaca membuatnya leluasa melihat siapa yang mengetuk pintu yang juga terbuat dari kaca tersebut. Sesuai dugaannya, seorang laki-laki berperawakan tinggi berdiri di depan sana. Menunggu jawaban dari Tiara.
"Masuk." Jawabnya datar setelah menarik napas panjang. Mengatur nada suaranya agar terdengar biasa saja meskipun jantungnya tengah berdegup kencang.
"Siang, Ra." Suara Nuca terdengar bergetar. Ia berjalan menghampiri meja Tiara.
"Siang juga. Silahkan duduk, Nn..." Tiara terdengar menahan satu kata hingga batal diucapkannya. Tangannya menunjuk kursi di depannya. Entah bagaimana Tiara bisa menguasai dirinya. Sikapnya sangat tenang. Tapi tak ada yang tau, Tiara sempat terbuai mendengar sapaan Nuca. Suaranya masih sama, cara memanggilnya pun masih sama. Suara yang pernah selalu ditunggu Tiara.
Tiara meraih map yang tadi ia minta pada Ainun. Membukanya di depan Nuca.
"Ini kontraknya. Baca dulu, kalo oke tanda tangan. Kalo ada yang ga cocok sama lo, kasi tau gue aja biar ntar gue bahas sama kak Ciara." Ucapnya lugas tanpa basa basi.'Elo - gue.' Hati Nuca mencelos, ada rasa kecewa menghantam dadanya. Dulu, bahkan sejak pertama saling mengenal, mereka terbiasa menggunakan aku-kamu ketika mengobrol satu sama lain. Bermacam pertanyaan melintas di kepala Nuca. Yang paling utama adalah, sebegitu parah kah efek hubungan mereka yang dulu berakhir tanpa sempat diawali pada pribadi gadis di depannya? Gadis yang dulunya periang, ramah, kini benar-benar berbeda. Dingin, tegas, sedikit bicara, dan sepertinya sulit untuk ditebak.
Ditatapnya Tiara yang pandangannya tertuju pada macbook di depannya. Hening seketika tercipta, ruangan sejuk itu semakin terasa dingin. Tiara terlihat berkonsentrasi penuh pada pekerjaannya, membangun dinding tak kasat mata di antara mereka. Nuca pun akhirnya memutuskan untuk membaca kontrak kerjanya dengan seksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Chance
FanfictionTiara melihat kembali lembaran kertas di dalam map yg tadi diserahkan Arin, sekretaris kak Ciara. Dipastikannya kembali, berulang kali. Raja Giannuca Bramanta. Benar nama itu yang tertulis di bagian tengah kertas. Menjelaskan bahwa pemilik nama akan...