Tak banyak yang kupinta pada Tuhan. Cukup Ia mengizinkanmu untuk tetap berjalan beriringan denganku.
-----
"Selamat pagi." Nuca melenggang masuk ke unit Tiara setelah mengecup singkat pipi Tiara yang membukakan pintu untuknya.
"Pagi juga birthday boy. Eh? Kok kemeja yang ini yang dipake? Katanya mau yang biru muda yang tadi malam." Tiara meneliti setelan yang dipakai Nuca hari ini.
"Tadi aku udah pake itu. Tapi nggak nemu dasinya yang pas sama kemeja itu." Nuca meletakkan barang-barangnya di sofa.
"Ck! Kamu tuh lupa apa gimana? Dasi yang buat kemeja itu baru dibeli kemarin kan? Ada di kamar ku dasinya. Tadi malam aku kan udah bilang juga. Baru juga nambah umur tadi malam, pikunnya udah menjadi-jadi aja."
Nuca hanya terkekeh mendengar omelan Tiara. Dalam hati memuji gadis di depannya yang bisa sangat teratur hidupnya. Bagaimana ia bisa menyempatkan waktu membuat sarapan setiap pagi meskipun sederhana. Jika dulu untuk dirinya sendiri, kini bertambah untuk Nuca. Tiara bisa memperhatikan apa yang akan dikenakan Nuca, dan menyiapkan dirinya sendiri yang di mata Nuca tak pernah gagal menyita perhatian Nuca.
"Iihh, malah ketawa. Ganti dulu sana sama yang aku siapin. Aku mau ganti baju dulu juga, baru kita sarapan." Tiara melirik jam di ruang tengah, meyakinkan diri bahwa masih cukup banyak waktu untuk keduanya.
Beberapa menit kemudian Nuca kembali lagi ke unit Tiara. Sudah mengganti baju dengan kemeja yang disiapkan Tiara sejak tadi malam.
"Sini makan dulu." Tiara menarik tangan Nuca ke meja pantry. Menyuruh Nuca duduk, untuk menikmati sarapan istimewa yang telah disediakan Tiara untuk Nuca.
"Rajin banget bikin sandwich gini pagi-pagi." Nuca mengangkat roti isi di piringnya. Mengamati isian di dalamnya. Ia melihat salmon yang diiris tipis, sedikit saus thousand island yang terlihat meleleh, selada, irisan timun, tomat, dan bawang bombay yang sepertinya ditumis.
"Special breakfast for special person on his special day." Tiara memberikan senyum terbaiknya pada Nuca. Ia mulai menggigit makanannya.
"Thank you, querida." Nuca menatap Tiara masih dengan penuh kekaguman.
"Nuc, aku bingung deh mau ngasih kamu hadiah apa." Ujar Tiara di sela makannya.
"Nggak dikasih hadiah juga nggak apa-apa, Ra. Kamu mau sama aku terus aja udah hadiah buat aku."
"Hmmm. Ya nggak gitu juga. Tapi coba pilih deh. Which one? A day with Tiara or a day without Tiara?"
"Buat apa?"
"Jawab aja sih, Nuucaaa."
"The first one, absolutely. A day with you, only with you, whole day. Meskipun tiap hari juga sama kamu. Tapi kan kadang gara-gara sibuk, nggak bisa terus-terusan lihat kamu. Emang bisa?"
"Yakin a day with me? The whole day?"
"Yakin seyakin-yakinnya." Nuca menjawab pasti.
"Okay, aku aturin biar kamu bisa spend time a whole day sama aku, ya? Hadiah buat kamu, dari aku."
Nuca mengangguk penuh semangat. Membayangkan satu hari penuh bersama Tiara. Tanpa diganggu bahkan oleh orang-orang terdekat mereka. Meskipun ia juga belum tau apa yang akan mereka lakukan nanti.
Keduanya kemudian segera menyelesaikan sarapan pagi itu. Tiara dengan cekatan membereskan peralatan makan. Meninggalkannya di wastafel untuk dibersihkan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Chance
FanfictionTiara melihat kembali lembaran kertas di dalam map yg tadi diserahkan Arin, sekretaris kak Ciara. Dipastikannya kembali, berulang kali. Raja Giannuca Bramanta. Benar nama itu yang tertulis di bagian tengah kertas. Menjelaskan bahwa pemilik nama akan...