Sepertinya akan sulit bagiku menghilangkan mu. Jejakmu mulai banyak menapak di jalanku.
-----
Hari sabtu siang kesibukan kembali terjadi di apartemen Nuca. Kali ini ia dan Tiara dibantu oleh Axell dan Keisya mulai mengangkut beberapa barang dari kamar Nuca di rumah. Barang-barang itu akan ditata di beberapa bagian. Targetnya, hari ini penataan bisa diselesaikan.
Axell memutuskan untuk membantu Nuca sekaligus menata beberapa barangnya di kamar lain di apartemen Nuca. Kamar kedua di apartemen itu akhirnya akan dihuni oleh Axell meskipun hanya di waktu tertentu. Maka dari itu, menurut Nuca kamar itu harus tetap diisi oleh barang-barang Axell.
"Si Nuca, kenapa jadi foto lo semua yang mau dipajang? Bener kecintaan kayaknya." Keisya melihat ke tangan Tiara yang tengah mengeluarkan beberapa frame foto dari boks yang tadi dibawa Nuca.
Tiara dan Keisya kini berada di ruang tengah. Membongkar tumpukan boks yang diangkut oleh Nuca dan Axell. Sedangkan Nuca dan Axell tengah berada di kamar Axell untuk menata barang yang cukup besar. Memantaskan tatanannya.
"Kecintaan apa obsesi? Lama-lama takut juga gue." Kelakar Tiara.
"Nggak juga, Kei. Nih ada foto orang tuanya. Ada foto dia sama kak Axell juga.""Ya udah, ralat. Mostly foto lo." Tangan Keisya ikut sibuk membuka boks lain bertuliskan nama Axell.
"Ti." Panggilnya lagi."Hmmm?"
"Elo tau Kayra?"
"Hah? Kenapa lo nanya dia? Dia gangguin elo apa gimana?"
"Enggg.. nggak sih. Gue.. gue denger tadi kak Axell sama Nuca nyebut-nyebut Kayra. Baru denger aja namanya. Sodaranya mereka ya?" Raut wajah Keisya tampak cemas.
"Elo nggak mau tanya kak Axell aja biar enak, Kei? Biar dijelasin sama dia gitu. Kapan sih mereka ngomonginnya?" Tiara berdiri, meletakkan frame foto di atas meja hias yang menempel di dinding ruang tengah tepat di belakang sofa.
"Tadi waktu mereka masuk bawa-bawa boks itu. Gue pas pegangin pintu. Mereka nyelonong aja masuk. Kak Axell pas ngomong 'Ketemu di mana sama Kayra?', gitu."
"Mukanya pas ngomong gimana? Keliatannya?"
"Ya biasa aja sih. Cuma kok perasaan gue nggak enak aja gitu." Keisya menatap frame foto di tangannya. Foto bersama Axell yang tengah meletakkan dagunya di atas kepala Keisya. Hasil jepretan Nuca ketika mereka jalan bertiga. Seingat Keisya waktu itu Tiara masih belum memaafkan Nuca. Senyum tipis hadir di bibirnya.
"Tanya ke kak Axell deh, Kei. Dia bakal bisa jelasin ke elo soal ini. Gue tau kok si Kayra ini. Gue ketemu sama dia pas lagi beli-beli barang ini sama Nuca. Cuma biar lebih jelas, mending lo tanya langsung ke dia." Tiara menujuk beberapa kotak dan furnitur yang masih belum disentuh.
"Iya deh nanti gue tanya. Bener deh, Ra. Salut banget gue sama lo kalo soal ginian. Makanya lo sama Nuca tuh nggak pernah ribut soal hal cetek gini, ya?"
Tiara menerawang, tersenyum mendengar penuturan Keisya.
"Gue nggak mau hubungan gue sama dia yang belum jelas ini makin nggak jelas kalo gue ngambek-ngambek gara-gara hal sepele gini. Hal yang masih bisa ditanyain, masih bisa dia jelasin, masih bisa kita cari kebenarannya. To be honest, gue sempat kesel pas ketemu si Kayra ini. Tapi lo coba tanya ke kak Axell dulu deh. Abis itu bisa kita bahas lebih lanjut soal kekesalan gue itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Chance
FanfictionTiara melihat kembali lembaran kertas di dalam map yg tadi diserahkan Arin, sekretaris kak Ciara. Dipastikannya kembali, berulang kali. Raja Giannuca Bramanta. Benar nama itu yang tertulis di bagian tengah kertas. Menjelaskan bahwa pemilik nama akan...