50. Keluarga Nuca

957 93 17
                                    

Salah satu waktu yang selalu kutunggu, waktu bersamamu.

-----

"Baju kamu udah jadi loh, yang. Mau diambil sekalian nggak nanti?"

Setelah sarapan tadi, Tiara masuk ke kamar. Ia tengah sibuk memasukkan beberapa bajunya ke travel bag kecil. Sedang mempertimbangkan barang apa saja yang sebaiknya ia bawa.

Akhir minggu ini ia akan ikut Nuca ke rumah orang tuanya di Bintaro. Tadinya hanya berniat berkunjung sebentar, menemani Nuca bermain basket malam harinya, lalu langsung pulang. Rencana berubah seketika karena tante Inge, mama Nuca, terlalu antusias ketika diberitahu soal Tiara dan Keisya yang akan ikut bersama Nuca dan Axell. Beliau langsung menyiapkan kamar tamu. Meminta Nuca dan Axell mengajak kedua gadis itu menginap barang semalam saja. Alhasil Sabtu pagi itu, Tiara dan Keisya yang tak sanggup menolak pun kini sama-sama tengah bersiap dengan barang bawaan mereka di tempat masing-masing.

"Boleh. Kita nggak berangkat sekarang kan? Nanti sekalian makan siang di luar kan, yang?"

Nuca tengah duduk bersila di atas tempat tidur Tiara. Memperhatikan Tiara yang mondar-mandir, sibuk mengecek bawaannya.

"Kenapa emang?"

"Mau sayang-sayangan dulu sama kamu lah, ntar di rumah kan nggak bisa." Nuca melirik Tiara dengan wajah usilnya.

"Lah emang pernah nggak sayang sama aku?" Balas Tiara tak kalah jahil.

"Bukan gitu, sayang. Masa nggak ngerti?"

Tiara terkekeh geli.
"Iya ngerti kok. Sebentar ya, aku kelarin ini dulu." Tiara menunjuk travel bag-nya.

Nuca kemudian merebahkan dirinya, memejamkan mata. Membiarkan tubuhnya menikmati empuknya kasur. Menyerah pada rasa lelah yang ditahannya karena kegiatan selama satu minggu.

Kolaborasi antara nyamannya tempat tidur, alunan musik dari speaker kecil yang dipasang Tiara, dan wangi lembut di kamar kekasihnya, cukup untuk menghantar tubuh lelah Nuca menuju alam mimpi. Hanya dalam waktu lima menit, ia tertidur lelap.

Tiara yang baru saja selesai mengemas barangnya tersenyum simpul ketika melihat Nuca. Posisi tidurnya begitu lucu, damai. Memeluk boneka teddy bear besar kesayangan Tiara yang dibelikannya setelah mereka berbaikan untuk yang pertama kali. Wajahnya begitu tenang dan damai.

Tiara berjalan mendekat pada kekasihnya. Mengulurkan tangannya dengan sangat hati-hati agar tak mengganggu tidur Nuca. Mengusap kepalanya beberapa kali sebelum mengecup pipi dan rahang Nuca. Ia kemudian keluar dari kamar, memutuskan untuk mengerjakan hal lain sembari menunggu. Membiarkan Nuca beristirahat dengan nyaman di kamarnya.

Tiara menghela napas lega setelah memastikan seluruh unitnya rapi dan selesai dibereskan. Baginya akan jauh lebih nyaman meninggalkan apartemen dalam keadaan seperti ini, bersih dan rapi. Tiara menaruh tangannya di pinggang sambil mengedarkan pandangan, mengagumi hasil kerjanya sendiri seraya mengecek ulang jikalau ada hal yang belum dibereskannya. Setelah berulang kali memastikan dan yakin, ia memutuskan untuk ke kamar, menyusul Nuca.

Waktu masih menunjukkan pukul 10 lebih sedikit ketika ia masuk ke kamar. Masih cukup banyak waktu untuk sejenak merebahkan diri, mengistirahatkan tubuhnya. Senyumnya kembali terbit ketika melihat Nuca yang masih tertidur lelap di tempat tidurnya.

Kali ini Tiara mendekat dan memutuskan untuk ikut merebahkan diri. Posisi Nuca yang menyamping, menghadap ke tengah tempat tidur membuatnya kini tepar berhadapan dengan Tiara. Tangan Tiara pun tak tinggal diam. Ia membelai berulang kali rahang tegas Nuca. Bagian favoritnya dari wajah kekasihnya. Bagian yang mengkomplimen ketampanan Nuca hingga sangat menarik.

The Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang