"Sudah dari kemarin kamu selalu salah mengirim pesanan ke alamat pembeli." ujar seorang wanita paruh baya, memandang sang karyawan dengan tatapan sendu. "Ada apa denganmu, Sunoo?"
Karyawan toko bunga yang tak lain adalah Sunoo, ia hanya bisa menundukkan kepalanya. Merasa bersalah telah merugikan sang pemilik toko. "Saya minta maaf, bibi."
"Apa kamu sakit?"
"Saya rasa begitu." Sunoo mendengkus samar. "Hasil lab nya akan sampai sebentar lagi, tolong doakan saya agar hasilnya baik-baik saja. Saya takut, bi."
Bibi Lee mengangguk, menepuk pelan pucuk kepala Sunoo disertai ukiran senyumnya yang teduh. "Apapun hasilnya, percaya pada tuhan bahwa memang itu yang terbaik. Jangan dipaksakan jika sakit, Sunoo. Kesehatan itu lebih penting."
Sunoo mengangkat kepalanya, ikut mengulas senyum sebagai perwujudan dari rasa terima kasih lantaran masih ada seseorang yang benar-benar mengerti keadaannya. Bibi Lee selalu ada untuknya, memperlakukan Sunoo layaknya seorang anak yang harus ia jaga dan ia rawat dengan kasih sayang. Bahkan juga mengambil rapot sekolah Sunoo guna menggantikan posisi sang ibu kandung yang sudah angkat tangan tak mau berurusan lagi dengan putranya.
"Istirahatlah yang cukup. Bibi akan pindahkan kamu ke bagian kasir saja, sampai keadaan kamu membaik."
"Terima kasih, bibi!" Sunoo berseru riang, membungkuk ke arahnya.
Dengan perasaan sedikit lega walau merasa bersalah, Sunoo pun melangkah pulang. Memerhatikan tiap langkah kakinya yang memijak jalan, sembari berpikir banyak hal. Dia tidak tahu, mengapa perasaannya mendadak tidak enak. Serasa ada hal buruk yang akan menimpanya hari ini, namun pikiran positif tetap tertanam dibenak.
"Sunoo!"
Menoleh cepat, Sunoo menangkap sosok Heeseung yang berlari ke arahnya. Ketua osis kebanggaan kepala sekolah itu nampak cerah menghampiri Sunoo, lalu menyodorkan dua buah kupon ayam gratis untuknya.
Sunoo memandangnya bingung. "Untukku?"
"Ya, ini bonus dari paman Lim karena kau bekerja sungguh-sungguh. Jangan lupa datang ya, kuponnya hanya berlaku seminggu."
"Ahh begitu ya? Terima kasih, kak Heeseung."
Kakak kelas Sunoo itu tersenyum lebar, sebelum akhirnya lenyap dari pandangannya. Sedikit informasi, Lee Heeseung adalah ketua osis yang sebentar lagi lepas jabatan karena sudah menginjak kelas 12. Setahun lebih tua dari Sunoo. Keduanya cukup dekat karena Sunoo bekerja di kedai itu.
Sunoo memandang dua kupon ayamnya, lalu kedua bilah bibirnya mencetak senyum tipis. "Hari ini ada banyak kejutan yang baik. Semoga tidak ada kejutan buruk yang menyertai."
~~~~Jungwon memandang bingung amplop coklat di tangannya saat ini. Membaliknya ke depan, ke belakang, dan membaca detail kalimat yang tertera. Namun tak lama kemudian, suara derap langkah mengalihkan atensinya.
"Kak Sunoo!" Jungwon berseru dengan melambai ringan, mengangkat amplop coklat itu.
Sunoo yang baru datang dan berdiri beberapa meter, seketika berlari cepat dan merebut kasar amplopnya hingga Jungwon tersentak kaget.
"Kau tidak membuka dan membacanya kan?" tanya Sunoo dengan raut tegas dan suara dingin.
Jungwon yang merasa akan menjadi sasaran tuduhan, sontak menggeleng kuat. "Gak kok, barusan tukang pos yang nganter."
Terdengar helaan nafas lega dari Sunoo. Lelaki itu tak mengucapkan sepatah kata pun setelahnya, melainkan masuk ke kamar apartemennya begitu saja. Jungwon yang tidak tahu menahu hanya bisa mengendik bahu, dan ikut masuk ke kamarnya sendiri.
Sunoo berdiri kaku dibalik pintu, pandangan yang bergetar itu melirik amplop yang masih tertutup rapih. Jujur, dia tidak siap. Dia tidak siap menerima fakta yang akan membuatnya terbelenggu.
"Tuhan.." lirihnya setelah melihat diagnosa penyakitnya. Tubuhnya seketika lemas, gemetar hebat dengan kedua manik yang tergenang air mata.
Sunoo tertunduk, terisak kecil sebagai peredam sesak yang menyeruak dada. Takdir seolah tidak membiarkannya hidup dalam kedamaian lagi. Sunoo membencinya, dia tidak suka. Dia tidak bisa menerimanya, semuanya terasa tidak adil untuknya.
"Kenapa.. kenapa harus aku?"
Sunoo meracau, tangisnya meledak saat itu juga. Apa yang harus ia lakukan setelah ini? Apa yang harus ia katakan pada orang-orang terdekatnya? Bersikap seolah baik-baik saja lagi?
Jujur, ia tak terima. Bagaimana pun juga selebar apapun langkahnya, secepat apapun ia berlari, dia akan kembali ke tempat yang sama. Dia akan kembali tenggelam dalam derita. Jika memang itu takdirnya, lantas untuk apa dia hidup?
Sunoo menyeka air mata, nafasnya masih tersendat karena tangis yang hebat. Sesaat ia tersenyum lagi. Serta merta pikirannya berusaha melihat sisi positifnya, bahwa hanya dengan cara demikian bebannya bisa berkurang.
Nama: Kim Sunoo
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur: 18 tahunPada hari Sabtu, tanggal 11 Oktober telah menjalani pemeriksaan dengan metode menyeluruh dan CT scan, hasilnya adalah POSITIF terkena kanker otak stadium 3.
KAMU SEDANG MEMBACA
『√』1. Dear Noo [REVISI]
FanfictionTentang derita yang tak kunjung reda, dan akhir yang tak terduga