10. Bad Morning

6K 1.5K 436
                                    

"Mana tugasnya? Cepetan!" seru Jay, menghentak hentakkan kakinya. Sesekali ia menoleh ke sekeliling, memastikan salah satu keluarganya tidak melihatnya sekarang.

Dengan cekatan, Sunoo mengeluarkan buku-buku milik Jay beserta rangkumannya yang sudah selesai. Tentu saja setelah tulisan Jay ternyata mirip dengan tulisan Sunoo, lelaki itu bisa memanfaatkan Sunoo semaunya.

Setelah itu Jay berlari masuk ke rumahnya lagi. Sunoo menghela lelah, membuka koyo yang dibelinya lalu menempelkannya di bagian leher. Menyandang tasnya di pundak, Sunoo kembali kayuhkan sepeda untuk segera menuju ke sekolah.

Ia termenung, terhanyut dalam pikirannya sendiri sampai tidak menyadari bahwa suatu cairan menetes dari hidungnya. Mengotori celana seragamnya. Sunoo mengernyit, menepikan sepedanya ke pinggir. Tidak tahu harus membersihkan dengan apa, sapu tangan Jina yang sudah dicucinya lagi pun menjadi satu-satunya benda yang ia gunakan.

Sunoo mengelap celananya, lalu menutup hidungnya dengan sapu tangan. Dilihatnya kain halus berwarna putih itu mendadak ternodai merah di beberapa bagian. Dirinya pasti kelelahan karena mengerjakan tugas Jay semalaman.

"Sejak kapan aku jadi lemah begini?" Sunoo mendecak kesal. Dia tidak suka sakit. Dia benci hal itu.

~~~~

"Itu lo bawa sisanya aja." ujarku pada Sungchul, menunjuk tumpukan buku yang tersisa.

"Lo gak keberatan bawa sebanyak itu?"

Aku menggeleng. "Gue emang perempuan, tapi gue gak lemah. Udah buruan!"

Dalam hati, aku menggerutu mengapa bukan Jake saja yang melakukan apa yang aku lakukan saat ini. Dia ketua kelas, tapi justru membiarkan wakilnya yang bekerja keras. Dibantu olehku yang itupun tak sengaja lewat depan perpus, dan dipanggil oleh petugasnya.

Aku melangkah menuju kelas lebih dulu, diikuti Sungchul yang berjalan di belakangku. Sampai akhirnya langkah kami mendadak berhenti melihat seorang siswa yang tampak diolok-olok beramai-ramai di tengah koridor. Mereka semua tertawa puas, sedangkan...

Sunoo.. dia hanya menyembunyikan raut wajah. Rambutnya tampak berantakan, menutupi dua mata rubahnya. Beberapa bagian wajahnya tampak lebam lagi.

Mereka berulah lagi. Memang selalu seperti itu.

"Cepet kasih uang lo! Abis itu lo boleh ke kelas."

"Aku tidak punya uang! Kenapa kau tidak percaya?"

"Ya jelas gue gak percaya. Lo kan dibayar Jay buat ngerjain semua tugas-tugasnya dia! Dasar miskin, udah dibayar masih aja gak mampu. Emang kayaknya sih lo yang pemboros."

"Hah, Sunoo dibayar Jay? Serius?"

"Emang gue keliatan bohong? Selama ini Jay bisa peringkat 2 ya mungkin karena cecunguk ini. Kasian ya. Udah cacat, miskin pula. Kenapa gak mati aja?"

"HAHAHAHA!!!"

Genggaman tanganku pada tumpukan buku, mengerat. Terasa kedua mataku berair sebab melihat sekitar, semua tampak memburam.

"Ayo Na, kita cari jalan lain aja. Kita gak keburu nanti, masih ada beberapa buku lagi yang harus dianter." ujar Sungchul, namun aku sama sekali tidak bergerak se-senti pun dari tempatku berdiri. Memandang nanar semua yang terjadi di depan sana.

Kenapa baru sekarang aku menyadari bahwa semua itu terlihat menyakitkan?

Kenapa baru sekarang aku menyadari betapa terlukanya jiwa seorang Kim Sunoo?

Kenapa aku baru menyadari betapa lelahnya dia menanggung semua beban itu sendirian?

Seharusnya sejak dulu, aku sudah berteman dengannya. Melindunginya dari orang-orang bermulut kotor itu. Membantunya menyingkap sekian persen beban yang dipikulnya. Membantunya merasakan kehangatan dan kedamaian suasana sekolah.

『√』1. Dear Noo [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang